Bagian 7

1.7K 57 3
                                    

"Sudah nangisnya ?" tanya Vino.

"Kalau sudah ayo ikut saya" lanjutnya sambil berjalan menghampiri motornya.

.

.

.

.

Alisa yang sudah berhenti menangis hanya diam sembari mengatur nafasnya. Ia melihat Vino dari jauh sedang berbincang dengan salah satu rekannya mungkin itu adalah atasannya pikir Alisa.

Mengetahui Vino yang mendekat kearahnya Alisa menjadi gugup dan bingung harus melakukan apa. Entah kemana keberaniannya tadi mungkin sudah hilang terbawa arus air matanya.

" Kamu sudah baikan? Kalau sudah ayo saya antar kamu ke rumah kamu kebetulan tugas saya sudah selesai." ucap Vino sembari memakai jaket kulitnya.

Hari ini Vino membawa motor karena menurutnya menggunakan motor lebih enak daripada menggunakan mobil meskipun panas.

Alisa yang mendengar suara Vino hanya bisa menunduk dan memilin rok sekolahnya.

"Hey, kamu kenapa ? Perasaan tadi ngoceh mulu kok sekarang jadi diem, abis bensinnya ya Bu?"

"Apa, 'BU'?! Heh pak polisi, bapak buta ya gak liat saya pake seragam?!" Alisa yang kesal dengan ucapan Vino kembali merubah gaya bicaranya menjadi 'saya'.

"Nahh balik lagi ke sifat asalnya, baiklah sekarang ayo ikut saya , saya akan mengantar kamu ke rumah kan mobilnya saya sita. Apa kamu mau naik kendaraan umum saja? Saya baik loh ini pertama kali ada polisi yang memberikan tumpangan ke orang yang ditilangnya." Vino mencoba untuk membujuk alisa supaya dirinya bisa mengantar Alisa dan tahu rumahnya, bisa dibilang Vino sedang modus saat ini.

"Gak usah sok baik deh percuma baik tapi tetep aja nilang."

"Jadi gak mau nih? Udah mulai sepi loh di sini tuh liat udah pada bubar."

Alisa melihat sekelilingnya dan alangkah terkejutnya dia bahwa semua orang yang tadi ada di sekitarnya sudah tidak ada. Alisa bingung entah apa yang harus dilakukannya. Naik taksi uang nya tidak akan cukup, pesan aplikasi ojol tempatnya sekarang adalah zona merah yang artinya ojol tidak boleh menganggut penumpang, mau naik ojek pangkalan dirinya takut.

"Duh gue harus gimana nih, ah.. gue telpon Judith aja iya telepon Judith" guman nya.

Sebenarnya Alisa tidak yakin kalau Judith akan mengangkat teleponnya karena dia tau kalau Judith jarang sekali memainkan hp nya.

"Gimana nih jadinya? Saya mau pulang juga."

Vino yang sudah duduk di motor besar kesayangannya sebenarnya agak gelisah takut kalau ajakannya ditolak padahal Vino sudah banyak bicara dari tadi tidak seperti biasanya.

Tapi disisi lain Vino sadar bahwa dirinya tertarik dengan gadis sma yang ada di depannya.

"Sabar napa sih! Ini lagi nelpon temen dulu."

Tapi sudah sekian lama dirinya mencoba menghubungi Judith belum ada jawaban sama sekali. Bahkan sama halnya saat dirinya mencoba menghubungi teman-teman yang lainnya.

"Dasar sahabat lucnut giliran dibutuhin gak ada ihh kesell...." 

"Heh malah menghujat jadi gak nih saya sudah pegel dari tadi nunggu kamu yang gak jelas."

Sebenarnya Vino mulai jenggah karena dirinya paling tidak suka menungu tapi demi gadis di depannya ini dirinya rela menunggu tanpa kepastian persis seperti seorang bucin.

Alisa dengan perlahan tapi pasti berjalan mendekati Vino " Heh pak polisi yang ada tuh aku yang pegel dari tadi diri situ sih enak duduk di motor." Ucapnya sambil menekan kata 'Heh' seperti yang Vino ucap tadi. 

My Police Husband (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang