DIGATHA - Bagian 2

133 75 70
                                    

Happy reading, guys!❤ I hope you like it😉

Don't forget to click vote icon🙏⭐🌟
------

🌊

Kau wanitaku yang paling berharga. Tak sepantasnya kau seperti ini.

🌊

Pukul 2.13 siang. Perut Agatha sudah tak bisa di tahan lagi. Ia ingin segera pulang atau ke warung makan favoritnya untuk menuruti perutnya yang seolah mengamuk hingga memporak-porandakan seluruh tubuhnya. Ia segera pamit kepada Veda untuk pulang duluan kemudian berjalan cepat menuju parkiran, tempat kendaraannya berada.

Di parkiran, pandangannya menemukan seseorang yang baru beberapa jam lalu ia benci. 'Cowok itu' lagi. Di dekat sepedanya pula! Ya, Agatha si pemilik sepeda itu.

Tatapan mereka sempat bertemu selama dua detik tapi Agatha segera berpaling karena tidak peduli dan tidak menganggap 'cowok itu' ada ketika mengambil sepeda.

"Nah, ini cewek yang tadi, yon. Cakep kan? Tapi pucet tuh mukanya, kek orang anemia," bisik Revan yang bisa didengar Agatha. Segera ia memakai kembali maskernya dan menundukkan topinya begitu ia sadar seseorang tengah menilainya secara gamblang.

"Biasa aja." sahut Dion datar. Tapi diam-diam ia terus memerhatikan gadis itu. Pucat, tapi bukan pucat anemia. Apa ini ada hubungannya dengan Dion? apa ini ada hubungannya dengan makan siang dan kelaparan? Atau semacamnya? Entahlah, mungkin Dion saja yang berlebihan.

Begitu gadis itu melesat keluar gerbang, tidak ada lagi topik tentang gadis tadi atau gadis manapun. Mereka kembali sibuk dengan kegiatan masing-masing di tempat. Hingga waktu pun berlalu, Dion melirik jam tangannya. Kemudian ia beranjak untuk pergi.

"Gue duluan, bro. Gue mau jemput adek gue," ucapnya menunggaki kawasakinya.

"Lah, gue pulangnya gimana dong?" sahut Revan menjeda gamingnya.

"Go-jek noh, banyak." Balasnya setelah memakai helm full facenya. Membuat Revan berdecak kesal dan harus mengikhlaskan Dion melesat pergi dengan Kawasaki itu.

 Membuat Revan berdecak kesal dan harus mengikhlaskan Dion melesat pergi dengan Kawasaki itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌊

Di jalan, tak jauh dari SMA, ia menemukan siapa yang ia cari. Yap! Bukan adiknya melainkan gadis tadi. Dion memperlambat laju motornya dan mengintai gadis itu cukup jauh dari belakang. Gadis itu mengayuh sepeda gunung seperti menaiki becak dengan penumpang satu kwintal, berat. Dugaan Dion benar, gadis itu pasti sedang sakit. Mendadak Dion dihantui rasa bersalah.

"Gila, jauh banget nih cewek nyepedanya," celetuk Dion menyadari bahwa ia sudah lebih dari 20 menit mengawasi gadis itu dan memang cukup jauh sudah.

Laju gadis itu makin lambat dan terlihat berat. Hingga di jalan yang sepi, tidak ada angin atau kendaraan yang menyalipnya, tiba-tiba ia rubuh dan ambruk ke permukaan jalan beraspal yang panas. Secepat kilat Dion datang menolong gadis itu sebelum orang lain menolongnya.

DIGATHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang