I'm a Queen of Party, and My Second Name is Troublemaker

1K 120 104
                                    

3 Agustus, 20:00

      Pesta adalah nama planet yang kuhuni. Kemeriahannya adalah semestaku, dan keliarannya adalah napasku. Aku dan pesta bagaikan Yin dan Yang, sehingga nggak ada satupun hal—kecuali hari kiamat—yang dapat memisahkan kami.

      Nah, dengan begitu kau harus menerima dengan lapang dada pada sebuah fakta, bahwa aku adalah Ratu Pesta di California. Mari kita abaikan ingar bingarnya. Di California, remaja manapun yang mengadakan pesta nggak akan terasa hidup tanpa kehadiranku. Saat aku menghadiri salah satunya, semua orang menyoraki namaku hingga langit-langit turut bergetar. Haha, maafkan kebiasaanku yang gemar memuji diri sendiri. Tapi, well, memang begitulah kenyataannya.

      Acap kali aku menjadi tuan rumah di pestaku sendiri, lihat saja perbedaanya. Anak para selebriti yang mengajak teman konglomeratnya, selalu menjadi tamu spesial di kediaman keluarga Maxwell yang mewah. Terima kasih untuk reputasiku yang berada di puncak tertinggi Gunung Everest.

      "Kau merampok tabunganku sebesar 10.000 dollar. Demi Tuhan, Skye. Apa yang kau pikirkan waktu itu?"

     Dan disinilah kami. Seorang ayah yang tengah menyidang putri tunggalnya. Seberapa lama pun Dad berkicau, berceramah, dan kemudian memberiku kuliah singkat tentang 'Aturan untuk Nggak Berfoya-Foya', sama sekali nggak memengaruhiku. Rahasianya, aku nggak peduli. Sifat itu sudah bercokol dalam DNA ku sejak lahir.

     "Jangan salahkan aku, Dad! Karena bukan aku yang meledakkan sound system, membuat listrik korsleting, dan membakar 1/8 rumah ini!" sanggahku dengan kedua manik mata yang terbelalak.

     Begini, sekarang adalah musim panas, dan sudah semestinya aku—sebagai Ratu Pesta mengadakan ritual tahunan dengan mengadakan pesta terheboh yang–paling–tak–terlupakan pagi tadi. Sayangnya, nggak seperti yang sudah-sudah, salah seorang idiot mengacaukannya. Membuat pestaku berakhir kacau dengan jeritan sana dan sini.

      Kejadiannya pukul 9 pagi, ketika kapten tim basket sekolahku—Marc Tyson—datang menyapa saat aku sedang duduk di tepian kolam renang sambil mencelupkan kedua kaki, menyaksikan permainan voli air.

      "Hey, Skye. Uh, aku cuma ingin bilang, pestamu hebat. Maksudku, kau bahkan menyediakan mesin pinball sekarang," puji Marc dengan suara berat khasnya yang terdengar gugup. Wajahnya merona ketika berbicara denganku, dan sambil mencuri pandang, aku melihat tubuh atletisnya yang kecokelatan (dan bertelanjang dada, tentu saja) terbakar sinar matahari, bulir keringat sebesar jagung melintasi leher dan turun ke dadanya, kemudian membasahi perut kotak sempurnanya, dan semakin ke bawah, dan terus ke bawah ....

     Aku mengerjapkan mata berulang kali sebelum otakku terhipnotis oleh fantasi yang bukan-bukan.

     "Trims, kau baik sekali." Menjadi gadis populer, menuntutmu untuk nggak pernah melunturkan senyum terbaiknya. Apalagi jika saat itu kau sedang bertatap wajah dengan lelaki paling seksi dan tampan seantero SMU Shaddyside.

     Kemudian aku melihat Marc sedang membawa dua buah balon berukuran jumbo yang terisi penuh oleh air. "Untuk apa itu?"

      "Oh, ini. Untuk Anthony yang hari ini sedang berulang tahun."

     Pada saat itulah Marc yang tanpa memikirkan berbagai resiko, melontarkan balon-balon air sialan itu kepada Anthony yang sedang berjalan menghampiri mesin DJ. Barangkali dia akan me-request sebuah lagu atau apalah.

     "Selamat Ulang Tahun, Anthony!"

     Anthony adalah anak buah Marc di tim basket. Jadi wajar saja jika ia sangat gesit. Kedua balon air tersebut meleset, karena Anthony telah menghindar dengan kecepatan angin. Dadaku mencelos ketika benda bulat itu pecah, menyemburkan lebih dari 1 liter air kolam renang, lalu menghantam sound system yang berada di samping DJ.

10 Days To Make Cassio Kisses Me [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang