Bolehkah (part 2)

1.4K 20 3
                                    

Besok harinya, hari Minggu. Libur sekolah ini, seperti biasa aku bakalan di rumah aja. Tapi, masih banyak tugas yang aku harus selesaikan buat besok Senin. Nggak bisa malas-malasan nih.

Aku membukakan mata, melihat ke arah meja belajarku sembari melamun. Terdiam cukup lama dalam posisi itu. Berantakannya meja itu.

Popok ini sudah menggembul banget. Pas malem sebelum aku tidur dah dipipisin nih popok, banyak lagi. Ditambah aku ngompol pas lagi tidur, "Ganti dulu ah!"

Aku robek bagian kanan, disusul di sebelah kiri. Di masukkan ke kantung plastik, dan membuangnya ke tempat sampah yang di luar rumah. Aku pake lagi yang baru.

Mama datang tanpa sepengetahuanku. Aku yang lagi nggak pake celana, cuma pake popok doang. Malu, ekorku menutupi popokku. Pipiku memerah, dan berpaling dari tatapan Mama.

Aku pasang wajah cemberut. Bibir dimanyunkan, "Ada apa, Ma?"

"Kok rajin banget, ganti popok sendiri? Kamu kan nggak sekolah?" tanya mama.

"Hmmm... Cuma pengen, Ma," sambil mengusap lengan kanan oleh tangan kiriku.

"Awww... Biasanya kamu malu kalo pake popok, Nak? Hmmm?"

"Udah ih, Ma! Malu tau!" menutup mata dengan cakarku.

Mama mengusap kepalaku sebentar, tak lama mama pergi gitu aja. Aku sedikit terheran.

Apa Mama udah tau kalau aku suka pake popok?

Muncul pemikiran itu di benakku. Aku tak tinggal diam. Berpikir sebentar, melamun kalau Mama udah tau atau belum.

Aku biarkan saja. Lanjut pake celana. Tiba-tiba ada yang memanggilku, "Sissyaaaan~ main yuk!"

"Iya bentar!" teriakku di dalam kamar.

Berlari ke luar rumah. Melihat ada seseorang di depan pagar rumahku. Ternyata dia temenku, Michael. Aku terheran-heran mau main apa, "Hai Michael! Mau main apa?"

Kaki kiriku lebih dulu menginjakkan ke sendal yang kiri, lalu kaki kanan memasukkannya ke sendal. Aku berjalan menuju gerbang sekaligus kaki kiriku otomatis masuk ke sendal.

"Sebenarnya aku punya masalah nih. Pr nya agak susah, kamu bisa tolong aku nggak?" tanya Michael.

"Oh, itu? Boleh boleh boleh." jawabku.

"Horey!" soraknya gembira.

"Aku ambil dulu buku aku ya?"

"Ok!"

Ku berlari lagi masuk ke rumah untuk mengambil buku pr aku. Tidak lupa semua peralatan yang dibutuhkan untuk mengerjakan pr. Lumayan agak banyak sih. Mau pake tas tapi deket rumahnya. Jadi aku putuskan untuk membawanya dengan tangan.

Aku pamit ke mama, "Mama! Aku pamit main ke rumah temen ya?"

"Iya, Nak! Hati-hati di jalan!"

"Iya, Ma!"

Aku dan Michael belajar bersama di rumahnya. Pr nya sama, jadi bisa saling kerja sama. Mamanya menyuguhi beberapa kue, buah, dan minuman.

Kadang kita berdebat, tapi dengan cara baik. Mungkin karena ada perbedaan pendapat. Dengan begitu banyak argumen dan pendukungnya yang kami lontarkan, hingga pada akhirnya menemukan jawabannya.

Kami beristirahat dahulu. Aku meminum banyak minuman ini. Rasanya enak banget, dan dia membolehkan aku minta lagi. Beberapa kue aku makan, rasanya sangat lembut dan manis.

Setelah selesai, kami melanjutkannya, masih ada beberapa yang belum. Tapi, aku merasakan pengen pipis. Mungkin gara-gara kebanyakan minum tadi. Mana ini tanggung lagi, tapi kebelet banget.

Oh iya. Aku kan pake popok. Aku pipis aja diam-diam.

Perlahan keluar air pipis, rasa hangat mulai terasa. Tapi aku tetap seperti biasa, hanya terdiam duduk menatap ke buku dengan penuh tulisan pr ini.

"Kok aku mencium bau-bau ya?" tanya Michael.

"Bau apaan? Aku nggak nyium kok!" berusaha untuk tetap seperti biasa.

"Kamu ya?" Michael nuduh ke aku.

"Ng-nggak kok! Kamu kali, kan pake popok?"

"Iya, aku memang pake popok. Tapi aku nggak ngompol."

"Mana mungkin, coba aku cek!" kataku. Aku memegang popoknya, ternyata masih tipis. Memang belum dipipisin.

"Tuh kan? Aku belum ngompol. Pasti kamu!"

"NGGAK!" tegasku.

"Hayo! Coba aku cek."

"Nggak mau!" aku mundur agar tidak diperiksa olehnya.

"Kenapa nggak mau? Berarti kamu! Haha! Sissyan ternyata pake popok juga. Sissyan tukang ngompol!"

"DIEM AH!" aku kesel dan malu.

Michael tertawa terbahak-bahak sambil menunjukku.

"Udah ih! Malu tau!"

"Haha! Akhirnya Sissyan pake popok juga."

Aku ngambek. Melihat ke arah lain dan kedua tanganku disilangkan.

"Yah, jangan ngambek dong. Aku kan juga pake."

Aku menarik nafas, " Iya deh! Ayo kita lanjutkan!"

"Yuk!" serunya.

RegressionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang