"Kak! Berhenti! Yoongi mau turun!"
Pria manis itu menaikkan nada bicaranya dua oktaf hingga pipinya memerah, namun sang lawan bicara tak berniat menggubris sama sekali. Seolah masa bodoh dan tetap fokus dengan kegiatan mengemudinya.
"Berhenti atau Yoongi bakal lompat dari mobil!"
Masih tak mendapat respon, Yoongi akhirnya nekat mencoba membuka pintu mobil.
Jimin yang kaget dengan aksi adiknya tersebut hanya bisa berdecak keras. Dengan sekali hentakan Jimin mengarahkan stir mobilnya menyamping, membuat mobil itu tepat berhenti di pinggir jalan, nyaris menabrak pembatas besi yang ada di sana.
Untung saja keduanya menggunakan seatbelt, jika tidak mungkin wajah masing-masing dari mereka akan membentur kaca bagian depan mobil.
Jimin mengerang keras, jemarinya melepas seatbeltnya secara kasar. Manik setajam elang yang ia punya menatap tegas kearah sang adik yang masih nampak shock.
"Kamu mau celaka hah?!"
Jemari lentik Yoongi yang terlihat bergetar perlahan menuju kearah dada, mencoba menenangkan detak jantungnya yang berdegup begitu cepat.
"Sebenernya apa mau kamu Yoongi?" Lagi, Jimin bertanya. Pria itu menyenderkan tubuhnya lelah ke sandaran kursi. Kepalanya mendongak keatas, menatap langit-langit mobilnya yang berwarna hitam. Sesekali tangannya bergerak untuk mengusapi wajahnya.
'Klak! Klak!'
Satu kali, dua kali, Yoongi mencoba membuka pintu mobil milik kakaknya itu, namun sayang sekali pintu mobil dikunci secara otomatis.
Jimin yang melihat hal tersebut hanya dapat mendesah lelah, "Kamu gak akan kemana-mana. Kita pulang malem ini." Ujar Jimin dengan nada penuh penekanan.
Kepala kecil itu menggeleng ribut, menolak untaian kalimat yang keluar dari bibir sang kakak. Setelah melepas seatbelt, jemarinya mencoba membuka pintu mobil kembali, bahkan kini Yoongi sudah beralih menggedor-gedor kaca mobil tersebut.
"Yoongi!" Jimin menarik lengan sang adik kuat, membalik tubuh kurus itu dan menyudutkannya di tempat duduk. Wajahnya menatap persis tepat di depan wajah Yoongi.
"Segitu inginnya kamu keluar cuman buat nemuin cowok itu?"
"..."
"Kenapa sejak kamu kenal si Hoseok kamu jadi susah diomongin gini hah?!"
"..."
"Jawab! Jangan cuman diem aja!" Suara Jimin meninggi, cengkraman pada tangan sang adik sengaja ia eratkan.
"Shhh.." Ringisan pelan meluncur dari belah bibir Yoongi. Bekas jahitan di pergelangan tangannya belum sembuh benar dan sekarang Jimin mencengram bagian itu dengan sangat kuat.
"A..aku cuman butuh ketenangan kak.. A..aku gak mau dirumah.." ucap Yoongi pelan.
"Kenapa? Apa alasan kamu ngomong kayak gitu? Apa si Hoseok itu udah mempengaruhi otak kecil kamu pake bujuk rayu dia?"
"Jangan bawa-bawa kak Hoseok. D..dia gak salah!" Bela yang lebih kecil. Dia tidak akan membiarkan Hoseok dikambinghitamkan.
"Denger, Yoongi.. Aku udah nyoba jadi baik ke adek aku sendiri, ke kamu. Tapi kemudian kamu ngelakuin hal diluar batas, neror Seulgi pake bangkai tikus dan berani gak pulang tanpa izin Papa, gimana aku bisa maafin hal itu?!"
"Aku harus apa kak? Aku bilang aku gak ngelakuin itu, t..tapi kakak gak percaya. Lantas, aku harus ngaku iya kalau aku yang neror kak Seulgi karena kakak nyudutin aku terus. A..aku selalu salah dimata kak Jimin.."
KAMU SEDANG MEMBACA
QUERENCIA [MINYOON]
Fanfiction[ORIGINAL STORY BY FELIXSEO] "Ya, cuman kak Jimin tempatku kembali, tempat dimana aku ngerasa aman dan nyaman. Dan hanya karena dia aku punya alasan buat bertahan di dunia ini. " -Yoongi REMAKE BY PARKRMDNA #QUERENCIA (HYUNJEONG) #MINYOON