11. Whatever

293 81 10
                                    

Ana Pov

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ana Pov.

Gue bangun dari tidur, sebenarnya gak tidur sepenuhnya hanya memenangkan diri dengan memejamkan mata. Gue lihat jam dinding dikamar sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.

Lama juga padahal gue cuma merem sekitar satu jam mungkin.

Gue bangkit berdiri berjalan menuju balkon, di kamar ini ada balkonnya. Ini kamar tamu yang kami gunakan.

Pemandangannya pas banget bisa secara langsung melihat taman belakang rumah Felix yang di penuhi lampu cantik.

Cantik, spot ini yang gue suka.

Tiba-tiba ada sebuah ide terlintas di pikiran gue. Gue mau ke taman itu, dengan gue turuni anak tangga dan pergi ke taman.

Senyum gue terukir saat melihat semua lampu taman yang warna-warni disana. Gue terus melangkahkan kaki berjalan, tapi ada hal yang membuat gue harus terhenti sejenak.

Dari sini gue bisa melihat Chelsea berdiri berduaan dengan Lino yang posisinya saling berhadapan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dari sini gue bisa melihat Chelsea berdiri berduaan dengan Lino yang posisinya saling berhadapan. Masih tetapi disini melihat mereka, namun ternyata hanya Chelsea yang sadar akan kehadiran gue.

Dia menyeringai melihat gue, perasaan gue sudah tak enak, ternyata benar gadia itu segera memeluk Lino di depan kedua mata gue.

Tubuh gue bergetar menahan tangis bercampur amarah. Air mata tanpa diundang mengalir membasahi wajah gue. Karena senyumannya itu lah yang membuat gue sakit.

Gue segera pergi berlari dari taman. Kemudian kembali masuk ke kamar. Tapi gue kaget ada yang sedang duduk di balkon.

Dia Chan.

Ternyata gue salah kamar, saat gue sadari kasurnya hanya satu gak seperti kamar tamu terdapat dua kasur.

Ternyata gue salah kamar, saat gue sadari kasurnya hanya satu gak seperti kamar tamu terdapat dua kasur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chan sadar kehadiran gue dan mendekat ke gue yang masih menangis. " Lo kenapa Na, kok nangis? " Tanyanya sembari mengusap wajah gue.

Gue diiring duduk tepian kasur, dia masih setia di samping gue guna menenangkan. Gue terisak nangis lagi dan dibekap dalam dekapannya yang hangat.

Ketika tubuh gue memeluk Chan, disitu gue mulai ngerasa adanya ketenangan hadir dalam diri gue saat ini.

" Sekarang lo coba cerita apa yang buat lo sampai nangis kaya gini? " Ujarnya dengan mengelus pucuk kepala gue.

Jadi gue ceritain semua pada Chan kalau gue sama Lino itu sudah temenan sedari kecil. Selalu sekolah di gedung yang sama sampai saat ini, gue mulai suka Lino itu waktu pertama kali masuk SMA. Setiap gue sama sama Lino itu merasa ada hal paling bahagia dalam hidup gue.

Tapi sekarang semua sudah berubah semenjak dia suka sama Chelsea anak kelas sebelah. Chelsea memang terkenal di sekolah gak seperti gue yang hanya gadis biasa cuma banyak bacot.

" Lo ingat kan pas gue chat elo buat minta nomer hp dia ke elo? " Tanya gue menatap mata Chan sendu.

" Iya gue inget. " Katanya kembali memeluk.

" Semenjak gue kasih nomer Chelsea ke Lino dia malah berubah. Gak pernah bercanda lagi, gak pernah anter jemput lagi dan yang paling buat gue kaget itu adalah mereka jadian secepet itu. "

Gak sesuai ekspetasi gue di awal.

Ntah mengapa setelah selesai menceritakan semua keluh kesah yang gue tahan sendiri kali ini jadi lebih lega. Air mata mulai berhenti tak ada tanda akan menangis lagi.

Pelukan kami sedikit merenggang. Dia menatap dalam mata gue dan disana gue bisa ngerasain ada yang beda dari diri Chan. Gue takut, pikiran gue udah kemana mana.

Dia sedikit memajukan wajahnya, gue otomatis memejamkan mata tanpa di suruh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dia sedikit memajukan wajahnya, gue otomatis memejamkan mata tanpa di suruh. Jujur ini gerakan secara mendadak bukan gue sengaja.

Gue buka mata saat mendengar bisikan Chan  " Gue suka sama lo " Mata gue membulat besar saking terkejut dan mematung diam saat dia mulai menjauhkan diri dari gue.

" Hah, apa Chan? Gue g--gak salah denger?? " Tanya gue gak percaya.

" Jadi kamu gak percaya sama aku? "

Sejak kapan Chan kalau ngomong pake aku? kamu?

Lah emang gue siapanya dia?

" G--Gimana Chan? Gue gak ngerti sorry... "

" Aku bilang aku suka kamu, kalo kamu gimana sama aku? "

" Kok pake aku kamu? Emangnya gue siapa lo ya kok halus banget ngomongnya? " Tanya gue bingung.

" Ngode nih? "

Gue yang denger dibuat senyam-senyum sendiri, tentu gue paham maksud Chan cuma pura-pura bego aja. Lah-- tadi lagi sedih malah sekarang di tembak gimana gak kaget coba, gue juga suka dia hanya saja gue takut cinta gue bertepuk sebelah tangan. Kaya cinta gue sama Lino. Gue juga belum sepenuhnya tau gue suka sama Chan atau gak, pertemuan ini masih singkat.

Chan nembak gue dan gak bisa nolak juga karena gue juga sempat suka dia. Walau gak sebesar gue suka Lino. Siapa tau bersama Chan, gue bisa lupain Lino mulai saat ini.

ceklek!!

Saat gue baru saja berpelukan, ada suara orang membuka pintu. Dia Felix yang buka dan disusul sama Han. Dikamar ini Felix tidur bertiga sama Han, Chan sedangkan di kamar Ayen itu Lino sama Haje.

Mereka bertiga jadi tau kalo kita berdua pacaran soalnya chan yang ngasih tau. Mereka kaget, gue malah terbahak-bahak aja ngeliatnya pada komuk mereka. Gue pamit langsung melarikan diri ke kamar gue, masih malu kepergok.






















Ketika rasa sakit telah terobati. Apakah itu akan menjadi abadi atau kembali tersakiti?

Jika abadi di syukuri dan jika kembali tersakiti berarti belum di kehendaki.

From Friends To Lovers [FFTL] - Lee Know ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang