Thanks for 0,6k readers😭😭🙇Langsung ae,
Happy Reading^^🌊
Akhir tahun, kelas 10 SMA Adhitama mengadakan studi wisata ke Pulau Bali. Di sinilah saatnya. Dion memberanikan dirinya untuk menyatakan perasaannya. Apalagi di pantai seperti ini paras Iren makin terlihat.
Akhirnya, Dion berpacaran dengan Iren. Satu tahun mereka berpacaran. Hingga 3 bulan sebelum UKK menuju kelas 12, Iren mulai aneh.
Ternyata ayah Iren di PHK dari kantor yang membuat ibunya menuntut perceraian. Iren brokenhome. Iren memilih bersama ibunya dibanding ayahnya yang pengangguran. Tapi tetap saja, rasanya tidak senikmat dulu. Bisa belanja apapun sesuka hati. Iren tak mau semua kenikmatan itu hilang. Dia sering meminjam uang kepada Dion. beruntung pacarnya ini baik dan hedon.
Namun, siapa yang tidak merasa aneh jika punya pacar yang suka meminta begini. Terkadang Dion bingung sendiri. Ia sudah banyak memberi sampai tabungannya menipis. Tidak mungkin jika Dion meminta kepada mamanya. Bisa kacau jika ia meminta tabungan lebih awal.
Hingga suatu hari, beberapa hari sebelum UTS Kelas 11, Iren berkata bahwa ia membutuhkan uang banyak untuk membayar utang ibunya. Dion ingin membantu, tapi ia jelas tak mampu. Bagaimana tidak, jumlah uang itu melebihi jumlah tabungannya saat ini. Mau tidak mau Iren harus menerima penolakan Dion. Tapi bukan Iren namanya jika ditolak begini.
"Lo udah janji kan, untuk selalu turutin apa mau gue? Lo itu pacar gue, lo bilang lo bakal selalu ada buat gue. Lo lupa ya?"
Dion paling waspada dengan yang namanya janji. Dia tak pernah lupa dengan janji orang lain maupun janjinya sendiri. Tapi, kata-kata Iren sama sekali tidak ada di daftar janjinya. Dion tak pernah berjanji semacam itu. ia mengerti, Iren mengada-ada.
"Gue gak pernah bilang itu seinget gue. Iya, gue bakal selalu ada buat lo. Tapi apa gue pernah ngucap kata janji? nggak kan?" Ucap Dion hati-hati.
"Lo kok gitu sama gue?? Gue ini pacar lo, Yon. Tau ah!" Marah Iren kemudian pergi begitu saja. Meninggalkan Iren yang masih sibuk mencerna peristiwa barusan.
🌊
Malam hari, Dion masih memikirkan peristiwa tadi siang. Ia bingung dengan tingkah Iren. Mau cewek itu apa sih? Tapi lama-kelamaan Dion juga merasa bersalah. Bisa jadi Iren memang sedang butuh uang. Dan Dion hanya berlebihan tadi. Bisa jadi kan? Ya, sepertinya Dion harus bertanggung jawab.
Dion beranjak dari duduknya dan bersiap untuk pergi dengan Kawasaki-nya ke rumah Iren. Motor baru, tidak juga sih. Ia dibelikan hadiah itu sejak awal kelas 11. Awalnya Dion tak mau menerima hadiah itu, tapi ibunya memaksa. Ayahnya juga sempat mengancam akan memotong uang jajan Dion. Sama saja pemerasan kalau Dion menolaknya.
Belum sampai Dion di rumah Iren, ia sudah melihat gadis itu dari kejauhan. Kebetulan sekali Iren baru keluar drai rumah. Tapi tunggu, Iren dijemput seseorang. Mobil? Mobil siapa itu?
Dion memilih berhenti di kejauhan. ia ingin melihat dari sini saja. kenapa Dion tidak mendekat saja? feelingnya berkata lain. Ada yang mencurigakan. Pakaian Iren sangat minim. Kenapa Iren berpakaian begitu? Siap ayang akan ia temui?
Panji?? Kenapa yang keluar dari mobil adalah Panji? Hah? Dan kenapa mereka mesra begitu? Panji dengan gampangnya merangkul pinggang Iren begitu. Bahkan Iren bersandar di bahu lelaki itu. Sialan.
Seketika Dion memanas. Emosi Dion mulai meledak-ledak. Dia ingin menemui mereka, tapi sebaiknya tidak. Otaknya masih mampu berjalan. Emosi Dion masih belum sampai ke puncak.
Ia bergerak mengikuti laju mobil itu. perjalanannya cukup panjang. Hingga mereka berhenti di jalan yang sepi. Tidak ada rumah di kanan-kiri jalan ini. ini daerah yang jarang dilalui kendaraan. Sial, pikiran Dion mulai kemana-mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIGATHA
Teen Fiction"Dengan ini kunyatakan pada semesta bahwa aku bersyukur karena telah mengenalmu." Agatha, hanya gadis SMA biasa. Betulan biasa. Kaya juga tidak, populer juga tidak. Tapi dia adalah gadis baik yang tak menonjolkan kecantikannya, tak juga menyombongka...