16

36 9 0
                                    

"Lo yakin?"

"Gak sih" jawab Iqbal ragu ragu

"Sialan!"

Mereka kini terdiam mematung di depan pagar rumah Nafiza yang bisa dibilang cukup mewah itu. Ingin sekali rasanya ia cabik cabik an badan nan kekar pria di sampingnya itu. Tapi ia urungkan saat ia melihat ada mobil lain yang terparkir di sebelah mobil sang ayahanda

"Tapi... itu mobil..."

"Elah lo mah kek gak tau kerjaan bokap gue aja. Gak di kantor, di rumahpun selalu kedatangan klien" sela Nafiza sok tau

"Bukan itu. Gue kayaknya pernah liat itu mobil"
Iqbal kembali memasati mobil itu dengan tajam. Ya! Ia benar benar tak salah liat

"Lo kira tu mobil limited edition apa?! Banyak kali yang punya mobil begituan!"

"Biasa aja dong neng geulis. Aa' mah cuma bilang aja. Eneng kok hari ini galak bener. Pms ya?" tanya Iqbal yang membuat emosi Nafiza semakin memuncak

"Gimana gue gak emosi sama lo! Lo bilang bokap gue lembur dan sekarang lo bikin gue kesellllll!"
Nafiza mencak mencak sendiri sembari mencakar cakar angin

Tanpa Nafiza sadari, para tetangga mulai mempertontonkan dirinya. Iqbal yang menyadari kejadian memalukan itupun dengan sigap menarik Nafiza masuk ke halaman rumahnya

"Gila nya jangan sekarang dong za"

"Dih! Siapa yang lo bilang gila?"

"Gue"
Sudah. Lebih baik ia yang mengalah. Mau sepanjang jalan kenangan mereka berdebatpun akhirnya Nafiza juga yang menang, karna tentu saja cewe selalu benar!

"Nah kalo udah sadar gitu mending pulang" ucapnya dengan tangan yang di ayun ayunkan seolah olah mengusir

"Ngusir nih ceritanya?"

"Lo pulang atau babak belur di tangan bokap gue?

Mending pulang lah!

"Iya iya. Hati hati ya sayang" ucapnya seraya mengacak ngacak rambut Nafiza lembut

"Kok gue yang hati hati?"

"Hati itukan love. Jadi love love sayang"

Nafiza langsung saja menyentil bibir Iqbal yang dimonyong monyongkan itu. Sungguh menggelikan, pikirnya.

Tanpa merasa iba melihat Iqbal yang sedikit meringis karna terkena sentilan maut yang di berikan Nafiza, Nafiza langsung saja berlalu dari hadapannya tanpa pamit.

Ah ya sudahlah

Entah mengapa ia merasakan ada kejanggalan di sekitarnya. Yap! Mobil itu! Ia membalikkan arah tubuhnya yang awalnya menuju pagar di depan

Mumpung tidak ada siapa siapa, ia harus menggunakan kesempatan ini dengan sebaik baiknya. Ia amati dari belakang hingga depan, dan dari atas hingga bawah. Ah! Sudah ia duga! Ini mobilnya!

"Sialan brengsek! Kok dia bisa tau!"

Dengan kesal, Iqbal memukul kuat mobil itu dengan sekali hentakan tanpa ia sadari. Hingga alarm mobil itu berbunyi sendiri karna hantaman kuat yang di berikannya

"Demi cimoymontok! Kampret!"

Ia panik. Langsung saja ia berlari menuju pagar dan berhasil membawa lari motor kesayangannya itu.

Untung saja ia cepat cepat kabur dari sana, karna si tuan mobil dengan gesit langsung menghampiri mobilnya

"Kenapa mobilnya?" tanya Tio

"Gakpapa om. Paling kena angin doang. Oh ya om, sekalian saya mau pamit pulang dulu"

"Cepat sekali. Kamu bahkan belum melihat putri saya"

"Iya om. Mungkin hari ini bukan hari keberuntungan saya om. Mungkin lain kali saja" jawabnya dengan sangat sopan

"Yasudah sepertinya kamu sangat sibuk ya. Tapi om akan tagih 'lain kali' nya kamu itu" ingat Tio

"Iya om saya akan usahakan. Saya pamit pergi dulu ya om. Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Suara mobil itu semakin lama semakin hening. Sekarang hanya tersisa Tio dan mobilnya saja.

"Nafiza harus mengenalinya"

________________________________________________

Who? 👀

VOTE!!!

VOTE!!!

VOTE!!!

You Are Only MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang