🌷Glaukoma🌷

3.6K 228 11
                                    

VOTE SEBELUM BACA TIDAKLAH SULIT:)

VOTE SEBELUM BACA TIDAKLAH SULIT:)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bela keluar dari rumah sakit, mampir sejenak di taman sebelah rumah sakit. Ini bukan taman milik rumah sakit, tapi memang taman kota yang jaraknya hanya bersebelahan dengan rumah sakit jadi membuat taman ini dipenuhi dengan pasien pasien yang sepertinya suntuk terus menerus berada di kamar inapnya. Di Kursi pojok dekat semak semak Bela duduk dan memikirkan nasibnya saat ini. bagaimana mungkin ia memiliki sel penyakit mengerikan seperti sekarang ini. memang tidak menyebabkan kematian kata Dokter Herlina tadi, namun jika ini sudah parah dan tidak segera diobati maka lama lama akan mengalami kebutaan.

Bela menghela nafas begitu berat hidupnya yang sendiri ini sudah membuatnya menyedihkan bagaimana harus ditambah dengan beban seperti ini. jika sanggup, ingin rasanya Bela menceritakan semua ini pada kedua orangtuanya. Tapi apalah daya, sebaik-baiknya mereka berdua, se sayang sayangnya mereka berdua, sedari kecil mereka selalu lebih mementingkan urusan duniawi saja dari pada Bela. Memang semua kebutuhan Bela dicukupi dan dipenuhi, dan sekali kali kalau ada waktu mereka juga menyempatkan diri menghabiskan waktu bersama Bela. Jadi sampai saat ini Bela tetap saja merasa asing jika harus menceritakan hal hal yang ia alami. Apalagi hal sebesar ini. biarlah ia akan mencoba menanggungnya seorang diri saja.

Sadar jika hanya dengan mengeluh tak dapat menyelesaikan masalah, Bela mengeluarkan sesuatu dari dalam tas kecilnya. Sebuah al quran kecil berwarna putih yang sejak dulu menjadi satu satunya teman Bela yang dapat menghibur Bela dan menghilangkan kesedihannya. Perlahan ia mulai membaca ayat demi ayat dalam hatinya agar Allah memberikan Bela ketenangan dan keikhlasan karena penyakit yang ia idap saat ini. sebisa mungkin ia mencoba kuat untuk menghadapi masalahnya sendiri dan tidak banyak mengeluh pada orang tuanya

اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ أَذْهِبِ الْبَأْسَ وَاشْفِه وأَنْتَ الشَّافِي لاَ شِفَآءَ إِلاَّ شِفَاؤُكَ شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا

Seperti itulah kiranya doa yang di minta Bela pada Allah. Doa agar ia diberikan kesembuhan atas penyakit yang ia derita saat ini. jika diartikan kiranya berbunyi

"Ya Allah tuhan seluruh manusia, kumohon hilangkan lah rasa saki ini. hilangkan lah karena Engkaulah dzat yang maha penyembuh. Tiada kesembuhan sejati, kecuali kesembuhan yang Engkau datangkan. Yaitu kesembuhan yang tidak meninggalkan rasa sakit dan komplikasi penyakit lainnya"

Karena asyik membaca Al-Quran di taman, Bela lupa akan janjinya dengan bu dokter kalau akan kembali lagi jam 2 siang untuk melihat hasil lab yang akan membuktikan sakit apakah dia. Bela pun segera menyudahi membacanya dan kembali ke rumah sakit di sebelah taman itu untuk menemui dokter Herlina.

Ternyata benar kata si dokter, Bela memang mengidap penyakit Glaukoma. Tanpa perlu persetujuan orang tuanya, Bela langsung meminta bu dokter untuk mengobatinya. Toh Bela sudah melewati usia yang ke 17 tahun. Jadi dokter tak perlu memberikan surat persetujuan dari keluarganya untuk merawat Bela. Sekalipun harus, tentu saja itu akan diizinkan.

Bela dijelaskan lebih detail lagi oleh si dokter tentang apa itu glaukoma dan bagaimana cara menanganinya. Dia akan melakukan terapinya sekitar satu atau dua minggu lagi. Karena sebelum melakukan terapi ada beberapa syarat yang harus dilakukan terlebih dahulu.

Diantaranya Bela tidak boleh memakai kontak lensa selama seminggu karena itu akan membuat mata iritasi. Dan juga diizinkan untuk berkeramas terlebih dahulu, karena setelah melakukan operasi pasien dilarang mencuci rambutnya.

"Kalau bekerja di depan komputer apa masih boleh ya dok ?" Tanya Bela

"Diupayakan untuk tidak terlalu sering. Karena ditakutkan cahaya dari layar membuat mata anda semakin parah sebelum dioperasi, bukan hanya pada komputer, diusahakan anda juga tidak sering menggunakan ponsel karena itu juga berbahaya gunakan seperlunya saja"

"Baik dok, insyaallah akan saya usahakan untuk semua persyaratannya"

"Baiklah, kalau memang sudah setuju maka saya akan membuat jadwal terapi. Tapi ingat, terapi ini harus dilakukan rutin sesuai dengan jadwal karena jika tidak ditakutkan mata anda akan kembali bermasalah"

"Iya dok"

"Yasudah dua minggu lagi kembali kesini untuk terapi pertama, ini buku jadwal terapinya"

Bela mengambil buku kecil berwarna kuning dari tangan dokter dan segera pergi setelah berterimakasih. Keluar dari ruang dokter jantung Bela cukup merasa tenang karena dokter berkata ini bisa sembuh jika Bela rutin melakukan terapi karena sejatinya, penyakit ini bukanlah penyakit yang umum di derita oleh remaja muda seperti Bela.

Di perjalanan pulang ia tak henti hentinya berdoa dan berdzikir pada sang pencipta agar melancarkan usahanya untuk sembuh. Ia berfikir mungkin ini juga teguran dari Allah untuknya karena selama ini ia terlalu memaksakan matanya yang sangat berharga itu untuk terus berada di depan layar computer sampai malam. Bela hanya berterima kasih atas teguran itu mungkin dia memang salah meski kewajiban dan sunahnya tidak pernah ia tinggalkan namun ia melupakan istirahat untuk kesehatannya.


Sopir taxi online pun dengan senang hati memberi Bela nasihat agar tidak terlalu memaksakan tenaganya

"Abis dari rumah sakit neng ?" Tanya si sopir

"Iya pak" dengan ramah juga Bela menjawab

"Saki tapa kalau boleh tau"

"

Sakit mata pak, mungkin karena saya terlalu sering bekerja di depan computer"

"Kalau sudah lelah sebaiknya istirahat dulu neng semenit lima menit buat kesehatan eneng juga, kasihan atuh matanya"

"Iya pak mungkin Allah mengingatkan saya untuk lebih menjaga diri saya"

***

Kutemani Hijrahmu [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang