Happy reading guys❤
..
.
🌊Dion dan Agatha melangkah menembus kerumunan yang memiliki arus tidak jelas menuju lapangan dimana panggung AHC berada.
Agatha memang bisa menembus kerumunan, tapi tetap saja langkahnya kalah cepat dengan Dion. Agatha tertinggal jauh di belakang dan Dion pun menyadari itu. Sehingga Dion memutar arah dan bergerak cepat mencari keberadaan Agatha.
Agatha kesulitan melalui orang-orang di sekelilingnya. Rasanya ingin menggusur tempat ini saja.
Lagi-lagi ia ditarik seseorang di tengah kerumunan. Agatha pasti buru-buru meronta jika yang menariknya bukanlah dia. Cowok yang tidak ia ketahui namanya sampai sekarang. Agatha membiarkan 'cowok itu' menuntunnya hingga keluar dari area stand.
'Cowok itu' merenggangkan genggamannya dan melepaskan tangan Agatha. Ia berkacak pinggang dan bernafas lebih lega diikuti Agatha beberapa detik setelahnya.
"Oke, sekali lagi gue berterimakasih sama lo." ucap Agatha seraya membuka maskernya.
"sama-sama. Tapi setelah gue anter lo ke barisan depan, lo gak perlu ngucap itu lagi."
"kenapa?"
"karna gue janjinya anter lo sampe ke depan panggung. Dan lo udah berterimakasih duluan." Jawab 'cowok itu' enteng. Agatha hanya memutar matanya malas. Ia ingin tertawa tapi ia juga tak tahu apa yang lucu.
Mereka pun berjalan bersebelahan menyusuri lapangan menuju area penonton. Ternyata masih cukup sepi. Kebanyakan pengunjung lebih memilih berlama-lama di area stand dibanding harus berpanas-panasan menunggu acara dimulai. Tapi tidak lama lagi mereka akan ke lapangan ini. Karena acara akan dimulai sekitar 30 menit lagi.
Selagi mereka berjalan santai dalam diam menyeberangi lapangan, Agatha tak sedikit mendapatkan tatapan orang-orang yang tengah berteduh di bawah pohon tepi lapangan. Tatapan itu beragam. Ada yang penasaran, tidak suka, iri, merendahkan, kagum, sekaligus berkeinginan untuk menyapa Agatha namun jangkauannya terlalu jauh. Ada apa dengan tempat asing ini?
Risih dengan itu, Agatha memilih untuk mengabaikannya dan melindungi dirinya dengan memakai masker lagi. Setidaknya ia lebih leluasa setelah menutupi sebagian wajahnya dari orang-orang.
Akhirnya mereka berdua pun sampai di barisan terdepan. Keuntungan tersendiri bagi Agatha yang ditolong oleh orang asing yang sedaritadi ada di dekatnya.
"kenapa pake masker? celetuk 'cowok itu' yang baru menyadari itu karena selama mereka menyeberang lapangan 'cowok itu' berjalan beberapa inci membelakanginya.
"Panas." Jawab Agatha singkat. 'Cowok itu' hanya ber-oh ria lagi. Setelah itu mereka berdiri dalam diam. Keduanya sibuk pada ponsel masing-masing.
Agatha sibuk mengabari Veda jika ia mendapatkan baris terdepan. Tapi tetap saja lebih beruntung Veda yang berada di dalam pagar dan bisa kapan saja berinteraksi lebih dekat dengan bintang tamu nantinya. Apalagi Veda adalah wanita dengan cara berinteraksi yang menarik, asik, dan cantik. Jauh berbeda dengan Agatha yang lumayan dingin, tidak banyak bicara dan bercanda, dan membosankan. Begitulah Agatha kala menyimpulkan diri sendiri.
"Yoo, gaess! Selamat siang semuanyaaa!!!" Suara dua orang di atas panggung menyeruak menembus dinding-dinding pagar SMA Adhitama. Memanggil para pengunjung yang masih betah di stand untuk mendekat. Menggugah penonton untuk bertepuk tangan riuh karena akhirnya apa yang mereka tunggu-tunggu dimulai juga.
"Selamat datang, selamat datang, dan selamat datang di acara kami, AHC, Adhitama High School Celebration. Tunjukkan Aksi Dengan Prestasi. Woooo!!!" dua cowok di atas panggung itu membawakan acara dengan penuh semangat dan heboh, mengundang emosi positif para penonton yang sudah ramai memenuhi lapangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIGATHA
Teen Fiction"Dengan ini kunyatakan pada semesta bahwa aku bersyukur karena telah mengenalmu." Agatha, hanya gadis SMA biasa. Betulan biasa. Kaya juga tidak, populer juga tidak. Tapi dia adalah gadis baik yang tak menonjolkan kecantikannya, tak juga menyombongka...