Part 17

1.8K 84 18
                                    

Hayy gess, maaf2 ini baru update 😍

***

"Yg sabar Cis, ikhlas. Harus kuat. Tpi apa kamu gak ada niatan untuk mendengar penjelasan dia?"

"Apa yg aku liat di ruangan itu sudah cukup jelas buat aku El. Dia pengkhianat"

Lalu Ella terdiam, tak ada kata lagi yg harus ia ucapkan pada Ricis. Ricis semakin memeluk erat iparnya itu.

Toktoktok

Tiba-tiba pintu utama terdengar ada yg mengetuk, pertanda ada tamu yg datang.

"Aku buka pintu dulu yah Cis" Ella lalu beranjak dari tempat duduknya

Setelah pintu terbuka, Ella melihat tamu yg datang adalah Wildan

"Ngapain lo kesini? Belum puas lo nyakitin dia. Otak lo dimana sih Dan? Cewek sebaik Ricis lo sakitin"

"El, gue mau ketemu Ricis?" ucapan Wildan terdengar seperti menahan tangis

"Buat apa? Mau nyakitin dia lagi? Udah cukup Dan, kasihan dia. Lebih baik sekarang lo pergi. Temuin cewek itu. Jauhin Ricis. Jangan prnah lagi hadir di hidup dia"

"Siapa mbak, knapa gak di suruh masuk" tiba-tiba Ricis datang. Setelah bertanya pada Ella. Ricis langsung menoleh ke arah Wildan. Tatapan mereka bertemu

"Kalo dia tamunya mending langsung di suruh pergi aja mbak" ucap Ricis hendak berlalu pergi. Namun Wildan langsung meraih tangannya

"Cis, dengerin aku dulu" Suara Wildan terdengar lirih

Tak ada jawaban dari Ricis, ia hanya terdiam dan sesekali menyeka air mata yg mengalir di pipinya. Ella yg mengerti situasi beranjak pergi dari tempatnya.

Ricis tetap terdiam, Ricis merasakan jemari Wildan begitu erat menggenggam pergelangan tangannya. Wildan memandangi wajah Ricis. Gadis itu tak henti-hentinya menangis

"Maaf, aku gak mksud nyakitin kamu"

Ricis tetap terdiam. Air matanya terus saja mengalir

"Tadi aku coba nenangin dia, dia gak tau kalo Bunga udah meninggal. Dia bener-bener terpukul. Maaf Cis" setetes air mata berhasil lolos dari pelupuk mata Wildan

Ricis menatap mata Wildan

"Dan, aku masih bisa terima kamu gak inget aku. Aku masih bisa terima dengan kenyataan saat kamu bangun dari koma kamu, kamu mutusin aku secara sepihak setelah apa yg aku lakukan. Aku bela-belain cuti kuliah, aku bela-belain ngorbanin hidup aku buat kamu. Nungguin kamu di rumah sakit, dan setelah kamu bangun malah kenyataan pahit yg aku terima. Aku masih bisa tahan Dan, aku masih bisa maafin kamu. Tpi kali ini, ada perempuan lain yg datang di hidup dan kamu memeluknya tadi. Aku gak bisa terima. Apa lagi dia kembaran Bunga. Aku pasti kalah kalo harus bersaing sama dia"

"Ini bukan tentang persaingan Cis, aku mencintai kamu. Aku gak peduli meskipun Caru kembaran Bunga. Aku tetap mencintai kamu"

"Kamu gak prnah mencintai aku Dan, cinta kamu hanya untuk Bunga. Kamu berkata bahwa kamu mencintai aku karena telah kehilangan Bunga. Sekarang ada Caru. Aku hanya perlu bersiap kehilangan kamu"

"Beri aku kesempatan Cis. Maaf"

Ricis perlahan melepaskan genggaman Wildan, ia menghapus air matanya

"Kita sudah usai, aku gak mau lagi. Hari ini untuk pertama kali kamu bertemu dengan Caru. Kamu sudah memeluknya, kalo aku tetap perjuangin kamu aku pasti akan terus-terusan sakit hati. Aku gak mau itu terjadi. Aku lebih baik memilih mundur"

Wildan terdiam, Ricis terlihat menunduk.

"Yaudah, kalo itu mau kamu. Aku gak mau memperjuangkan orang yg gak mau aku perjuangkan. Semoga kamu terus bahagia yah Cis. Maaf, selama kamu kenal aku dan menjadi tunangan aku. Aku selalu nyakitin kamu. Buat kamu nangis, buat kamu sedih. Sekali lagi aku minta maaf"

Ricis yg menunduk langsung menatap mata Wildan. Pernyataan Wildan benar-benar menyayat hatinya. Mulutnya langsung terasa kelu, ia tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun. Air mata kembali menetes di matanya.

"Aku pergi yah, jaga dirimu"

Ricis tetap memandangi Wildan, hatinya langsung hancur berkeping-keping. Tapi bukankah ini yg Ricis inginkan? Tidak memiliki hubungan lagi dengan Wildan. Cincin pertunangannya pun sudah ia kembalikan.

Ricis menghela nafas berat, berharap ini cuma mimpi. Tpi sayangnya ini adalah kenyataan. Dan ia harus menerimanya

"Yasudah, sekarang kamu boleh pergi. Hati-hati"

Wildan mengangguk, dan langsung berpamitan pulang pada Ricis

Setelah kepergian Wildan, Ricis menangis sejadi-jadinya. Dadanya terasa sesak, hatinya bener-bener hancur saat ini. Ini jauh lebih sakit dari pada patah hati pertamanya dengan Ogund

Dan brukkk, pandangan Ricis langsung menghitam

Gmna nih part ini? Sekali lagi mohon maaf baru update. Semoga tetap suka yah

SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang