Piano

963 149 10
                                    

Musik, mengajarkan kita akan empati didalamnya. Lantaran mudahnya membawa arus lebat akan kejadian lampau. Memeras air mata, lalu mengingat akan kejadian kala itu.
Namun, dari musik kita belajar. Tidak akan ada hari berwarna tanpa alunan musik, lantaran ia saksi bisu dimana senandungnya saat tetesan air mata tumpah.

-HanJisung-

.
.
.

"Pak taruh disini ajah, barangnya..." ujar wanita paruh baya yang masih terlihat anggun dengan pakaian tugasnya. Jisung yang baru saja pulang dari rumah tambatan hati mengerutkan dahi, sembari menaruh tas miliknya di sofa ruang tengah. Lantas, ia menghampiri malaikatnya berniat untuk bertanya barang apa yang ditutupi kain sutera putih itu.

"Makasih ya Pak, nanti uangnya saya transfer ke rekening Bapak" ujar wanita itu ramah pada pria bertubuh kekar namun sorot wajah yang sendu hangat. Mungkin karna pekerjannya sebagai buruh badan kekar itu ia dapatkan, terlihat wajahnya yang bersedu sedan memiliki banyak artian yang memungkinkan disana.

"Tebak ini apa?" Ibunya setiba mengajak Jisung bermain teka-teki padanya, rautnya sangat bahagia dengan tangan yang menepuk-nepuk benda tersebut. Dilihat dari bentuk itu, Jisung memiliki kemungkinan dalam benaknya. Sebuah benda yang dapat mengalun indah apabila tuts nya ditekan ber-irama.

"Piano?" Jawab Jisung, jeda yang diakhir tanda tanya. Ibunya mengangguk senang lalu menarik kain putih yang menutupi benda tersebut dan duduk dibangku bulat yang dapat berputar penuh.

"Mama mau apa beli piano?" Tanya Jisung kemudian. Ibunya tak menjawab, melainkan tersenyum hangat dan jemari lentik wanita anggun tersebut menyentuh tuts putih dengan hitam yang melengkapi. Alunan nada instrumen syahdu terdengar penuh haru ditelinga Jisung, alunan yang begitu merdu, membuat Jisung candu tak ingin jemari lentik sang Ibu berakhir disetiap nada rendah menggetarkan relung hatinya.

Perpaduan antara suara emas sang Ibu serta melodi yang memakan nyaman, Jisung terhenyak termakan naluri yang kini tersenyum berbunga laiknya dibawa pada sebuah tempat yang memiliki keindahan yang hakiki. Tak pernah ia sadari, Ibunya memiliki suara indah nan merdu serta lihai jemari lentiknya memainkan melodi dalam tangga nada. Desah kecewa keluar dari bibirnya, tatkala telah ada di penghujung perpisahan, melodi tersebut pudar dan membuat Jisung menatap Ibunya kecewa. Ia ingin dengar sekali lagi.

"Jisung gak pernah tahu, soal Mama yang bisa main piano. Sejal kapan?" Tanya Jisung penasaran. Ibunya berdehem kecil, siap mulai menceritakan kembali area masa muda yang sedang ada dipucuk kembang bermekar. Sedang dalam masa yang siapapun ingin memetik parasnya, ditambah bakat yang dimiliki pantas membuat lawan jenis terkagum padanya saat itu. Sayang, waktu memakan kenangan yang membuat ia berada di ujung pengasingan menjauh dari kasih yang ia sayang. Pergi dan tak kembali.

Sementara Jisung siap membuka telinga lebar-lebar, ia selalu tertarik pada setiap cerita sang Ibu yang mengantarkan ia pada masa lalu. Masa dimana sama seperti dirinya yang tengah dimabuk aksara seni. Jisung tak pernah benci dilahirkan dari seorang wanita dan tak pernah tau dimana Ayahnya berada. Cukup, Ibunya saja sudah cukup baginya.

"Jadi, Mama mau cerita soal masa muda Mama?" Tanya Jisung sedikit menggoda.

"Tertarik...?" Ibunya kembali bertanya, dengan wajah yang sedikit menggoda putranya juga.

"Selalu, karna cerita Mama, Jisung belajar banyak hal" ucapnya tanpa rasa sungkan, dan duduk dihadapan sang Ibu sembari meraih dua kaki Ibunya dan ditaruh di pahanya. Jemarinya mulai bermain, memijat lembut betis sang Ibu. Jisung tahu kaki Ibunya sering terasa sakit ketika bangun disaat pagi atau ingin beranjak tidur. Asam urat yang biasa terjadi pada usia menua kini sedang melanda Ibunya, Jisung ber-inisiatif memjiat pelan. Setidaknya ada yang ia lakukan sementara telinganya mulai dibelai akan cerita masa lalu yang menyenangkan. Ada kelam dan duka, ada rona dan rayu. Jisung tak kuasa ingin tersenyum sedan kala itu.

Art The Universe- Han Jisung ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang