part 7

78 34 3
                                    

'Bahkan hatimu tidak pernah nampak sekalipun bergetar, Saat aku memilih menyimpan perih dengan memasang wajah pura pura mengerti'

                    
                    Adena keyshad_

Kini jam sudah menunjukan pukul 18:30, matahari sudah di gantikan dengan bulan dan bintang. Adena dan Ardan kakanya masih berada di sekitaran mal, setelah menunaikan ibadah magrib. Adena dan Ardan langsung menuju mall lagi, padahal Ardan sudah lelah. Tapi Adena masih betah di dalam mall, Ardan sudah membujuk Adena untuk pulang, berbagai cara Ardan lakukan untuk mengajak adiknya ini pulang namun hasilnya nihil. Adena malah mengrengek tak jelas seperti anak kecil membuat Ardan pasrah menuruti kemauan adiknya.

Adena dan Ardan kini berada di ruang karaoke. bukan keinginan Ardan, tapi siapa lagi jika bukan keinginan adena. Ardan sudah pasrah dengan tingkah laku konyol adiknya ini, Ardan sudah menyerah apa yang akan di lakukan adiknya setelah ini. Ardan hanya ingin menjadi seorang kaka yang baik, dan Ardan sudah tidak mempermasalahka penampilan nya lagi, karna berpakaian apapun Ardan merasa ganteng nya tidak pernah pudar. Sangat percaya diri bukan?

"Ohhh.., Jadilah pasangan hidupku, jadilah ayah dari anak anak ku.., membuka mata dan tertidur di sampingku." Adena hanya menyanyikan di bagian itu saja membuat Ardan jengah dengan suara adiknya ini.

"Neng ayo lah pulang, entar mamah sama papah nyariin." Ajak Ardan dengan nada lesu.

"Ayo deh a, kita pulang. Neng cape." jawab Adena dan langsung di angguki cepat oleh Ardan.

"Alhamdulilah akhirnya ini makhluk mau pulang juga." gumam Ardan dalam hati.

Ardan merangkul bahu Adena dan Adena pun merangkul pinggang Ardan, saat adena sedang asik berjalan santai dan sesekali tersenyum karna tingkah lucu kakanya. Kini tiba tiba senyum Adena memudar. saat ia tidak sengaja melihat orang yang selama ini ia sukai berjalan santai dengan teman nya, Siapa lagi kalo bukan Farel dan Dela. Seketika tubuh Adena melemas dan air mata nya mulai membasahi kedua pipinya. Adena melepas rangkulan dari kakanya, Ia langsung duduk di lantai dan iringi oleh air mata yang mengalir. Adena tidak peduli dengan tatapan pengunjung mall yang melihat dirinya aneh, bahkan Adena tidak peduli jika pengunjung mall mengatakan bahwa dirinya'tidak waras'.

Ardan yang melihat adiknya berubah 180 derajat pun terkejut, Ardan langsung mensejajarkan tubuhnya dengan Adena. Dan membantu adiknya ini supaya berdiri, namun Adena menepis tangan Ardan dengan kasar. Ardan bertanya tanya mengapa adiknya jadi sperti ini. Akhirnya Ardan mengikuti arah mata Adena, Ia melihat seorang lelaki dan perempuan sedang tertawa. Akhirnya Ardan sadar bahwa adiknya ini sedang broken heart.

"Ayo bangun, gk usah nangisin cowo kaya gituh!" Tegas Ardan. Adena menatal kakanya dengan tatapan sendu. Ardan yang tau dari tatapan adiknya itu pun hanya menghela napasnya panjang. Ia bingung harus melakuka apa!

"Aa neng tersakiti. Neng gak kuat liat dia sama temen neng sendiri, Neng cemburu a, Neng rapuh a, hati neng panas banget walaupun di mall ada AC tapi tetep hati neng masih panas!" Ceroros Adena sambil mengusap air matanya.

"Ckk," Ardan mendecih, Aa bilang bangun!" Sentak Ardan. Kemudian Adena pun berdiri dan langsung memeluk kakanya.

"Demi kecoa punya sayap, demi neng sayang sama dia, demi hadirin bapak
Ibu sekalian, neng sakit hati!" Adena sambil memeluk Kakanya dengan erat.

"Inget mamah sama papah gak ngajarin neng bego kaya gini, kalo sampe mamah papah tau neng kaya gini, pasti mereka nangis darah dan malu mengakui neng sebagai anak. Jangan pake hati aja tapi pake tuh otak biar mikir!" Geram Ardan. Bukan apa apa, ia takut di marahi abis abisan oleh mamah papahnya, karna ia bingung dengan alasan apa yang tepat untuk mendefinisikan perasaan adiknya.

 BETWEEN LOVING AND LETTING GO ( antara mencintai dan merelakan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang