DIGATHA - Bagian 4

121 70 39
                                    

I'm back guys🙋🙋
Maaf ya, baru dikit🙏 masih proses

❤⭐Happy reading⭐❤

______

🌊

"Bu, Gatha ijin berangkat ya, bu." Ibu yang semula menguleg cabai di dapur, ku hampiri kemudian aku cium tangannya.

"Hati-hati, nak." Setelah itu aku melangkah keluar dan melesat dengan sepedaku.

Perjalanan dari rumahku menuju SMA Adhitama membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga dalam perjalanan bisa ku gunakan dengan mendengarkan musik melalui earphone.

Jarang-jarang aku bersepeda sejauh ini. Tak apalah, ini ku lakukan demi membalas hutangku kepada sahabatku, Veda. Kalau tidak, tak mau aku repot-repot bersepeda sejauh ini. Walaupun pada akhirnya aku harus bersepeda kemana-mana sih.

Veda, sahabatku sejak SMP dan kami selalu satu kelas. Sayangnya kami harus berpisah dan jarang bertemu ketika SMA. Inilah kesempatanku. Dulu aku memintanya datang ke HUT SMA Pancasila, sekolahku. Dan dia memenuhinya. Sekarang aku harus memenuhi keinginannya pula agar kami bisa bertemu dan menemui lingkungan baru bagiku.

Sesampai di parkiran, aku memarkirkan sepedaku di depan gazebo seperti kemarin. Dan di gazebo itu kudapati beberapa orang cowok yang hampir semuanya memperhatikanku. Sepertinya aku mengenal orang-orang itu. Ah, yang kemarin di gazebo ini, bersama cowok yang kemarin menolongku.

Ah, mual rasanya jika terus diperhatikan begini. Baiknya aku cepat-cepat memarkirkan sepedaku lalu menemui Veda.

"Cantik!" sepertinya itu bukan panggilan untukku. Tak mungkin aku begitu percaya diri untuk menoleh.

"Kece banget naik sepeda ke sini!" what?

"Ntar pulangnya gue ikut ya?!" dan kemudian mereka terbahak. Aku benar-benar mual. Segera aku lajukan langkahku masuk ke area stand sebelum emosiku memuncak. Mereka meledek, memuji, atau menghina sih?

Stand di sekolah ini cukup ramai dan tertata rapi memanjang menuju panggung yang nantinya akan diisi oleh KOTAK dan Hanin Dhiya. Ah, itu Veda. Dia duduk di depan stand Thai Tea.

🌊

Gadis yang bernama Veda melambaikan tangannya ke arah Agatha. Agatha pun membalasnya seraya berjalan cepat dan duduk di hadapan Veda.

"Dari kapan di sini?" sapa Agatha.

"Gak lama sih, setengah jam. Tapi gapapa, aku tadi sama Shafa di sini. Sekarang malah aku gak tau dia ke mana." Tutur Veda santai. Agatha hanya mengangguk dengan mulut yang membentuk huruf 'o'.

"Oh iya, btw nanti acara intinya mulai jam berapa?" tanya Agatha.

"jam 3-an kayaknya, baru juga jam 11, sabar kali."

"hehehe. Bukannya gak sabar. cuman kan, biar bisa antisipasi batre HP."

Kemudian mereka berdua berjalan-jalan mengelilingi SMA. Seperti janji Veda, jika ada waktu ia akan mengajak Agatha berkeliling sekolah. Alasannya agar ketika Veda menceritakan kejadian-kejadian bersejarahnya dengan doinya, bisa terasa lebih realistis.

Mereka berjalan santai di tepi lapangan utama (panggungnya di lapangan samping) sembari bertukar cerita hingga tawa yang menghiasinya.

"Elaah, dilepas kek maskernya, kayak lagi di mana aja!" cerocos Veda merasa risih dengan Agatha yang sedaritadi belum juga melepas maskernya.

"Males, ah. Kan aku bukan siswi SMA sini."

"Kamu malah makin bikin curiga kalo kamu gak lepas makermu sekarang juga!" Veda tak mungkin bisa ditolak. Kata penolakan tidak ada dalam kamus besarnya. Agatha pun akhirnya menurut dengan setengah hati.

DIGATHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang