🌷Assalamualaikum bidadari🌷

1.9K 116 0
                                    

VOTE SEBELUM MEMBACA TIDAKLAH SULIT:)

Sejak mendengar curahan hati Alim, Bela juga teringat pada nasib hidupnya, tak jauh berbeda, mereka sama sama terbuang dari orang tua namun Alim lebih menyedihkan dari padanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejak mendengar curahan hati Alim, Bela juga teringat pada nasib hidupnya, tak jauh berbeda, mereka sama sama terbuang dari orang tua namun Alim lebih menyedihkan dari padanya. Bela bersyukur karena orang tuanya masih mau meluangkan waktu untuknya dia juga bersyukur karna Allah memberinya cobaan berupa penyakit fisik seperti ini, yang masih sanggup ia sembuhkan.

Hari ini adalah jadwal terapi kedua Bela. Dia sudah berkata pada Alim jika dua hari ini ia tidak bisa datang menemuinya karna ia akan pulang ke rumah, karena sabtu dan minggu ia tak ada kegiatan di kampus jadi ingin bersama keluarga.

Sebelum pulang, Bela pergi terapi dulu. Kata dokter, glaukomanya sudah semakin menipis Bela bersyukur atas itu namun katanya lagi, ia harus rutin melakukan terapi dan tidak boleh terlambat sehari saja agar tidak sia sia pengobatan ini.

Ketika sudah di rumah, Bela bercerita sekaligus meminta izin pada rang tuanya untuk membantu Alim, telat memang namun mereka mengerti dan mengizinkan Bela melakukannya. Meski awalnya di tentang dengan bunda karna tak ingin nama baik Bela rusak karna berteman dengan Alim namun Bela berhasil meyakinkan dengan berkata

"Bunda, kalau memang nama Bela akan tercemar biarlah tercemar. Tapi pasti nantinya akan kembali saat bela berhasil mengubah Alim. Bukankah akan menjadi lebih baik ?"

***

Sementara itu Alim tetap berusaha berubah meski tidak di damping Bela hari ini. ia tetap berpakaian rapi dan sopan, dan bertegur sapa atau sekedar tersenyum dengan orang yang berpapasan dengannya meski masih ada beberapa orang yang berdesas desus dan takut melihat alim.

Sholatpun ia mencoba pergi ke masjid meski sangat malas ia melangkahkan kaki. Namun untuk pekerjaannya yang menjadi vokalis di cafe tetap ia jalani demi mencukupi perutnya sendiri.

--00--

Hari ini bela menghampiri Alim lagi. Namun sepertinya tak ada orang di markas yang sekarang bisa di sebut rumah. Karna mendengar suara adzan bela pergi sebentar ke masjid yang tak jauh dari rumah Alim. Ternyata ia mendapatkan Alim sedang duduk disana bersama bapak bapak yang juga hendak sholat dzuhur berjamaah.

Bela tersenyum simpul hatinya berbisik

Alhamdulillah ahirnya dia sudah bisa berinteraksi dengan benar dan diterima dengan warga.

Dari belakang datang seorang ibu yang sepertinya ia dihormati di kampung ini karna agamanya. Dia duduk di sebelah Bela untuk berjamaah.

"Kamu siapa namanya ?" Tanya beliau

"Bela, ummi" jawab Bela

"Alhamdulillah berkat kamu Rano sudah mau berubah belakangan ini dia selalu sholat berjamaah di masjid. Kadang juga membantu marbot disini"

"Iya ummi. Kalau boleh saya minta tolong ummi bisa panggil dia Alim bukan Rano lagi. Namanya Alim Ashraf Zamarano sayang kalau sudah berubah seperti ini masih dipanggil Rano"

"Insyaallah. Nanti selepas sholat kamu dan Alim mampir ke rumah saya ya. Biar Alim yang menuntun jalan"

Bela hanya mengangguk lalu sholat jamaah dimulai. Bela masih menunggu Alim di depan masjid untuk pergi ke rumah ummi tadi. Sementara Alim masih membantu marbot membereskan masjid.

"assalamualaikum bidadari" sapa Alim saat keluar menemui Bela

"waalaikum salam.. tapi saya bukan bidadari" jawab Bela sambil sedikit tertawa

"Kok dijawab ?"

"Salam kan harus di jawab"

"Oh iya. Hayu pulang ?"

"Anterin saya ke rumah ummi ya"

"Ummi sapa ?"

"Istri aba imam tadi"

"Ooh, hayuk mau ngapain ?" tanyanya sambil berjalan

"Gatau juga tadi cuman disuruh"

Mereka pergi ke rumah ummi yang menyuruh Bela mampir tadi. Ternyata untuk memberi Alim hadiah berupa Al-quran dan baju koko agar Alim semakin semangat menuju hijrahnya. Aba juga berkata kalau warga sudah banyak yang bisa menerimanya dan banyak warga yang tertegun karna perubahan Alim yang begitu cepat dan sebaik ini. katanya juga warga menitip rasa terimakasih dan meminta maaf pada Bela karna telah mengira Bela wanita nakal karena berkawan dengan Alim namun berhasil merubah Alim menjadi seperti ini.

Bela yang tidak memperpanjang hal itu langsung ikhlas dan menerima apa yang sudah terjadi toh Alim sudah benar benar berubah sekarang.

Mereka pamit pulang dan kembali ke rumah Alim. Lagi lagi Bela membawakannya makanan, dan mungkin Alim merasa tidak nyaman karna hal itu, dia tidak ingin keadaannya yang selalu merepotkan Bela semakin membuat repot

"Entar temenin gua ke supermarket yuk" pinta Alim

"Boleh, mau beli apa ?"

"Makanan. Biar elu gak usah repot repot bawain gw makanan tiap kesini"

"Makanan apa ? mie instan ? kan lebih baik saya bawain makanan seperti ini"

"Gak gitu Bel... kan gw kerja, upah gw buat apa dong kalo makanan aja gw masih elo yang nanggung. Lagian lu ngeremehin gw banget dah gini gini gw juaranya kalo disuruh masak"

"Lantas, kalau juara kenapa mie instan aja yang kamu makan ?" Bela agak tertawa

"Kan kalo kemaren kemaren uangnya buat beli minuman jadi sayang kalo beli makanan enak"

"Yasudah setelah makan kita belanja"

Alim mengangguk dan melanjutkan makannya. Sehabis makan mereka pergi ke supermarket seperti kata Bela tadi. Alim dengan motornya, Bela dengan motornya. Bukan Bela yang tidak ingin semotor dengan Alim tapi Alim yang tidak ingin entah apa sebabnya ia hanya menjawab dengan gurauan saat Bela bertanya

"Kenapa tidak bawa satu motor saja ?"

"Jangan, nanti gua jatuh cinta sama elu" jawabnya sambil tertawa

Pulang dari supermarket, Alim menyuruh Bela langsung kembali ke kosnya. Bela hanya menurut. Saat berkendara, Bela melihat jam yang melingkar di tangannya masih menunjukkan angka 2 ia fikir, cukup jika ia bisa menyelesaikan tugas terakhirnya untuk Alim.

***

Kutemani Hijrahmu [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang