"Eomma, kapan adikku lahir?"
"Sebentar lagi sayang, kau tidak sabaran sekali sih."
"Iya eomma, nanti kalau dia udah lahir aku pengen mengajaknya bermain bolehkan eomma?"
"Tentu boleh sayang. Dengarkan eomma baik-baik, sayangi adikmu nanti, jaga dia, jadilah oppa yang baik, kamu pahamkan?"
"Ne aku paham eommanim."
Jin tersentak dari tidurnya dan langsung duduk dengan napas memburu. Ia berulangkali terbatuk dan memukuli dadanya. Mimpi itu datang lagi. Hampir setiap pagi Jin terbangun dengan kondisi menyedihkan seperti ini. Keringat yang membasahi keningnya, tubuh yang gemetar dan mata yang mulai basah karena tangis.
Ya, selama dua puluh lima tahun terakhir ini segala tentang eomma selalu bermunculan silih berganti dalam mimpinya hingga membuatnya semakin tersiksa. Ia mengingat di umurnya masih tiga tahun eomma sangat sayang sekali padanya, selalu ada saat ia ingin tahu mengenai dunia ini.
Jin mengambil sebuah foto, yang dimana saat ia bersama eomma dan appa sedang merayakan ulang tahunya. Bahkan ia masih mengingat kebagahian yang ia rasakan waktu kecil bersama kedua orangtuanya sebelum penderitaan di keluarganya ada.
Tok ... tok!
Jin menoleh ke pintu kamarnya yang diketuk. Hanya ada dua orang yang sangat mungkin dijadikan tersangka. Bibi Choi atau ...
"Oppa! ireona ppalli katanya kau ada meeting jadi cepatlah mandi nanti terlambat."
Jang Naree.
Adiknya itu memang sangat mungkin menjadi tersangka atas penggedoran pintu kamarnya di pagi hari.
"Aku sudah bangun!" teriak Jin. "Tunggu setengah jam lagi! Dan aku berangkat!"
Jin tidak mendengar respon Naree namun ia mendengar suara langkah kaki seseorang yang menjauh dari kamarnya. Setengah jam kemudian dan sudah siap dengan pakaiannya yang rapi.
"Nona Naree sarapanya sudah siap."
"Terimakasih bi."
Jin yang sudah siap dengan pakaian rapinya. Ia melihat adiknya yang duduk menunggunya, dapat dilihat kalau adiknya sangat mirip dengan eomma nya. Dengan begitu ia sangat menyayangi adiknya, karena adiknya harta yang paling beharga baginya. Selesai sarapan ia dan adiknya segera berangkat menuju kantor mengingat ia hari ini ada meeting.
***
"Doryeonim (tuan muda)." Kang ajhumma membungkukkan badan.
"Ada apa ajhumma? Bukannya tadi aku bilang bahwa jangan ga-"
"Park Jimin!!!!!! Hya, kenapa kau belum mandi, dasar pemalas." Ujar Taehyung yang lancangnya lansung masuk ke kamar Park Jimin.
Sudah menjadi kebiasaan Taehyung yang seenaknya langsung masuk ke kamar Jimin. Meskipun begitu Jimin tak mempermasalahkannya. Ia dan Taehyung sudah berteman sejak kecil jadi hal biasa kalau Taehyung dengan mudahnya masuk ke rumah bahkan kamar Jimin langsung.
"Mau apa kau kemari, tidak bisa kah kau sekali saja tidak menggangguku. Aku sedang banyak pikiran."
"Mengapa kan aku sering seperti ini. Kau mikiri dia? Sudahlah urusan nanti saja kita bahas pasti ada jalan keluarnya."
"Bukan hanya itu saja, tapi yang semakin membuat kepalaku sakit adalah appa ku hari ini akan pulang dari Australia. Bagaimana jika mereka berdua bertemu aku tidak mau ini terjadi Taehyung-ah." Ujar Jimin dengan lirih. Ke khawatirannya yang selama ini ia pikirkan akan terjadi, ia takut kenangan buruk masa lalunya menghantuinya kembali.
Taehyung tau betul sahabatnya itu sangat khawatir mengenai kepulangan appa nya. Ia ingat betul kejadian yang menimpa keluarga Jimin. Dimana eomma Jimin harus pergi untuk selama-lama nya akibat kecelakaan. Semenjak ke pergian eomma nya itu lah appa nya berubah, Jimin kecil yang awalnya menikmati kasih sayang dari kedua orangtuanya berubah begitu saja. Appa sekarang menjadi kasar, jarang sekali menemani Jimin bermain, dan yang terpenting appa nya selalu memarahinya tanpa ampun.
"Jim tenang, kau masih memiliki aku sebagai sahabatmu, keluargamu, adikmu. Aku selalu ada disampingmu, ingat itu Jim," ujar Taehyung pada akhirnya. Setelah itu Taehyung berlalu keluar dari kamar Jimin. Ia tau Jimin butuh waktu sendiri, dan memutuskan untuk menunggunya diluar.
***
Di sinilah Jimin dan Taehyung berada. Sebagai seorang presdir muda, tampan, berwibawa, dan tentunya cerdas. Banyak sekali kaum hawa yang memujanya, namun Jimin sama sekali tak meliriknya. Ia dingin, acuh dengan semuanya. Sudah lama ia tidak membuka hatinya untuk perempuan. Terakhir dengan Shin Yura, hubungan mereka bertahan hanya 6 bulan. Jimin yang memutuskannya, ia merasa kalau mantannya itu hanya menginginkan hartanya saja.
Seperti yang terjadi sekarang, dihadapannya ada wanita yang paling tidak ingin di lihat oleh Jimin. "Oppa!!! Aduh aku kangen sekali, udah lama loh kita tidak bertemu, kamu pasti kangen aku yakan Jim?" ucapnya sambil memeluk lengan Jimin dengan manja.
"Shin Yura! Menyingkir dariku sekarang juga. Aku muak melihatmu, tak berubah sekali dirimu, manja sekali." ucap Jimin berlalu meninggalkan Yura. Ya, wanita itu Yura. Mantan dari Park Jimin. Sudah satu tahun lamanya berhubungan namun bagi Yura itu sangat luar biasa. Baginya menjadi pasangan Jimin untuk waktu satu tahu merupakan waktu yang lama. Biasanya Jimin bertahan dengan pasanganya paling lama tiga bulan, selebihnya ia memutuskannya. Alasannya klasik 'bosan' itulah yang Jimin rasakan.
Seringkali Yura menghubunginya dan mengucapkan kata-kata yang membuat ia ingin muntah. Setelah putus dengannya, Yura memutuskan tinggal di Singapura. Profesi yang Yura lakukan sekarang ialah Model ternama di Korea . Jimin terbiasa dengan kelakuan wanita yang sering memujanya karena hartanya, maka dari itu ia juga melakukan tindakan sesuka hatinya demi mendapatkan wanita manapun.
"Ya!! Park Jimin kau tidak merindukanku? Bukankah kau dulu selalu memujaku, dan berkata tidak bisa lepas dari pesonaku. Kenapa kau sekarang membuangku. Jimin sialan."
Taehyung melihat mantan Jimin berada di kantornya lantas mengusirnnya. "Mau apa kau kesini? Cepat pergi sebelum aku panggil security untuk menyeretmu keluar."
Melihat kedatangan Taehyung disini membuat Yura semakin kesal. Bagaimana tidak, lelaki itu yang membuat Jimin melepaskannya, lelaki itu yang membuat Jimin sadar kalau Yura bukan wanita yang baik-baik. Setelahnya ia pergi meninggalkan kantor Jimin dengan wajah masamnya.
Setelah kepergian Yura, Taehyung menyusul Jimin ke ruang kerjanya. "Jim mengapa wanita gila itu menemuimu lagi? Kau tidak berhubungan dengannya kan? Kau pasti tau, kalau dia bukan wanita baik, kalau kau bersamanya lagi bagaimana kau bisa lepas dengan dunia gelapmu. Meskipun aku, dan kau. Kita harus sama-sama lepas dari dunia gelap itu. Jangan sampai jatuh kelubang yang sama, jika kau jatuh maka yag hancur bukan hanya dirimu, tapi orang yang kau sayangi akan hancur juga."
Mendengar penuturan Taehyung, ia teringat bagaimana sisi kelamnya dulu. Sering bermain-main dengan wanita di club-club malam. Hal itu wajar, namun jika terus dilakukan maka reputasi sebagai presdir yang baik akan hancur dengan kelakuan seperti itu. Maka dari itu Taehyung membantunya lepas dari jeratan dunia gelap itu. Ia tau, Taehyung juga seperti itu dulunya, tapi lihatlah sekarang. Pria itu jauh lebih baik ketimbang dirinya.
"Aku juga tidak tau Tae. Aku juga tidak berhubungan denganya, dan dengan wanita manapun. Aku tau itu, aku ingin lepas dari dunia gelapku. Kemunculan wanita itu membuatku semakin muak, yang ada dipikiran wanita hanya harta. Memikirkannya saja membuatku ingin muntah."
Mendengar ucapan Jimin, Taehyung tau betapa besar keinginan Jimin untuk lepas dari dunia gelapnya. Taehyung pergi keluar dari ruangan Jimin, masih banyak urusan yang harus ia selesaikan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Mianhe My Wife ✔️
FanfictionPark Jimin seorang pengusaha muda yang handal. Terkenal dengan sering bergonta-ganti wanita, karena baginya cinta itu hanya menyusahkan dirinya. Ia tak ingin terlibat cinta yang serius, namun seorang wanita mampu merubah poros hidupnya. Ia mulai men...