Oh Tidak

1.7K 18 6
                                    

Sesuatu yang tidak sengaja terjadi kepadaku

"Bangun, Sayang!" teriakan Mama di luar kamarku.

Aku terbangun sambil menggosok-gosok mata kananku dengan cakar yang lembutku. Rasa kantukku masih kuat, tetapi aku tetap harus bangun walaupun masih libur sekolah.

Jarum jam menunjukkan pukul 4 pagi lebih 3 detik. Suasana masih terasa dingin. Di luar sana masih gelap, karena matahari belum terbit.

Aku terdiam sejenak. Ada hal aneh yang aku rasakan, rasa basah dan dingin di celanaku. Aku sontak membukakan selimut yang masih menyelimutiku. Terkejut aku.

Aku menangis kecil dan menutup wajahku yang memerah karena malu dengan kedua cakarku. Telingaku turun, dan ekorku menutupi celana yang basah. Kenapa aku bisa mengompol. Aku takut banget kalau Mama tahu ini, aku bisa dimarahi.

Pintu kamarku terbuka, Mama yang membukakannya, "Kenapa, Sayang? Kok kamu menangis?"

Aku hanya menangis, karena aku takut Mama marah.

Mama menghampiriku, "Kamu ngompol?"

Aku mengangguk pelan.

Aku terus menangis. Pasti Mama bakalan memarahiku. Tapi, Mama malah mengusap kepalaku.

"Nggak apa apa, Sayang. Jangan nangis. Mama nggak akan marah kok!" katanya dengan suara yang halus.

Mama menghampiriku dan memelukku. Itu membuatku terasa lebih tenang. Aku mengusap air mataku dengan tanganku yang berbulu lembut ini.

Entah kenapa pelukan ini sangat menghangatkan hatuku. Aku kira Mama bakalan marah-marah kepadaku. Ternyata tidak. Aku terasa lebih tenang sekarang. Tangisanku perlahan-lahan menghilang. Air mataku berhenti mengalir, tapi masih ada bekas air mata.

Aku menoleh ke Mamaku, "Aku minta maaf, Ma! Aku nggak sengaja. Besok aku nggak bakalan ngompol lagi!"

"Nggak apa apa, Sayang! Namanya juga nggak sengaja. Memangnya kamu ngapain setelah makan malam?"

"Aku nggak ngapa-ngapain, Ma. Hanya pergi ke toilet, lalu aku langsung tidur."

Mama mempererat pelukannya. Moncongnya tepat di atas kepalaku dan telingaku. Aku memeluk balik.

"Oke, Sayang! Sekarang kamu mandi aja. Bajunya simpan di tempat cucian. Nanti biar mama yang bersihin kasur dan pakainmu itu."

"Baik, Ma. Terima kasih!"

Aku memeluk Mama lagi, dan langsung pergi ke kamar mandi untuk mandi.

***

Ya ampun. Kenapa bisa terjadi seperti ini. Padahal aku sudah pipis dulu sebelum tidur, dan nggak minum banyak-banyak.

Aku terus berpikir keras seperti itu. Pikiran itu selalu menghantui kepalaku. Untungnya Mama nggak marah. Kalau marah, habis semua tubuhku dengan benjolan-benjolan bekas pukulan Mamaku. Dan untungnya lagi, Papa lagi nggak ada di rumah. Papa masih kerja di perusahaannya.

Papaku punya perusahaan yang lumayan cukup terkenal. Perusahaannya sangat maju, dan penghasilannya pun besar juga. Letaknya jauh dari kotaku yang aku tinggali ini. Jadi Papa menginap di sana.

Walaupun keluargaku bisa dibilang kaya, tetapi aku tidak suka memamerkannya kepada yang lain. Aku lebih suka hidup sederhana.

Rumahku juga cukup mewah. Peralatan-peralatannya pun sudah canggih-canggih. Seperti TV, mesin cuci, kompor listrik, dan lain-lain. Bahkan aku punya laptop sendiri. Aku jaga laptop itu sebaik mungkin.

Baru pertama kali ini aku mengompol sejak aku sudah lulus potty training dulu.

Aku terus melamun di dalam kamar mandi. Piyamaku juga belum aku lepaskan.

Kalau sampai teman-temanku tau, aku pasti akan dibully nanti di sekolah. Aku pasti bakalan malu banget.

Ini mungkin hanya ketidaksengajaan yang sewaktu-waktu terjadi. Besok aku nggak bakalan ngompol lagi.

RegressionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang