Part 5 - My Lady

193 18 0
                                    


Siang itu terdengar teriakan nyaring dari arah pantry. Siska berlari penuh semangat ke arah meja kerja teman-temannya yang melihatnya keheranan.

"Alhamdulillah ... Alhamdulillah ... Alhamdulillah ...," ucapnya cepat begitu enerjik. Mala, Rania, dan beberapa karyawan lainnya bengong melihatnya dari kursi mereka masing-masing.

"Ada apaan sih, Sis?" tanya Mala bingung.

"I'm so happy, Mala," jawab Siska begitu semangat.

"Iya soal apaan?"

"Bento aku dimakan habis lagi sama kakang Satria. Horeee," jawabnya senang dan gaya genitnya.

"Oh my God. Kirain soal apaan, Siska."
Mala balik badan menghadap kembali ke layar monitornya.

"Ih ... kok pada cuek sih?" Ia mencibir.

"Ya terus gue harus bilang WOW gitchu." jawab Mala kalem. Ia terkekeh diikuti karyawan kantor lainnya.

Wajah Siska cemberut sesaat kemudian kembali ceria pas duduk di kursinya.

Sementara Rania terkikik geli sendiri. Andai Siska tahu bahwa selama ini yang selalu menghabiskan bentonya adalah Pak Karsim, satpam kantor, pastilah Siska bakalan kecewa berat.

Namun ia tak mau merusak kebahagiaan temannya itu. Biarlah waktu yang akan memberikan fakta sebenarnya.

Ting!

Sebuah pesan Whatsapp masuk di ponsel. Rania meliriknya sekilas tanpa membukanya dan ternyata dari Danar.

'Mau apa lagi sih dia?' Batinnya.

Ia kembali melanjutkan pekerjaannya dan tak peduli. Tak berapa lama pesan dari Danar masuk lagi.

Ting!

Mata Rania melihat kesal ke arah ponselnya lagi. Mulanya ia tak berniat membacanya tapi kemudian berubah pikiran. Diraihnya ponsel di mejanya itu. Membuka aplikasi WhatsApp dan membaca pesan Danar.

Danar : Ran, kamu sedang apa, Sayang? Pasti sedang sibuk ya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Danar : Ran, kamu sedang apa, Sayang? Pasti sedang sibuk ya?

'Sayang?!' Dahi Rania mengernyit.

Danar : Rania, bisakah kita bertemu lagi? Aku ingin bicara denganmu. Penting!

Terdiam sejenak. Berpikir. Apa yang harus ia lakukan?

Rania : Kalau mau bicara di sini saja. Gak perlu ketemu. Aku sibuk.

Sedetik kemudian Danar sudah membalasnya cepat.

Danar : Gak bisa. Aku harus bertemu kamu. Ini penting sekali.

Rania : Maaf, gak bisa juga. Aku sibuk. Urusi saja pernikahanmu itu.

Tak mau diganggu lagi oleh Danar. Rania mematikan ponselnya. Jangan sampai moodnya berubah buruk karena urusan masa lalunya. Setelah itu ia kembali melanjutkan pekerjaan.

Takdir Cinta RaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang