Part 14

1.6K 64 10
                                    

Hari-hari berikutnya, Ricis selalu beraharap bahwa semuanya akan selalu baik-baik saja. Hanya ada kebahagian, tawa. Jangan pernah ada lagi yg namanya kehancuran dalam sebuah hubungan. Ricis ingin selalu bersama Wildan.

Tiba-tiba Ricis teringat apa yg prnah di katakan Cindy tentang Ogund. Ricis berpikir tidak ada salahnya kan kalo Ricis mempertemukan Ogund dan Wildan? Ricis jadi merasa kasian sama Ogund, kejadian ini bener-bener membuat ia depresi berat.

Ricis memutuskan untuk mengajak Wildan menemui Ogund, semoga tidak terjadi apa-apa harapnya.

Sampai di rumah Ogund, Ricis dan Wildan langsung di sambut oleh oleh Meira. Istri Ogund.

"Hai, Wildan. Apa kabar? Maaf kemarin aku gak ngejenguk kamu pas di rumah sakit" ucap Meira

Wildan tampak kebingungan, ia merasa tidak mengenal perempuan yg ada di hadapannya.

"Mmm, maaf sebelumnya. Kamu pasti Meira yah? Wildan ingatannya agak sedikit keganggu. Jadi maaf kalo sepertimya Wildan gak ngenalin kamu" ucap Ricis

"Ohh ya ampun, maaf yah Wildan. Saya Meira, istrinya Ogund"

"Cis, kamu ngapain sih bawa aku kesini?" tanya Wildan. Karena Ricis tidak memberitahu Wildan bahwa mereka akan menemui Ogund

"Mau nemuin sahabat kamu, Ogund. Ogund ini sahabat kamu dari kecil" terang Ricis

Wildan hanya menggangguk

"Yaudah ayo silahkan masuk"

Mereka semua sudah berkumpul di ruang tamu, Meira mulai menceritakan kondisi suaminya. Dengan air mata yg terus menetes di pipinya, kala ia mengingat bagaimana Ogund berkali-kali ingin mengakhiri hidupnya.

"Sekarang Ogundnya dmna?" tanya Ricis

"Dia berada di kamar"

"Boleh kami melihatnya?" tanya Ricis lagi

"Iya, boleh"

Setelah mendapat izin dari Meira, Ricis dan Wildan pun menghampiri Ogund yg sedang berada di kamar. Kamar itu terlihat gelap, Ricis melihat Ogund sedang menatap ke luar jendela. Tatapannya terlihat kosong, rambutnya sedikit berantakan. Badannya sangat kurus.

Perlahan ia coba menghampiri Ogund

"Gund" ucap Ricis

Ogund menoleh, betapa terkejutnya Ricis saat melihat lagi wajah Ogund. Banyak bekas luka di wajahnya

"Astagfirullah, Gund"

Ogund kembali menatap ke luar jendela, tak ada senyuman di wajahnya. Sedangkan Wildan yg memperhatikan itu hanya terdiam. Ricis menoleh ke arah Meira, Meira hanya tertunduk. Ia tak tega melihat kondisi suaminya. Ricis pun menghampiri Wildan dan Meira yg sedang berada di dekat pintu kamar tersebut.

"Dan, kamu bisa tunggu dulu di ruang tamu gak? Ada yg harus aku omongin ke Meira dan Ogund" ucap Ricis. Karena Ricis masih mengingat pesan dari ibunya Wildan. Bahwa Wildan tidak boleh tau kejadian yg sebenarnya tentang kecelakaan tersebut. Setelah Wildan pergi, Ricis pun menghampiri kembali Ogund yg masih di tempatnya.

"Gund ..."

"Ngapain kamu kesini? Bukannya kamu sudah tidak mau ketemu aku lagi?" nada suara Ogund tampak dingin

"Maaf kalo kedatangan aku mengganggu kamu. Gund, kalo kamu ada masalah jangan seperti ini. Kasian istri kamu, dia menderita melihat kondisi suaminya seperti ini. Maaf juga atas ucapan aku waktu itu. Aku ngomong gitu karena memang aku lagi emosi aja, aku takut Wildan kenapa-kenapa"

Air mata mengalir di pipi Ogund saat mendengar nama Wildan

"Wildan baik-baik aja sekarang, kamu bisa nemui dia. Tpi kamu harus janji sama aku, jangan pernah bilang kejadian yg sebenarnya"

Ogund masih terdiam, ia masih menangis

"Setelah kejadian itu, Wildan mengalami amnesia. Kata papah sih yg kebetulan dokternya Wildan, amnesia nya permanen. Gund, temuin dia setidaknya itu bisa membuat kamu lebih tenang. Karena sudah melihatnya sembuh"

Ogund masih saja terdiam

"Gund. Mau sampai kapan kaya gini? Sekarang kamu liat istri kamu, dia sedih melihat kondisi suaminya kaya gini"

Ogund memandangi wajah Ricis, Ricis melihat tatapan itu seperti banyak sekali menanggung beban. Tatapannya sangat mengisyaratkan bahwa ia sedang tidak baik-baik saja

"Temuin dia, agar kamu lebih tenang. Atau ngga aku yg bawain dia kesini yah" ucap Ricis

"Aku belum siap, jika nanti aku sudah. Aku akan berkunjung ke rumahnya Wildan. Terimakasih sudah membawa dia kesini. Sekarang kalian bisa pergi dari ruangan ini" ucap Ogund

"Gund. Aku mohon"

"Pergi!!"

Ricis dan Meira pun meninggalkan Ogund yg masih di kamarnya. Lalu Ricis dan Wildan langsung pamit pulang

Sepulang dari rumah Ogund, Ricis membawa Wildan ke dermaga yg biasa ia kunjungi.

"Dulu kita sering disini" Ricis tersenyum ke arah Wildan

"Dan aku merasa nyaman disini" Wildan pun tersenyum

"Kalo ke aku ngerasa nyaman gak?" tanya Ricis pada Wildan

Seketika Wildan diam, lalu tersenyum

"Sudah pasti" jawabnya

"Makasih yah Wildan. Udah buat aku bahagia"

"Tpi aku prnah membuatmu menangis" Wildan

"Dalam sebuah hubungan, tidak mungkin kalo bahagia terus. Aku gak papa meskipun kemarin aku menangis. Tpi kan sekarang dan seterusnya kamu harus selalu buat aku bahagia" Ricis

"Aku akan selalu berusaha untuk itu" Wildan

Ricis pun tersenyum ke arah Wildan

"Ohh iya Cis, aku mau nanya. Kata kamu Ogund dulu sahabat aku kan. Emg dulu kondisinya seperti itu?" hanya Wildan. Sontak membuat Ricis kebingungan untuk menjelaskannya

Bersambung, apakah Ricis akan menjelaskannya semuanya agar tidak ada kebohongan lagi? Di tunggu di next part yah temen-temen. Terimakasih

Ngga akan prnah bosen untuk mengingatkan. Jangan lupa baca juga cerita kedua aku yah temen-temen

 Jangan lupa baca juga cerita kedua aku yah temen-temen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang