Apa?!

1.3K 18 8
                                    

Besoknya aku sebenarnya nggak mau sekolah karena malu, tapi aku paksain deh.

Mama malah memberiku saran agar selalu pakai popok kemana-mana. Sudah dibelikan popok satu bungkus besar. Aku kaget dong, "Mama! Kenapa aku harus pakai popok?!" Malu tau, Ma!"

"Nggak apa apa, Sayang! Nggak akan keliatan kok. Lagian, kamu ngompol mulu sih. Daripada ngompol di celana?" kata mama.

"Iya deh..," sahutku dengan kesal dan malu.

Aku dipakein popok sama Mama. Ini jenis popok celana, jadi langsung pakai kayak celana dalam. Kalau mau ganti, ngerobeknya cukup mudah.

Baru pertama kali ke sekolah memakai popok, jalan pun terasa aneh, ada yang menyangga diantara selangkangan. Aku berusaha membiasakannya agar tidak terlihat aneh di mata orang lain. Tidak lupa aku dibekali popok satu untuk jaga-jaga kalau aku ngompolnya banyak.

Ke sekolah seperti biasa, dianterin sama Mama sampai ke depan gerbang sekolah. Nah dari sini, aku mencoba menangkan diri agar tidak terlihat curiga. Untungnya celanaku ini tidak begitu ketat sehingga tidak terlihat seperti memakai popok, padahal aku pakai. Memang sih ini seperti celana dalam hanya saja agak tebal, karena belum aku pipisin.

Pembelajaran tetap biasa, mencoba fokus ke penjelasan guru. Tidak ada yang mencurigai aku. Aku merasa agak lega.

Jam istirahat pertama pun telah tiba. Aku sedikit ingin pipis sih, tapi aku tahan dulu. Aku ragu kalau pipis di popok sekarang, takut bocor. Di benakku berfikir, Kalau aku ganti popok, gimana ya? Gantinya sih di toilet, tapi bawa popoknya gimana? Terus buangnya kemana? Kalau disekolah pasti ketahuan, bakal ada yang sebar-sebarin. Aku tahan dulu deh.

Hingga jam istirahat kedua, aku sudah kebelet pengen pipis. Mencoba tetap tenang, namun rasa kebelet ini tidak tertahankan. Aku mencoba melepaskannya sedikit-sedikit sambil pawsku meraba popokku, takut bocor. Eh, malah kelepasan. Aku merasa lega dan agak malu. Tapi untungnya tidak bocor. Orang lainpun tidak memperhatikanku.

Terasa hangat mulai terasa saat aku pipisin ini dengan lumayan banyak. Mulai dari selangkanganku hingga naik ke pantat aku. Ekorku menutupi selangkanganku. Popok ini mulai membesar dan aku pegang terasa hangat. Saat aku lihat, sedikit terlihat benjolan. Semoga saja tidak diperhatikan orang.

Duduk pun sedikit tidak nyaman, karena terasa ada yang mengganjal antara pantat hingga selangkangan. Aku terus sesekali melihat ke celana, melihat apakah popok ini terlihat atau nggak.

Aku sih tidak beser, jadi nggak usah ganti. Baru juga aku pipisin satu kali. Belajar tetep lanjut sampai pulang sekolah.

Saat pulangnya tiba, aku akan menunggu kelas ini kosong. Kalau pakai rok sih enak, nggak keliatan memakai popok walaupun itu sudah besar banget. Ini aku pakai celana, takut membentuk.

Kelas sudah kosong, tapi aku kebelet pipis lagi. Aku lihat sana sini sudah kosong, mumpung kosong kelas ini aku lepasin aja. Rasa hangat mulai terasa, lega rasanya. Aku merenggangkan kakiku untuk memberi ruang popok agar tidak bocor dan sembari di oegang. Enak banget rasanya. Aku coba meraba celanaku, ternyata tidak bocor. Popok ini masih kuat.

Aku mencoba berdiri, dan ternyata ini terlihat aku memakai popok kalau diperhatikan. Untung sudah tidak ada orang. Aku berjalan untuk pulang.

Popok ini sudah membesar lagi, jalan pun merasa tidak nyaman. Aku bahkan berjalan dengan sedikit direnggangkan. Tapi aku paksakan untuk tetap berjalan normal, namun ini seperti ada bantal yang mengganjal selangkanganku.

Akhirnya aku sampai di gerbang sekolah. Mama sudah menunggu disana untuk menjemput ku. Aku duduk di kursi belakang. Kaki direnggangkan, dan memerhatikan ke bagian selangkangan. Popokku terlihat besar dan membentuk, aku raba sudah mulai agak becek.

RegressionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang