Welcome to my story guys!
Don't forget to vote!🙏♥🌊
Entah sudah pukul berapa sekarang. Yang jelas, malam sudah larut dan Agatha bisa merasakan embusan angin yang menusuk sampai ke tulangnya begitu mereka keluar dari kafe dekat pantai. Ia tak berhenti memeluk tubuhnya sendiri, kedinginan. Hingga ia merasakan sesuatu menyentuh dan menghangatkan sebagian tubuhnya. Sebuah jaket.
Agatha menoleh. Terlihat Dion yang sibuk menatap langit. Seolah bukan dia pelaku terkait jaket itu.
"langitnya indah, ya?" oceh Dion masih dengan senyuman kepada langitnya. Setelah itu ia menoleh. "dah, yok. Pulang."
Agatha tak menjawab. Ia hanya menunduk dan merapatkan jaket di tubuhnya kemudian melangkah ke motor Dion.
Angin yang menusuk hingga ke tulang-tulang tetap tak Dion pedulikan. Mereka menembus jalanan dalam diam dari pantai hingga ke depan rumah Agatha.
"makasih, Dion." Begitu Agatha turun, ia melepas jaket yang menyelimuti tubuhnya. "nih, jaket-"
"Udah, pake aja." Dion menahannya.
"tapi, tapi kan, gue udah nyampe. Dan ini punya Lo,"
"pake aja, Tha. kali aja lo lebih anget kalo pake jaket gue."
"tapi kan, sama aja kayak jaket lainnya."
"gak. Punya gue spesial. Sekalian, biar gue bisa main ke rumah lo nantinya."
Setelah itu, Dion melesat meninggalkan Agatha yang sedang kaku-kakunya dengan kupu-kupu yang berterbangan di perutnya.
🌊
Dion berbaring di atas tempat tidur seraya meletakkan telapak tangannya di bawah kepala. Wajahnya yang selalu cerah setiap harinya. Tapi tidak lebih cerah dari malam ini. Akhirnya, ia menemukan cinta pertamanya. Bayang-bayang Agatha membuat pikirannya terlempar ke masa lalu.
🌊
Flasback time!Hari itu, adalah hari pertama Dion ke pantai. Bola mata yang lebar tampak berbinar menatap pemandangan di hadapannya. Kaki telanjangnya yang mungil sudah tak sabar menyapa hamparan pasir putih dan deburan ombak yang manis dilihat. Detik itu juga, ia berlari dan tertawa. Menyapa lautan yang bisu dan sibuk sendiri.
Dion bermain dan bercanda dengan pantai. Seolah benda itu bisa berbicara. Ia tak peduli. Yang penting, ia merasa senang bisa bertemu dengan wujud dari nama belakangnya. Samudra.
Di tengah keasyikannya membangun istana pasir-sendirian, rasa sepi seolah menyerangnya tiba-tiba. Ia tahu, pantai adalah temannya. Tapi bukan berarti ia harus terlihat seperti orang gila. Ia meyakinkan diri untuk beranjak dari istananya dan berjalan-jalan di sepanjang pantai. Ia berkeliling, mencari teman baru.
Di pantai yang lumayan ramai ini, ia belum juga menemukan titik temu. Ia tak menyerah. Mungkin di sana, atau di situ, atau di sana yang lain.
Setelah seseorang menyangka ia adalah anak hilang, ia menemukan seseorang di depan sana. Pandangan Dion tertuju pada gadis kecil yang sedang asik sendiri, membangun istana pasir. Gadis kecil itu tengah mencetak pondasi dengan ember kecil berwarna biru tua. Kemudian ia letakkan pasir yang sudah berbentuk itu ke atas bangunannya. Istananya bagus, tapi bukan itu yang membuat Dion terpesona. Melainkan si pembangun istana itu. Imut banget!
"wuaah! Istana kamu bagus banget! Tapi belum jadi..."
Gadis itu menoleh. Kemudian tersenyum manis. "makasih!"
KAMU SEDANG MEMBACA
DIGATHA
Teen Fiction"Dengan ini kunyatakan pada semesta bahwa aku bersyukur karena telah mengenalmu." Agatha, hanya gadis SMA biasa. Betulan biasa. Kaya juga tidak, populer juga tidak. Tapi dia adalah gadis baik yang tak menonjolkan kecantikannya, tak juga menyombongka...