DIGATHA - Bagian 14

43 40 12
                                    

KONNICHIWA AING NGEGASS
.
.
.
.
.
.
.
Jangan serius" amat ges hehe
Welcome back to my story^^
Thanks for 0,5k readers😭😭😭🙇🙇
.
.
Ok, happy reading^^
.
.
.
.
.
🌊

Suatu hari di ruang musik SMA Adhitama, empat siswa kelas 10 baru selesai cover lagu sederhana. Sepertinya mereka tengah menostalgia band kecil-kecilan.

Sejak menengah pertama, mereka bersekutu dalam band bernama New Dreams dengan Panji sebagai ketua dan juga drummer. Kemudian ada Dion sebagai gitaris dan vokalis cadangan, Andin sebagai gitaris, dan Revan sebagai keyboardist. Yang terakhir Selia sebagai vokalis yang sayangnya sekarang bersekolah di SMA dan kota yang berbeda dengan mereka.

Kini, mereka berniat untuk mengaktifkan band itu kembali. Bulan pertama di SMA ini mereka rutin mengadakan latihan dengan Dion sebagai vokalis. Tetapi sepertinya tetap saja ada yang kurang.

"Kayaknya tetep lebih asik kalo ada vokalis cewek." Tutur Panji di tengah keheningan ruangan ini.

Satu-persatu mulai berpikir, iya juga sih. Band terasa lebih menarik jika ada vokalis perempuan.

Andin pun membuka suara, "emang lo punya kenalan vokalis cewek? Gue tuh gak bisa nyanyi, mana mungkin gue jadi vokalis." Andin sebenarnya mau, jika suaranya cukup bagus. Sayangnya bukan bakatnya untuk menjadi seorang vokalis.

Seketika seisi ruangan pecah oleh tawa mereka. Menertawakan Andin yang kelewat blak-blakan ini.

"Bakat lo emang bukan di vokal, Din. Kalo lo nyanyi, Spongebob masih tetep menang." Timpal Revan meledek membuat gelak tawa kembali bersahutan.

"Bacot lo jepang!" Sewot si Andin mengerucutkan bibirnya sebal.

"Kalo gitu besok gue coba cariin vokalis baru deh, buat band kita." Ucap Panji menyudahi tawanya. Panji memang selalu fokus kepada band ini dan semua mengangguk setuju dengan keputusannya.

🌊

Akhir pekan, Dion meminjamkan studio di sebuah kafe milik ibunya dan mereka latihan di sana. Ibunya adalah pengusaha kaya. Tidak hanya pemilik kafe, tapi Nerissa Samudra—ibu Dion—juga merupakan pemilik perpustakaan besar dan hotel ternama di Bandung ini. Keluarga Samudra atau ayah Dion adalah keluarga pengusaha yang cukup tersohor dan disegani. Sehingga keluarga Samudra juga harus menikah dengan sesama pengusaha. Tapi ya sudahlah, kita bahas nanti saja.

Dion, Revan, dan Andin sudah berada di tempat, menunggu Panji yang sedari tadi belum menunjukkan batang hidungnya. Hingga Panji pun muncul ketika mereka mulai bermain instrument. Sepertinya Panji membawa seseorang.

"Guys!" Panji berseru menghentikan aktivitas mereka. Kini perhatian mereka tertuju pada gadis berambut panjang di sebelah Panji.

"Guys, ini Iren alias vokalis baru kita." Ucap Panji dan si pemilik nama itu tersenyum ramah.

Dion, Revan, maupun Andin bersalaman dengan Iren secara bergantian. Dan mimpi baru pun dimulai. Iren diminta untuk menunjukkan bakatnya kepada keempat anggotanya. Ia membawakan sebuah lagu dengan suara yang merdu dan menarik perhatian dengan diiringi keyboard dari Andin.

Selama ia menyanyi, tatapannya tak lepas dari Dion. Aura Dion yang menarik, sifat yang sedikit cuek tapi tidak dingin. Menarik. Sementara Dion sendiri sibuk dengan gitarnya, mengacuhkan Iren dan yang lainnya. Sepertinya senar gitarnya kendor dan ada beberapa yang perlu diganti. Atau beli yang baru saja ya?

Dion kelewat fokus dengan gitarnya sampai tepuk tangan riuh memecahkan fokusnya. Tampaknya mereka bertepuk tangan mengapresiasi pertunjukkan dari Iren. Dion baru sadar jika di sini baru saja ada konser sehingga Dion pun ikut bertepuk tangan untuk menghargai yang lain. Padahal Dion sendiri tidak tahu bagaimana cara Iren bernyanyi.

DIGATHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang