Part 4

1.9K 96 4
                                    

Ricis pun membalikkan badan, hatinya benar-benar tersayat mendengar kenyataan yg ada. Air mata yg sedari tadi tertahan di matanya, kini jatuh begitu saja. Dengan langkah gontai, dia melangkahkan kakinya menuju mobil. Hatinya benar-benar pilu, ia benar-benar harus kehilangan Ogund dan gak akan prnah kembali untuknya.

"Tega kamu Gund" ucapnya di sela-sela tangisan nya

Ricis pun mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, air matanya terus saja mengalir di pipinya. Ia tak percaya bagaimana bisa Ogund setega itu sama dia. Ricis memarkirkan mobilnya di sebuah taman kota dekat dengan rumahnya, ia ingin menenangkan hatinya dulu. Jam masih menunjukan pukul 19.30, ia terduduk melamun di salah satu bangku taman. Ia masih menangis. Ucapan Ogund di dermaga itu masih terngiang jelas di telinganya. "Dia menghamili wanita lain" lirihnya

Tiba-tiba ada seorang laki-laki menghampirinya dan duduk di sebelah Ricis

"Hai ..." sapa pemuda itu. Dia tersenyum ke arah Ricis
Dengan sigap Ricis menghapus air matanya, dan mencoba tersenyum

"Lo Ricis kan yah?" ucap pemuda itu

"Iya, lo Wildan kan temannya Ella"

"Iya. Lo ngapain disini? Sambil nangis lagi"

"Gak papa, cuma lagi luapin emosi aja" ucap Ricis

Dalam hati Wildan berkata "dia pasti abis ketemu Ogund deh"

"Kok lo malah bengong" ucap Ricis

"Ngga bengong kok. Oh ya Cis, kalo lo butuh temen cerita gue siap kok dengerin lo. Gak baik permasalahan cuma di simpen sendiri" ucap Wildan

"Lo pernah gak sih patah hati?" Ricis menatap mata Wildan sendu

"Pasti prnah dong Cis, namanya kehidupan kan gak selalu tentang kebahagian" ucap Wildan

"Tadi mantan gue, ehh bukan mantan sih. Apa yah di sebutnya? Yah pokonya dulu gue prnah punya komitmen dengan seseorang tpi dia menghilang tanpa kabar. Setelah setahun dia pergi, tadi dia nemuin gue"

"Dia ngajak balikan" tanya Wildan

"Apaan sih Dan? Ngga. Dia bilang, dia udah nikah. Tadi sih dia bilangnya dia ngehamilin anak orang, hati gue bener-bener sakit banget denger dia ngomong gitu. Kok dia tega gitu sama gue, padahal dia udah janji untuk terus setia sama gue"

"Lo yg sabar, mungkin ini udah takdirnya. Lo gak boleh terus-terusan terpuruk kaya gini. Hidup lo bukan cuma tentang dia, masih banyak orang yg harus lo bahagiain"

"Omongan lo udah kaya Ella aja deh Dan"

Wildan pun tersenyum

"Lo pernah gak kaya gue?" ucap Ricis

"Apa? Nunggu orang nyampe setahun trus pas orang yg di tunggu dateng dia malah ngomong kalo dia udah nikah?" tanya Wildan

"Ihh bukan, mksudnya tuh di tinggalin seseorang yg sangat lo cintai. Lo prnah gak sih di posisi itu?"

Wildan pun hanya tersenyum, lalu dia mengambil dompetnya dan mengambil sebuah foto dari sana dan memperlihatkannya pada Ricis. Ricis menatap Wildan, ia tidak mengerti apa yg di maksud Wildan

"Namanya Bunga, dia meninggal 5 bulan yg lalu. Tepat di hari pernikahan kami, dia meninggal saat gue hendak menjabat tangan penghulu. Gue belum sempat jadi suaminya, dia keburu pergi ninggalin gue" setetes air mata berhasil lolos di pelupuk mata Wildan, Ricis yg melihatnya merasa bersalah karena sudah menyakan tentang hal ini

"Dan, maafin gue. Gue gak tau kalo ..." ucapan Ricis terpotong

"Gak papa kok Cis, gak usah panik gitu. Ini sudah jalannya, gue sudah ikhlas kok ngelepas dia. Gue selalu berdoa semoga dia di tempatkan di tempat yg terbaik di atas sana" ucap Wildan menatap ke arah langit.

SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang