Bertemu dengan Teman Baru

1.1K 24 17
                                    

Aku pergi ke sekolah hari ini. Berpakaian rapi, semuanya sudah siap termasuk aku selalu pakai popok.

Saat masuk ke kelas aku mendengar sesuatu dari teman-teman. Mereka sedang sibuk berbicara tentang adanya murid baru, "Hey, tau nggak? Katanya bakalan ada murid baru di kelas kita."

Aku terdiam duduk di bangku sambil mendengarkan omongan mereka. Lama-lama aku jadi penasaran siapa orang itu.

Berharap dia adalah wanita yang cantik yang bisa memahami perbedaan dan mendukung keadaanku yang selalu memakai popok. Atau laki-laki yang sama memakai popok, paling tidak dia mau peduli kepadaku. Menjadikan dia teman yang paling dekat denganku, yang sudah aku bayangkan sejak dulu.

Moga bayangan aku terkabul...

Begitu gumamanku hingga berulang beberapa kali sambil melamun. Raut wajah yang terpaku tersenyum membayangkan dia seperti apa. Sampai tidak sadar di sekeliling ku. Suara pun seketika tidak terdengar di telingaku.

Hingga ada yang teriak, "Bu guru nya datang!" membuatku tersadar.

Aku melihat sekeliling. Semuanya berlarian untuk duduk di kursinya masing-masing. Tapi aku merasa ada yang kurang, entah apa itu.

"Selamat pagi, murid-murid!" sapa Ibu guru itu, Bu Lioniah.

"Pagi, Bu guru!" jawab kami dengan kompak.

Aku duduk dengan rapi. Tangan dilipat di atas meja, dan posisi badan tegak. Memandang terus wajah ibu guru itu.

"Nah, murid-murid! Hari ini kita memiliki berita suka dan duka. Mau suka dulu atau duka dulu?" tanya Ibu guru.

Aku menjawab, "Duka dulu, Ibu!"

Ada yang sama jawabannya denganku dan ada juga yang berbeda. Namun jumlah banyaknya siswa yang menyebutkan "Suka dulu" atau "Duka dulu" itu sulit dihitung karena berisik. Saking berisiknya kelas ini seperti suara di pasar seketika.

Ibu guru pun kebingungan, mana yang harus duluan. Akhirnya ibu memerintahkan, "Angkat tangan yang ingin mendengarkan berita suka dahulu!"

Aku tidak mengangkatkan tangan karena aku tidak memilih itu. Melihat ada beberapa siswa yang mengangkat tangannya. Namun itu hanya sedikit, kurang dari setengahnya. Akhirnya ibu guru pasti akan memberitahukan berita dukanya.

"Baiklah murid-murid! Karena kebanyakan tidak mengangkat tangan, maka ibu akan memberitahukan berita dukanya terlebih dahulu," kata Ibu guru.

Jantungku mulai berdetak dengan agak cepat, penasaran apa yang akan diberitakannya.

"Jadi murid-murid, dikabarkan bahwa Michael pindah ke sekolah lain."

Aku mendengar berita itu, jantungku langsung "deg!". Sedih banget itu beritanya.

Waduh. Kok Michael pindah sih? Aku gimana dong? Nanti aku sendirian yang memakai popok. Kenapa nggak bilang-bilang dari awal kalau mau pindah? Michael, engkau kenapa?

Gumaman dalam hatiku. Bermunculan prasangka buruk pada Michael.

Ibu melanjutkan beritanya, "Dikarenakan ayahnya Michael kerja di luar negeri, maka dia dan keluarganya harus ikut pindah bersama ayahnya."

Aku mulai sedikit panik, karena sudah tidak ada lagi teman yang sama memakai popok. Jantung berdebar-debar, untungnya tidak keringat dingin.

"Namun, kabar suka atau kabar gembiranya adalah kita kedatangan murid baru." Lalu ibu guru melirik ke arah pintu, "Ayo masuk!"

Aku langsung melihat ke arah pintu kelas. Di sana muncul seorang murid yang terlihat seperti panda. Saat dia sudah berada di kelas, benar saja dugaan ku kalau dia adalah seekor/seorang panda.

Dia terlihat canggung, gugup, dan malu bercampur aduk saat masuk ke kelas. Langkahnya yang sedikit tertahan-tahan karena malu. Wajahnya yang terus menatap ke bawah, memperlihatkan kurangnya percaya diri pada dia.

Wajar sih menurut aku. Karena dia belum kenal siapa-siapa di sini. Kita juga belum kenal siapa dia. Kami sekelas pada kebingungan siapakah dia.

"Nah, coba perkenalkan siapa namamu?" tanya Ibu guru kepada murid baru itu.

"H..ha..hai! Na..namaku Ruuya. S..salam kenal semuanya," kata dia.

Kami menjawab serempak, "Hallo Ruu!"

"Murid-murid! Semoga kalian bisa berteman dan berkawan dengannya ya!" perintah Ibu guru.

"Baik, Bu!"

Aku sangat meneliti pada tubuhnya. Mulai dari ujung rambutnya, pakaiannya yang sangat rapi dan sangat bersih seperti baru, sepatunya yang terlihat seperti baru beli, hingga jam tangan biru muda yang ia kenakan. Tapi, aku menemukan sebuah kejanggalan.

Aku bergumam di dalam hati kecilku.

Bentar deh. Benarkah ini? Apa aku tidak salah lihat? Kalau memang benar, dia seperti...

______________________
Hallo guys. Gimana nich. Aku pengen bertanya, apakah mau berlanjut di buku ini atau bikin buku lagi yang baru? Soalnya ini cerita baru lagi.

Tolong jawab di komentar ya X3

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 30, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RegressionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang