36 - Saksi Hujan

9K 424 23
                                    

" Padahal gue selalu minta sama Tuhan, agar diberi kisah cinta seperti novel fiksi pada umumnya, memiliki alur indah yang berujung manis bahkan happy ending. Tapi gue? Jauh dari kata itu semua bukan?"

*

*

*

Happy Reading:))
...

Guyuran hujan seakan tak ada henti-hentinya membasahi tubuh mungil milik Tata, hawa dinginnya terus menyeruak hingga menembus pori-pori kulit milik Tata hingga timbul rasa dingin yang amat sangat. Tapi, Tata seolah tidak peduli, ia terus saja berjalan tanpa memperdulikan keadaannya.

Kali ini, hujan adalah saksi bisu ketika Tata menangis tanpa suara dibawahnya, bahkan air matanya tak terlihat sebab guyuran hujan ini. Sangat berguna, tapi tetap saja. Rasanya sakit bukan ketika orang yang kalian cintai malah membencimu bahkan membela orang lain, menginjak-injak mu tanpa alasan yang sama sekali kamu tak tau.

"Jahat." batinnya.

"Kenapa kisah gue harus kaya gini Tuhan?" dirinya kembali membatin sambil terus berjalan menelusuri jalanan yang cukup sepi.

"Padahal gue selalu minta sama Tuhan, agar diberi kisah cinta seperti novel fiksi pada umumnya, memiliki alur indah yang berujung manis bahkan happy ending. Tapi gue? Jauh dari kata itu semua bukan?"

Lihatlah dirinya sekarang, sangat menyedihkan. Menelusuri jalan seorang diri sambil kedinginan, bahkan tanpa sadar..

Tinnn....tinn.....

Tata terlonjak kaget, kedua kalinya ia merasakan hal yang membuat dirinya celaka. Sorot lampu dari mobil sport tersebut menyilaukan pandangan Tata. Namun yang ia lihat seorang itu langsung turun dan berdiri disebelahnya.

Seorang itu menarik Tata kearah pinggir jalanan. "Tata, lo ngapain?" tanya seorang itu.

Tata mengusap wajahnya yang terus dialiri oleh air, dengan menggelengkan kepalanya adalah jawaban yang jelas bagi seorang tersebut.

"Bahaya malem-malem gini jalan sendirian. Gue anterin ya," tawarnya. Jawaban Tata adalah gelengan.

"Ayo gue anter, kasian kaki lo. Nanti cape," bujuknya kembali.

"Gak usah." suara Tata terdengar membuat sang lawan bicara menyunggingkan senyum tipis. "Gue ada mobil juga, tapi dirumah Kevin."

Putra, masih ingat kah?

Putra tau permasalahannya, saangat tau.

Dengan sigap Putra menyentuh pundak Tata lalu mengelusnya lembut.

"Kali ini aja, gue gak akan tega biarin lo jalan sendirian gini."

"Gak us-"

"Plisss, yah yah. Gue gak mau kalo lo sampe sakit." potong Putra membenarkan letak rambut Tata.

Tata mengangguk, "Oke, gue mau. Puas?"

Putra mengembangkan senyumnya, kali ini lebih lebar. Antusias langsung menarik tangan Tata dengan lembut menuju mobilnya.

"Awas kepala lo."

Putra mengitari mobil dan langsung mengambil alih mengemudi, mengantarkan Tata pulang ke rumahnya.

"Gue ada jaket, lo pake dulu. Biar gak dingin," ucapnya seraya mengambil benda di jok belakang mobil dan memberikannya kepada Tata.

"Makas-Hachimmmm..."

Al-Vin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang