Hampir pukul 12 tengah malam, jika kebanyakan orang akan menghabiskan waktu untuk beristirahat sebab tubuh mereka terlalu lelah akibat pekerjaan yang sangat mencekik seharian, namun wanita 23 tahun ini tak memilih hal yang sama. Dengan balutan jeans ketat dan hoodie berwarna hitamnya, wanita cantik dengan lekuk tubuh molek ini melangkahkan kakinya menapaki anak tangga sebuah gedung kosong tua yang nampak sangat menyeramkan itu.
Pengap, lembab, dan ya .. Lumut dan rumput liar tumbuh di sekitarnya. Ia sempat heran bagaimana bisa mereka menjadikan tempat berhantu seperti ini sebagai markas? Mereka kaya. Memiliki aset dengan harga fantastis, tapi mereka bahkan lebih memilih tempat menjijikkan ini sebagai tempat berteduh, mungkin?
Srreeeekkk...
Hwayeong berdecak pelan saat mendengar langkah kaki lain di belakangnya, ia yakin seseorang telah mengikutinya. Perampok, hidung belang, pembunuh, bahkan psikopat kini mengelilingi isi otaknya.
Setidaknya, jika ia mati malam ini, setengah dari beban hidupnya bisa berkurang, bukan?
Drrrtttt... Drrrrrtttt...
Hwayeong berdecak lagi lantas meraih ponselnya yang tersimpan di saku hoodienya.
“Ya, oppa?” Hwayeong terus melangkah masuk sampai ia berhasil menapakkan kedua kakinya di loteng gedung tua tak terpakai itu.
“Kau di mana? Bukankah kau tadi di kamar? Apa kau—” Suara kakaknya di sebrang sana terdengar sangat cemas tapi Hwayeong harus segera menyelesaikan masalah ini. Cepat atau lambat, ia harus menemukan orang itu.
“Aku keluar sebentar, oppa. Ada sedikit masalah di rumah sakit, aku akan segera pulang setelah masalahnya beres. Tolong jaga Juan sebentar.”
“Di jam seperti ini? Aku akan menjemputmu. Bagaimana kalau tiba-tiba Juan bangun?”
“Ah ani! A-aku akan segera pulang. Sampai jumpa.” Tut...
“Sialan!”
Buagh!! Krakk!! Bugh!!
“ARGH!”
“Sialan!! Dasar hidung belang!!”
Nafas Hwayeong terengah saat ia berhasil berbalik setelah memutuskan sambungan teleponnya, mendapati seorang pria dengan pakaian serba hitam yang sedari tadi berjalan mengendap di belakangnya. Meraih tangan kiri pria itu, memelintirnya ke belakang tubuh lantas membanting tubuh itu di tanah. Kini posisi pria itu sedang jatuh tengkurap dengan tangan kiri yang ditarik oleh Hwayeong ke atas dan heels gadis itu mendarat apik, di atas punggung pria itu, menahan targetnya agar tak memberontak.
“Yaakk!! Apa yang kau lakukan?! Akh!! Sakit bodoh!!” Pria itu merintih sebab Hwayeong mencengkram tangannya kuat, siapa gadis ini sebenarnya? Bodyguard? Atau kuli bangunan? Kenapa kasar sekali?
“Dasar mata keranjang!! Kau benar-benar —”
DORR!!
“Argh!” Tubuh Hwayeong jatuh terjengkang saat sebuah peluru berhasil menggores tangannya, menciptakan sebuah goresan lumayan dalam pada lengan sebelah kanannya.
Lantas tatapan tajamnya tertuju pada seorang pria yang memiliki tatapan setajam elang, balutan jas hitam, dasi berwarna senada, pantofel mengkilat, dan ... Wajah tampannya yang nampak lebih bersinar akibat sorotan cahaya bulan. Ia masih menodongkan pistolnya pada Hwayeong sementara pria yang tadi mendapat serangan dari Hwayeong kini bangkit berdiri, sedikit mengibaskan debu dan kotoran yang menempel pada ripped jeans dan jaket kulit hitamnya.
“Turunkan senjatamu, hyeong. Dia putri Kang Donghan.” Pria yang kelihatan lebih tua itu lantas menyimpan kembali pistolnya di balik jas kerjanya.
Salah seorang pria mendekat, membopong tubuh Hwayeong yang masih memegangi lengannya sambil sesekali meringis kesakitan. Mereka membawa Hwayeong ke sebuah ruangan yang letaknya tak jauh dari sana, setelah menekan saklar lampu ia mendudukkan Hwayeong di sebuah kursi kayu yang nampak usang.
“Namaku Kim Taehyung dan pria yang tadi hampir kau patahkan lengannya, itu Jeon Jungkook. Dia sepupuku.” jelas pria Kim itu sambil kedua tangannya bergerak, bermaksud melepas hoodie milik Hwayeong yang segera ditepis kasar oleh pemiliknya.
“Yaakkk!! Apa yang kau—”
“Biarkan saja hyeong. Wanita itu ingin tangannya diamputasi,” sahut Jungkook yang entah datang dari mana sambil membawa kotak P3K.
Taehyung hanya mengedikkan bahunya lalu berdiri dan duduk si sebuah kursi yang memiliki roda. Jungkook meletakkan kotak P3K itu begitu saja di sisi tubuh Hwayeong membuat wanita itu berdecak.
“Ah baiklah, baiklah. Obati lukaku!” kata Hwayeong sedikit berteriak mengingat tangannya seperti terbakar sekarang.
Jungkook tersenyum miring lantas berlutut di depan Hwayeong, melucuti hoodie wanita itu dan menyingkap lengan kaos pendeknya sampai ke bahu.
“Jadi ... Wanita itu sudah menjelaskan padamu. Siapa kami dan apa yang harus kau lakukan?” Hwayeong mendecak pelan lalu menatap Taehyung dengan wajah arogannya. Cih! Dasar sok tampan!
“Apa yang harus kulakukan? Harusnya kalian yang melakukan semua yang kuinginkan! Aku nyonya kalian, paham?!” Jungkook terkekeh mendengar perkataan Hwayeong namun ia masih tetap mengobati luka di lengan gadis itu.
Sementara Taehyung kini bangkit berdiri dan berjalan mendekati Hwayeong, “Kau melewatkan satu poin, sayang.” Hwayeong melengos sebal sementara Taehyung yang sudah dekat kini membungkuk, mendekatkan bibirnya di telinga Hwayeong.
“Kau harus menikah dengan kami.” [..]
22 Jan 2020
Okayyyyyyy ini masih prolog ya, main part bakal up mulai tanggal 31 Jan 2020 ... See you 😘😘💜

KAMU SEDANG MEMBACA
Malicious Husband
Fanfiction[SUDAH DIBUKUKAN] *** E-book tersedia, bisa dibeli kapan saja *** Jeon Jungkook. Jelek. Menyebalkan. Dingin. Jahat. Tak pernah tersenyum kecuali saat ia berhasil melubangi kepala musuhnya dengan pistol yang selalu bersemayam di balik jaket kulitnya...