Thanks And I Always Waiting For You

686 136 47
                                    

Kau bagian dari jalannya cerita, kau bagian dari hal yang berpendar dalam gelap. Di suatu hari nanti, ketika Semesta kembali melambai, aku akan mengikuti arahnya.

-ParkAna-

Mungkin aku hanyalah bagian dari kepingan lentera yang mengantarkan kegelapan menuju jalan yang lebih benderang. Aku hanyalah satu dari banyaknya berlian yang memantulkan cahaya gemerlap. Sayangnya, arah jalan tak pernah kehilangan tujuannya. Ada banyak liku yang membuatnya harus menunggu.

-HanJisung-

.
.
.

Hari yang dinanti sekaligus hari yang tak ingin dijumpai. Dimana gelora dari sorak sorai disertai tangis haru membuat suasana berdesir sendu. Mereka baru saja lulus, setelah pencapaian dan rasa gembira bagi mereka yang sudah berjuang semampu yang mereka bisa.

Hari dimana mereka kembali melangkah, menuju hari dimana mimpi-mimpi mereka akan tercapai. Menuju impian dan melabuhkan diri ke jenjang yang lebih tinggi. Baik Ana maupun Jisung mendapatkan program Beasiswa lantaran mendapat nilai tertinggi. Masuk kedalam tiga besar murid yang akan menempuh jalan lebih jauh.

"Kamu enggak seneng...?" Ana menyenggol bahu Jisung yang menatap sendu hadiah yang diberikan sekolah pada mereka. Jisung mengulas senyum, ia bahagia sudah jelas ia bahagia. Ingin segera tahu bagaimana reaksi malaikat tanpa sayapnya dirumah saat tahu Jisung berhasil membuat Ibunya tersenyum. Tapi, dibalik semua itu harinya akan temaram kembali seperti sedia kala.

"Kamu tahu, aku enggak mungkin sedih karna dapet ini Na. Tapi....

"Kita berpisah?" Ana mencelah ucapan Jisung. Dua sudut bibir tipis Ana tersenyum tulus, senyum lirih yang mengartikan ia juga sama sedihnya. Tapi, setiap ada pertemuan akan selalu ada perpisahan diujung jalan. Tinggal bagaimana sisa takdir yang menentukan apakah dipertemukan kembali atau tidak.

"Kamu pernah baik-baik saja tanpaku Jisung, maka setelahnya kamu juga akan baik-baik saja disini" ujar Ana.

"Tapi situasinya beda Na"

"Iya, tapi kamu pernah bilang. Kalau kamu menuntun jalan kemana sigadis istimewa ini akan kembali pada rumahnya. Kalau memang acuan itu benar, garis hidup tidak akan pernah salah menemui takdirnya untuk kembali"

"Kalau tidak?"

"Tuhan menggantikan kebahagiaannya dengan yang jauh lebih baik dari yang sebelumnya"

Jisung tidak membalas lagi lontaran kata penuh keyakinan si gadis. Dulu yang teramat ia kenali sebagai sosok yang menjauh dari keramaian dan penuh akan keraguan, kini Jisung mendapati bahwa si gadis mempercayai akan adanya takdir yang ditulis semesta. Jisung hanya membalas dengan senyum kecut, meski hatinya perih menahan rasa yang harus ia pendam lebih jauh lagi.

Tanpa kata atau kalimat Cinta, keduanya tahu bahwa mereka menggenggam erat makna dari hal tersebut. Maka kehangatan terbagi diantara horizon yang memancarkan kemuning jingga nya. Melepas rasa sesak bahagia, yang sekiranya dapat mereka pertahankan sampai takdir menemui keduanya kembali.

"Aku pulang dulu....

"Kalau sudah menemui jalannya, aku menunggu di persimpangan jalan takdir. Kalau memang makna dari kata pulang itu nyata, aku menunggu disini"

Art The Universe- Han Jisung ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang