Bermain di Pantai

1.3K 16 13
                                    

Mobil sudah terparkir. Pintu mobil terbuka otomatis yang dikendalikan oleh mama.

Aku menghirup udara dengan kuat, "Ah~ sampai juga disini."

Michael datang mendekatiku, "Iya!"

"Bagaimana perjalanan kita tadi?" Tanyaku ke Michael.

"Kebanyakan tidur, dan ada kejadian yang lucu..."

"Shhtt! Udah ah, jangan bahas itu lagi!" Kataku malu.

"Hehe, maaf! Habisnya kamu lucu banget deh, sudah besar masih aja..."

"DIAM! Malu tau!"

Tiba-tiba mama menepuk pundakku, "Mama mau ke sana dulu ya?"

"Mau kemana, Ma?" Tanyaku heran.

"Ada deh."

"Baiklah!"

Mama langsung pergi ke suatu tempat dengan berjalan kaki. Entah mau kemana dan mau ngapain, sepertinya ini berhubungan dengan tadi. Mama senyum-senyum mulu saat menyetir.

Mamanya Michael membawa sesuatu. Tenda rupanya. Kayaknya kita bakalan bikin tenda bersama.

"Michael! Sissyan! Yups kita bikin tenda bareng-bareng!"

"Yuk!" Seru kami dengan riang dan gembira.

Kami membuat tenda di pesisir pantai. Ada dua tenda yang kita bawa.

Satu per satu kami memasang tenda bersama, akhirnya kedua tenda telah kami bangun. Tendanya cukup besar, cukup untuk 5 orang. Tapi kami membawa 2 tenda, agar lebih leluasa.

Dengan kebersamaan, seberat apapun pekerjaan akan terasa lebih mudah. Kami membangun kedua tenda ini hanya membutuhkan beberapa menit saja. Mungkin kurang dari 5 menit.

Mama pun datang dan membawa sesuatu.

"Mama! Itu apaan yang di bawa?"

"Nanti juga tau, Sayang!"

Aku sangat terheran-heran. Sementara mamanya Michael dan mama senyum-senyum. Ada apakah ini? Gumamku.

Mama mempersilahkan mamanya Michael untuk memilih tenda yang mana terlebih dahulu untuk mereka. Kami hanya sisa tendanya, yaitu tenda yang satunya lagi.

Matahari sudah terlihat setengahnya. Aku memandangnya sejenak, dan teringat sesuatu.

"Mama! Hp aku dimana?"

"Bukannya ada di tas kamu, Nak?"

"Lah, tas dan koper-koper nya juga masih ada di mobil kan, Ma?"

"Iya juga. Kita ambil aja kesini."

"Ok, Ma!"

Kami langsung bergegas kembali ke mobil untuk membawa koper-koper dan tas yang kami bawa. Aku membawa tas saja, karena hanya satu, dan tas ini punyaku. Hehe, kalau bawa koper sih berat. Tapi untungnya ada rodanya. Mama membawa 2 koper ke tenda.

Aku mencari hpku di tas. Langsung aku menyalakannya, dan menekan gambar kamera untuk mengambil foto sunset yang indah ini.

Aku tidak hanya mengambil satu foto saja. Foto sunset juga ada beberapa foto, belasan mungkin. Aku juga mengambil foto pemandangan di pesisir pantai ini, dan tenda-tenda kami. Dan aku simpan semuanya dalam galeri hpku.

Sebentar lagi Maghrib. Untungnya di dekat sini ada masjid. Aku bisa melaksanakan sholat di sana bareng mama. Berangkatnya bareng maksudnya, kalau di masjid kan cewek dengan cowok dipisahkan.

***

Sekarang sudah menunjukkan pukul 8 lebih. Aku memakai jam tangan biasa, karena sudah tau kalau aku nggak suka bermewah-mewah. Jam tangan ini banyak sekali di pasaran, dan harganya murah.

Aku berpikir tidak akan tidur malam ini. Aku sudah berbicara dengan Michael, dan diapun setuju.

Walaupun sudah malam uang seharusnya dingin, tapi kami masih bermain dengan air laut. Suasana di pantai memang gerah walaupun sudah larut malam.

Bajuku sudah basah kuyup karena aku tiduran di air laut yang dangkal ini. Aku hanya bisa bermain di sisi pantai saja, karena sejujurnya aku tidak bisa berenang. Kalau Michael jago banget berenangnya.

Pukul 11 malam. Sebenarnya aku masih ingin bermain. Tapi, rasa kantukku mulai datang.

Aku ingin tidur. Michael masih bermain pasir, sedang menangkap kepiting-kepiting yang keluarnya saat malam hari.

"Michael! Aku ngantuk nih..."

"Oh, ya udah. Kamu tidur aja duluan."

"Emangnya kamu nggak apa-apa kalau aku tidur duluan?"

"Nggak apa-apa kok! Daripada kamu menahan kantukmu itu."

"Baiklah... Aku ke tenda ya?"

"Iya!"

Aku pun langsung pergi meninggalkan Michael, aku ke tendaku.

Tendaku sudah tertutup dengan resletingnya. Aku membukanya, dan mama sudah tidur duluan.

"Mama, bangun dong!"

Mama pun terbangun, "Eh Sayang, mau tidur?"

"Iya, Ma..."

Aku menguap, dan ditutupi oleh cakar kiriku.

"Ok! Sini, Sayang!"

Aku masuk ke tenda, dan mama menutup tenda ini.

"Sebelum kamu tidur, siap-siap ya?"

"Siap untuk apa, Ma?"

Mama menunjukkan popok dan bedak ke arahku, "ini!"

"Po...popok?!"

"Iya, Sayang. Kamu harus pake ini!"

Aku menelan ludahku.

"Mama! Aku kan sudah besar, masa pake popok sih?!"

"Soalnya takut ngompol lagi. Kan kalau pake popok jadi aman, Nak!"

"Nggak mau, Ma! Malu tau! Aku tuh dah gede, nggak butuh lagi pake popok!" Kataku kesal.

"Awas aja kalau kamu ngompol lagi. Kalau ngompol besok pake popok ya? Janji ya?"

"Iya, Ma! Aku nggak bakalan ngompol lagi. Lagian kemarin kan hanya kecelakaan saja."

"Ok deh!"

Mama kembali tidur, aku pun langsung tidur di samping mama.

Aku nggak boleh ngompol lagi, NGGAK BOLEH! Aku nggak mau pake popok!

Gumamku sebelum tertidur nyenyak. Nanti hasilnya kita lihat besok saja. Aku nggak bakalan ngompol lagi.

RegressionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang