Aku yang Menang

1.2K 17 3
                                    

Pada hari Senin yang indah ini. Cuaca yang begitu cerah, matahari bersinar terang benderang. Menghangatkan ruang kelas ini. Cahayanya yang masuk melalui jendela-jendela, memantulkannya dari keramik putih menyebar ke seluruh ruangan. Akibatnya kelas terasa sangat terang.

Kali ini diadakan ulangan, Ujian Akhir Semester. Itu yang diumumkannya sejak 2 Minggu yang lalu.

Hari ini mata pelajaran yang akan diuji adalah PAI dan Matematika. Kebanyak orang sih kalau PAI tidak jadi masalah. Namun, mereka takut dengan matematika. Ketakutannya itu seperti saat menatap hantu matematika yang menyeramkan yang tepat didepannya.

Aku sih bodo amat. Malah mata pelajaran yang akan diuji hari ini adalah salah satu favoritku, yang lainnya adalah IPA dan prakarya.

Menurutku semua mata pelajaran favoritku, matematika, IPA, PAI, dan prakarya, sangat menyenangkan.

Dalam matematika dan IPA, aku menyukainya di bagian teka-teki. Dari kecil aku suka banget dengan teka-teki. Mulai dari menyusun pazzle, menebak angka, dan lain-lain. Kalau hafalannya sih aku rada kurang suka. Dan kalau PAI dan prakarya, pelajarannya mudah menurutku. Mungkin karena itu adalah pelajaran dalam sehari-hari.

Seperti biasa, aku setiap hari memakai popok. Supaya terhindar dari kecelakaan saat aku mau pipis nanti.

Ulangan mata pelajaran PAI berjalan dengan lancar. Tidak ada kejadian-kejadian yang dapat mengganggu aktivitas ulangan sedikit pun.

Menurut aku juga ini ulangannya lumayan mudah. Hampir semua aku isi dengan lumayan cepat. Tapi tetap saja, ada beberapa soal yang sulit sampai-sampai aku terpaksa harus menghitung kancing untuk menjawabnya.

Guru pengawasnya pun ramah. Dia Ibu guru dalam mengajarkan pelajaran Bahasa Inggris, Ibu Furyah namanya. Dalam menegurnya pun dia menggunakan kata-kata dan nada yang halus, namun itu langsung menusuk ke hati yang tersinggung.

Untuk menyelesaikan ulangan ini, aku membutuhkan waktu kurang lebih satu jam. Namun yang tertera di jadwal waktunya itu 90 menit.

Hasil ulanganku langsung disuruh untuk dikumpulkan, karena terlihat kalau aku sudah menyelesaikannya. Dalam waktu satu jam, aku sudah mengisi jawabannya, full semuanya. Bahkan aku sudah di cek dan re-cek lagi.

🐺🐺🐺

Nah, sekarang giliran matematika. Yang paling aku tunggu-tunggu. Mata pelajaran terfavorit ku adalah matematika.

Karena pelajarannya matematika itu teka-teki dalam menyusun angka. Angka dari nol sampai sembilan, itu disusun sedemikian rupa. Hingga membentuk bilangan-bilangan. Ditambah lagi dengan rumus-rumus, simbol-simbol dan huruf pun dimasukkan ke matematika. Semakin banyak simbol yang digunakan, semakin sulit pula teka-tekinya.

Dari awal aku sudah membawa satu lembar HVS untuk menghitung manual. Biasanya aku butuh 2 lembar HVS untuk menghitung, saking banyaknya coretan-coretan yang aku buat.

Pengawas hari ini, sangat kebetulan sekali. Yang mengawas pada kali ini adalah guru yang mengajarkan pelajaran matematika, bernama Ibu Lioniah. Aku menjadi lebih tenang, karena tidak akan ada orang yang berani menyontek ke aku. Bahagia sekali, biasanya aku sering jadi bahan contekan.

Dari awal masuk, Ibu guru sudah terlihat seram. Tatapannya yang tajam, sikapnya yang tegas, langkahnya yang tegap. Terlihat seperti laki-laki tentara saja.

Para peserta ujian, alias teman-temanku pada ketakutan. Bagaikan melihat monster yang muncul didepannya. Ada yang sampai menggigil, keluar keringat dingin. Dari awalnya ruangan ini ramai seperti pasar, langsung sunyi seketika seperti kuburan tengah malam saat ibu guru itu masuk.

Semua murid di sekolah ini mengenalnya sebagai guru ter-killer dari semua guru-guru yang bertugas di sekolah ini. Tidak ada yang berani melawannya, sang raja pembully sekalipun.

Apalagi aku, yang hatinya halus banget ini. Fisik ku pun tidak seberapa sih. Sekali dibentak, hatiku tuh langsung terluka. Pengen nangis, tapi malu. Jadinya aku tahan aja.

Untungnya aku dekat dengan ibu guru Lioniah. Yang awalnya di mata mereka itu sangat ganas, tapi di mataku atau di hadapanku dia langsung berubah seratus delapan puluh derajat. Dia baik banget sama aku, ramah, bicaranya pun menjadi halus, terkadang dia memberikan aku tugas yang benar-benar aku mau.

Sebelum ulangan dimulai, Ibu guru memberikan selembar kertas HVS ke semua murid-murid. Jadi HVS dahulu yang diberikan, dilanjut dengan lembar soal dan lembar jawabannya.

Aku jadinya dapet dua lembar HVS dong. Jadinya sedikit leluasa untuk menghitung.

Ulangan pun dimulai. Aku mengerjakannya dengan serius dan sangat fokus.

Macam-macam tingkat kesulitan soal-soalnya. Ada yang mudah, sedang, sulit, bahkan ada juga soal HOTS (High Order Thinking Skill)*.

Durasi waktu yang dibutuhkan untuk mengisi soal itu macam-macam. Ada yang hanya tinggal membaca saja, ada yang hanya menghitung cepat, ada yang sampai satu menit, lima menit, bahkan lebih dari sepuluh menit pun ada.

Soal demi soal ku selesaikan. Diawali dengan yang mudah dahulu, kemudian sedang, dan terakhir yang sulitnya. Biasanya yang sangat lama itu yang sulit, soal HOTS.

Saat aku melihat sengaja ke arah murid-murid, ada yang seperti menahan sesuatu. Keringat dinginnya keluar, sambil bergetar-getar badannya. Dia orang yang selalu menjahiliku. Ternyata dia kebelet pengen pipis.

Dalam hati aku berkata, Mampus! Rasain rasanya kebelet tuh kayak gimana. Takut minta izin ya? Kasihan.

Akhirnya, tinggal satu soal lagi. Tapi ini sangat sulit. Waktunya tinggal 10 menit lagi. Aku merasa kebelet pengen pipis juga.

Ibu guru, pengawas ulangan pun berdiri. Berjalan bolak-balik di depan, "Waktu 10 menit lagi. Tidak ada yang boleh izin keluar sebelum ulangannya selesai!"

Tidak masalah, Bu!

Gumamanku. Karena aku pakai popok, langsung saja aku lepasin tuh perlahan-lahan. Rasa hangat mulai terasa dari air pipis. Perlahan-lahan menyebar, hingga naik ke pantat rasa basah dan hangatnya. Kakiku menjadi sedikit bergetar, karena melepaskan pipis sambil duduk di popok

Aku tertawa kecil, dan melihat si tukang bully itu. Celananya sudah basah, bahkan air pipisnya pun sudah menetes banyak ke lantai. Dia terengah-engah, keringat dinginnya keluar banyak, tubuhnya bergetar, wajahnya mulai memerah. Posisi badannya terdiam seperti itu. Dia sudah tidak sanggup menggerakkan apa pun.

Aku melirik lagi ke arah lain, ternyata ada lagi yang celananya basah. Dia cewek. Rok biru pendek seragam sekolahnya terlihat basah juga. Air pipisnya pun terlihat mengalir di kakinya.

"Ya! Waktunya habis! Sekarang kumpulkan!" kata pengawas.

Aku mengumpulkannya ke depan meja pengawas dengan rapi. Kertas soal dan kertas jawabannya terpisah, kalau kertas HVS sih aku buang saja. Buat apa juga kan nggak berguna lagi.

Ada dua orang yang tumbang hari ini. Membasahi lantai ruangan dengan air pipis mereka. Pasti mereka bakalan malu tuh.

Mereka pun dihukum untuk membersihkan air pipisnya itu. Kasihan banget ditambah lucu. Aku berusaha untuk menahan tawa.

Setelah agak jauh dari mereka aku berkata, "Yes! Kali ini aku menang! Mampus kau ngompol di celana! Hahahaha!"

____________
(*) HOTS itu singkatannya apaan? Aku lupa .w.

Dan ini juga ada Link yang kalian boleh buka
https://stfly.io/5Oc3rc
Tolong ya para viewersku yang bahagia, untuk donasi satu orang sama dengan $0,0020
Terima kasih X3

RegressionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang