13

1.2K 146 4
                                    

Seokjin membuka ruangan vokal berpintu buram itu perlahan. Netranya memindai ke sekeliling untuk memastikan keadaan. Lalu kemudian ia tersenyum saat tak ada siapapun disana.

Buru-buru Seokjin mengambil tempat di depan keyboard dan meletakkan kertas berisi lagu yang baru-baru ini dia ciptakan.

Entah mendapat ilham darimana, Seokjin tiba-tiba saja terpikirkan untuk menciptakan lagu bergenre semacam itu, padahal biasanya dia selalu membuat lagu yang punya ciri khas kuat dan cenderung menceritakan masa muda.

Jemarinya perlahan memencet tuts-tuts piano berwarna hitam dan putih itu secara konstan, menciptakan alunan nada lembut yang menenangkan.

Lalu ia mulai menyanyikannya, seolah menyampaikan apa yang tak tak bisa ia sampaikan melalui lagu yang ia buat.

Ketika denting terakhir berhenti, terdengar sebuah tepuk tangan dari arah belakang. Terang saja Seokjin terkejut karena ada orang lain di dalam ruangan itu.

"Eits! Mau kemana?" Pria itu menahan tangan Seokjin yang hendak berdiri.

Alhasil sang pria duduk di sebelah Seokjin, membuat mereka berdua berhimpitan pada kursi tunggal yang menghadap kearah keyboard.

"A..aku mau keluar.."

"Kenapa buru-buru?"

"Kakak mau make keyboardnya kan?" Seokjin menatap pria tampan di depannya.

"Ya, awalnya. Tapi kalau kamu masih mau make, silahkan. Bakal aku tungguin sampe selesai."

Seokjin menghela napas pelan, ia meraih genggaman tangan pria itu dan melepasnya dari pergelangan tangannya sendiri. Kemudian Seokjin membuka suara,

"Kak Namjoon gak takut kejadian yang udah lalu itu keulang lagi?"

"So what?"

"Terakhir kali aku inget kakak marah banget sama aku." Seokjin membuang muka, menatap kearah objek lain asal tak harus bertatapan dengan Namjoon.

"Sorry buat masalah itu. Waktu itu gue terlalu takut buat ngadepin apa kata orang. Tapi sekarang gue pikir semua bakal oke-oke aja." Ujar Namjoon seraya mengedikkan bahu.

"Kakak gak punya maksud aneh kan?"

"Lo kePD-an ya?"

"Bukannya aku terlalu PD kak, aku cuman gak mau pacar kakak atau  fans-fans kakak berbuat ulah lagi. Aku capek."

"Gue udah putus sama Ayya kalau lo pengen tau.."

Seokjin terdiam, menimbang apa yang harus dia ucapkan setelahnya,

"Tapi tetep aja, fans kakak banyak. Dan aku udah janji sama diri aku sendiri buat gak berurusan sama kakak lagi. Oh ya, kakak juga sebaiknya ngejauhin cowok belok kayak aku."

Seokjin kemudian menarik kertas liriknya dan keluar dari ruangan tersebut.

"Lo gak bakalan ngerti Jin.." Namjoon mengepalkan tangan yang ia tumpukan di lututnya sekuat mungkin, meredam emosi yang sudah tertahan di kepalanya,



Siap untuk meledak.



Seperti hari-hari sebelumnya, Jimin akan menjenguk sang adik di rumah sakit setelah pulang sekolah.

Namun hari ini entah kenapa tiba-tiba Seulgi mengajaknya pergi berbelanja. Alhasil Jimin masih harus terjebak bersama Seulgi untuk beberapa jam kedepan.

Kini keduanya sedang berada di starbucks, menikmati secangkir Americano yang menyegarkan ditemani pemandangan lalu lalang banyak orang.

"Sayang, nanti malem mau ke bioskop? Mumpung malem minggu."

QUERENCIA [MINYOON]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang