Baiklah

1.4K 15 2
                                    

Di pantai terlihat sun set yang sangat indah. Mataku berkaca-kaca karena keagungan ya, keindahannya. Aku dan Michael hanya duduk menatap sun set itu di dekat tenda kami.

Aku sudah mengambil banyak aktivitas kami pada liburan ini. Hampir 500 gambar yang aku ambil di ponsel pintar ku. Termasuk memotret sunset ini.

Tak terasa sudah larut malam, dan sudah waktunya Maghrib. Aku kembali ke tendaku.

Singkat cerita ini sudah jam 9 malam. Aku siap-siap untuk tidur. Dan ya, Mama membicarakan itu lagi...

"Sayang, mau pake?"

"Hmmm..."

Aku ragu-ragu untuk mengatakannya. Tapi Michael pun memakainya dan tidak malu, kenapa aku malu?

"B..baiklah, Ma! Aku akan pakai deh. Michael juga pake, Ma."

"Bener nih? Gemesin anak mama!"

Pipiku memerah dan memejamkan mata dengan kuat.

"Ayo sayang, berbaring disini!" Mama menepuk tempat yang akan aku pakai untuk berbaring.

Aku pun berbaring. Tidak lama kemudian Mama membukakan celanaku dengan pelan-pelan.

Baru pertama kali pakai popok pada usia belasan ini. Aku menutupi kemaluanku dengan ekor, dan melihat entah kemana. Tapi Mama membuka ekorku dan diberi bedak, lalu dipakaikan popok. Seperti bayi saja.

"Udah nak! Nggak buruk kan?"

"I..iya..."

Aku agak malu memakai ini. Tapi ya biarlah. Aku memakai celanaku kembali. Awalnya tidak terlihat memakai popok, karena belum aku pipisin. Jadi nggak menggembul.

Aku mencoba tidur, dan akhirnya aku tertidur nyenyak.

***

Paginya aku bangun. Aku segera mengecek popokku. Ternyata aku ngompol lagi. Popok sudah berwarna kekuningan karena pipisku, dan juga agak menggembul.

Aku mencoba berdiri. Di selangkanganku seperti ada yang mengganjal, itu membuatku agak repot untuk berjalan. Harus agak renggang.

Aku membangunkan Mama.

"Mama! Mama! Bangun! Aku ngompol." Kataku pelan.

Mama terbangun, dan melihatku. Bukannya marah atau apalah, tapi Mama malah mengusap kepalaku.

"Mama buka ya, popoknya?"

Aku hanya mengangguk.

Mama menyuruhku untuk berbaring. Dibukalah celanaku, dan merobek popok yang aku pakai sudah berisi ini. Popok itu dibungkus ke dalam kantung plastik. Ya seperti ibu menggantikan popok bayi, tidak lebih hanya saja aku dah bukan bayi lagi.

"Nak, setelah ini langsung mandi ya!"

"Tapi Ma, airnya dingin." Keluhku.

"Kalau gitu cebok aja tuh bekas ngompolnya, nanti kesini lagi!"

"Baiklah..."

Aku pun langsung memakai celana dan menuju WC umum. Saat ku rasakan airnya, ternyata tidak sedingin yang aku kira.

Kemudian aku membuka celanaku, dan langsung membasuh area bekas aku ngompol.

Mau langsung pakai celana, basah. Kalau dibiarkan telanjang begini, dingin dan butuh berapa lama hingga ini kering. Terpaksa aku pakaikan saja celana ini. Alhasil celananya basah bekas cebok tadi. Seperti orang yang ngompol di celana.

Balik lagi saja ke tendaku. Mama langsung tertawa. "Kamu ngompol?! Baru saja ngompol dah ngompol lagi."

"Bukan Mama, ini bekas air. Belum kering."

"Lagian kenapa nggak dikeringkan dulu?"

"Lupa bawa handuk, Mama."

Aku disuruh untuk mengganti baju setelah mandi. Airnya sih lumayan segar, jadi aku bergegas untuk mandi.

***

Sudah waktunya untuk pulang. Lagi-lagi Mama menyuruhku untuk memakai popok lagi. "Pakai dulu popok Sayang! Biar nggak ngompol lagi waktu itu."

"Iya deh, iya!"

Lanjut kami membereskan semuanya. Barang-barang bawaan, tenda, sampah, dll. Dimasukkan ke bagasi mobil.

Semuanya sudah siap, tinggal berangkat untuk pulang. Sudah dicek dan re-cek bahwa tidak ada yang tertinggal.

Mobil mulai menyala, dan digerakkan oleh mamaku.

Aku meminum banyak air, karena aku dah yakin nggak bakalan ngompol, karena sebelum berangkat aku ke toilet dulu. Dengan yakinnya bahkan air sebotol langsung habis. Enak sih rasanya.

Di jalan besarnya, biasa kejebak macet lagi. Kayaknya sekarang makin parah dari kemarin. Karena semuanya mungkin pulang dari liburannya.

Diluar dugaan aku pun kebelet pipis. "Mama, aku mau pipis!"

"Pipis aja, Sayang! Kan pakai popok."

Walaupun aku pakai popok, tapi aku nggak yakin. Soalnya aku belum pernah menyengaja ngompol di popok.

Sudah beberapa lama, aku sudah nggak kuat nahan kebelet ini. Terpaksa aku lepasin aja, tapi takut bocor.

Sedikit-sedikit mulai keluar pipisku karena saking tak tertahankannya. Makin lama makin tak tahan, aku lepaskan saja sedikit-sedikit. Tapi malah kelepasan, keluar semua dengan deras. Terasa hangatnya, banyak lagi.

Sudah lama mengeluarkannya akhirnya habis juga. Popokku sampai gemuk, terlihat bentuknya dari celanaku agak menggembul gitu. Untungnya nggak sampai bocor sih, tapi masih terasa hangat popoknya. Aku pun sangat lega.

Singkat cerita sudah tiba di rumah. Kami keluar mobil, kecuali Mama yang akan memasukkan mobil ke garasi.

Baru kali ini memakai popok yang sudah menggumpal. Saat aku berjalan terasa aneh, kayak ada yang mengganjal di area selangkanganku. Jadi aku berjalan sedikit anggang. Seperti bayi atau balita mengenakan popok yang sudah gemuk gitu, saat berjalan kakinya sedikit direnggangkan.

Michael pun tertawa melihat cara aku melangkah. Aku sedikit terheran, padahal Michael pakai popok, terlihat banget lagi popoknya karena mungkin dia pipisnya banyak. Apa karena dia sudah terbiasa? Mungkin.

Yeah, kami pun pulang ke rumah masing masing.

"Sayang, kamu ngompol ya?"

"Iya, Mama!"

"Sini, Mama gantiin!"

Aku berbaring di kasurku. Mama membukakan celanaku.

"Kamu ngompol banyak ya? Kalau kebelet tadi jangan ditahan-tahan, kan pakai popok."

"Aku nggak terbiasa, Mama! Jadi malu kalau mau pipis di popok."

"Nggak apa-apa deh."

Mama pun merobek popok yang aku kenakan, dan membungkusnya ke dalam kantung plastik untuk dibuang.

RegressionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang