27. Reason

214 44 0
                                    

Saat ini suasana di rumah begitu sepi hanya ada gue dan bang Abin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat ini suasana di rumah begitu sepi hanya ada gue dan bang Abin. Orang tua kita lagi di luar kota, mereka pekerja keras.

Gue duduk di sofa menyemili cemilan, menonton serial lucu acara lawak sampai terbahak-bahak. Gue mengakak sama besarnya seperti volume suara televisi, begitu nyaring.

Sampai ketukan dari pintu saja tak gue sadari, gue akan begini saat gue merasa sedih atau galau biasa orang bilang untuk menghibur diri.

" Dek, denger gak sih dari tadi ada yang ngetuk pintu?! Bukain gih gue lagi asik makan dulu!! " Teriak bang Abin dari dapur.

" Gue aja lagi asik nonton bang!" Jawab gue membalas teriakan yang sama besarnya seperti televisi.

" Kecilin volume tv nya, bukain pintunya! Kasian anjir orang lama nunggu di luar dek! " Dengan setengah hati gue memperkecil volume tv dan berjalan membuka pintu.


" Kecilin volume tv nya, bukain pintunya! Kasian anjir orang lama nunggu di luar dek! " Dengan setengah hati gue memperkecil volume tv dan berjalan membuka pintu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gue membuka kecil pintu mengintip orang yang bertamu namun sedetik kemudian gue tutup kembali, kaki orang itu menahannya. " Please.. Ijinin aku masuk Ana... " Dia berhasil mendorong pintu yang gue tahan, dia masuk dan menutup kembali pintu.

Wajah datar dan malas gue memandangi dirinya, gue bersikap dingin menahan diri di hadapannya. Jujur, gue masih sayang dan tak bisa membencinya.

" ... Dek itu siapa? Udah dibuka belum pintunya?! " Teriak bang Abin lagi.

" Udah, itu Chan yang dateng.. "  Jawab gue malas.

" Buatin dia minum gih... " Suruhnya.

Gue melengos mendengar titah bang Abin, " Kamu duduk tungguin di situ..  " Ujar gue seadanya dan dia merespon dengan dehaman, gue pun memutarkan bola mata malas.

Semua lemari di dapur sudah gue bongkar dan intip tetapi tetap saja kopi belum di temukan, " Bang! Lo naruh kopi di mana dah? " Bang Abin menunjuk ke salah satu lemari yang ternyata gue lewati tanpa disadari.

"

Tumben Chan dateng malem trus muka lo datar dek, lagi ada masalah ya? " Tanya dia yang lagi asik makan mie instan, daritadi masa belum selesai!

Karena saking fokus menyeduh secangkir kopi gue cuma merespon bang Abin dengan dehaman. " Mending dikelarin baik-baik dek, hubungan kalian udah 3 bulan, dia baik dan sabar jadi kek sayang aja kalo di sia-siain... " Saran bang Abin gue iyain dan berjalan melewati dirinya menuju ruang tamu.

Gue menaruh secangkir kopi panas di meja tepat di hadapannya. " Makasih.. "

Kopi yang gue seduh langsung disambarnya, " Ati-ati panas. " Ketus gue mengingatkan. Dia tersenyum lalu meniup-niup kopi sebelum diminum.

Setelah minum ditaruhnya kembali di meja dan beralih menatap gue lara. " Aku minta maaf gak bisa anterin pulang dan nyusulin kamu, tadi masih ada urusan. "

" Oh-- haha gak apa-apa kok, urus aja Chelsea nya.. " Jawab gue sarkas memandangi televisi.

Acara komedi yang tadi gue tonton sangatlah lucu sekarang menjadi tidak lucu, akibat dari suasana saat ini begitu aneh.

" ... Ana dengerin aku dulu, waktu kamu tidur aku main basket sama Felix.. "

" Udah tau! " Sambar gue.

" Terus pas Chelsea nontonin kita berdua di lapangan, aku gak sengaja ngenain bola ke kepala dia sampai jatuh trus lututnya luka... "

" Harus pelukan gitu?? " Sindir gue.

" A--Aku gak ada niatan mau meluk dia atau ngelukain dia, cuma tiba-tiba dia meluk aku pas banget kamu datang kelapangan. Sedangkan Felix pamit duluan makanya aku bingung gak ada yang bantuin jelasin, aku juga kaget lihat kamu yang dateng langsung marah-marah dan menangis... "

" Jadi, urusan kamu itu obatin Chelsea kan? " s
Sambung gue.

" Bukan yang, aku harus beresin sisa berkas dan Chelsea aku suruh hubungi Lino. " Jelasnya.

" Jadi? " Penjelasan Chan cukup gue tenang dan gue percaya ucapan dia.

" Aku minta maaf, aku juga berterima kasih sama Felix udah nganterin kamu pulang... " Kata dia sembari menarik gue dalam pelukannya.

Tentu gue juga membalas. " Kok--kamu tau? "

" Tadi Felix chat aku "

" Iya aku terima maaf kamu, maafin aku soalnya tadi sore lagi emosian banget... " Chan mengangguk memaklumi kejadian salah paham tadi sore.

" Maaf Ana.. "














" CIE ADA YANG UDAH BAIKAN, CEKIWIRRR!!! " Olok bang Abin yang berisik banget.

" ... DIEM LO BANG!! " Chan yang mendengar balasan pekik gue pun langsung menenangkan dengan mengelus surai gus. Seolah mengatakan kata sabar pada gue secara tak langsung.

" ASOY GEBOY COY! " Ejek dia bernyanyi dengan goyangan tidak jelas, gue menepuk jidat melihat tingkah abang gue sendiri. Sepertinya dia bukan abang gue, gak punya malu di depan tamu begitu.












Now, i'm fine. Thanks.

From Friends To Lovers [FFTL] - Lee Know ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang