"Aku malas kuliah. Ajak aku ke suatu tempat, Tuan Jeon."
"Ba—"
Yeri menggeleng cepat. "Tidak jadi. Kau masih sakit, dan eomma masih berada disini. Tidak enak jika kita meninggalkan mereka untuk pergi keluar,"
Tangan kanan Jungkook terangkat untuk mengelus surai panjang Yeri. "Aku tidak akan menolak keinginan wanitaku,"
"Hmm, baiklah. Kita sekalian makan malam ok? Aku memiliki tempat yang bagus untuk kita berdua." Yeri mengaitkan jari jemarinya ke celah jari-jari Jungkook. Menatap tautan tangan mereka dan tersenyum kecil.
Ia sudah lama tidak sebahagia ini ketika bersama Jungkook. Mungkin mulai dari sekarang, Yeri akan mencoba untuk menerima Jungkook kembali. Seberapa keras oranglain mencoba merusak hubungan mereka, yang namanya takdir tidak akan bisa dilawan. Semua pasti sudah ada jalannya, dan inilah takdir mereka. Takdir yang selalu menguak sejarah didalamnya. Sejarah bagaimana mereka bisa saling mengenal. Sejarah bagaimana mereka pertama kali saling menyukai. Dan sejarah mereka mengalami pernikahan sekali dalam seumur hidup. Semua sejarah itu, hanya akan begitu indah jika mereka yang mengingatnya.
"Tapi berjanji satu hal padaku," Yeri menjulurkan kelingking kirinya, "Berjanji untuk mengeluh kepadaku saat kau merasakan pusing, ok? Jangan menahannya, aku tidak ingin kau merasa kesakitan."
Jungkook terkekeh kecil lalu menautkan kelingking kanannya ke kelingking kiri Yeri, "Baiklah nona Jeon. Aku akan menepati janjiku."
.
.
.
.
.
"Kau mengajakku nonton bioskop? Genre horror? Tidak! Aku tidak mau!" tolak Jungkook mentah-mentah ketika Yeri memesan dua tiket bioskop bergenre horror. Namja itu memang tidak suka dengan film yang Yeri mau. Dan itu adalah kelemahan Jungkook yang selama ini ia sembunyikan dari seluruh orang. Sama sekali tidak menyukai hal yang berbau —mistis—
"Ck, ternyata kau penakut juga. Eonni, pesan 2 tiket VIP." Yeri menyodorkan kartu kredit berwarna kekuningan kepada staff penjaga loket. Dengan ramah, staff tersebut mengambil kartu tersebut dan segera melakukan pembayaran.
"Gomawo eonni," Yeri mengambil kedua tiket beserta kartu kreditnya dan menarik Jungkook untuk duduk di salah satu sofa.
"Hei, bicaralah. Apa kau marah karena hal sekecil ini?" Yeri menyenggol lengan Jungkook untuk menggoda namja pemarah itu agar bangkit dari tingkat kemarahannya itu.
"Hanya sekali sajaaa. Besok-besok lagi, aku janji tidak akan menonton bioskop bergenre horror lagi denganmu."
Jungkook menghela nafas beratnya. "Hmm, kupegang ucapanmu."
"Gomawo chagi-ah," Yeri memeluk Jungkook erat tanpa memperhatikan pengunjung sekitar yang sepertinya tertarik dengan kebisingan mereka.
"Wait. Kau memanggilku apa? Bisa kau ulangi lagi?"
"Cih enak saja. Ayo masuk, pintu bioskopnya sudah terbuka."
Yeri berdiri lalu kembali menggenggam tangan Jungkook dan berjalan beriringan ke ruangan bioskop.
Tatapan Yeri tidak berhenti mencari angka kursi yang sama dengan angka yang ada di tiketnya. Langkahnya terhenti dan memasuki deretan kursi paling atas lalu duduk di tengah-tengah mereka.
"Baiklah, kita tunggu pengunjung lain datang sampai filmnya benar-benar di— Ahhh, aku hampir lupa. Tunggu aku disini, aku akan membeli sesuatu." Yeri kembali mengambil tasnya dan berlari keluar ruang bioskop.
Langkahnya membawanya ke tempat penjualan Pop Corn. Ia langsung memesan Pop Corn jumbo dan dua gelas sprite. Itu yang biasanya dibeli saat ingin menonton bioskop bukan?
"Ck, lama sekali dia. Lampu sudah hampir mati dan dia belum kembali. Apa dia sengaja mempermainkanku?" kesal Jungkook dengan tatapan tajam yang mengarah ke pintu masuk ruang bioskop.
"Hei namja tampan, kau menunggu siapa? Biarkan aku menemanimu disini," Jungkook menoleh mendapati yeoja berparas cantik tengah menggunakan seragam sekolahnya.
Jalang di zaman sekarang bermacam-macam. Ck, SMA saja sudah jadi jalang. Kuliah nanti pasti akan melahirkan 10 anak sekaligus. Lagipula anak club ngapain kesasar di bioskop sih?-jjk
"Tuan, apa aku bisa menemanimu? Aku akan membuatmu puas!" yeoja tak dikenal itu duduk di kursi yang seharusnya diduduki oleh Yeri.
Jungkook semakin geram karena Yeri tak kunjung datang, sedangkan filmpun akan segera diputar. Ia membutuhkan Yeri sekarang. Ia tidak akan berani menonton film mengerikan ini tanpa gadis pujaannya. Manja sekali.
"Hei bocil, kau sudah puas memegang suamiku?"
Jungkook menoleh ketika suara yang sangat familiar terdengar di telanganya, "Yeri? Kau datang?"
"Apa aku begitu tega meninggalkanmu untuk menonton film horror ini?"
Jungkook tersenyum kecil dan tatapannya beralih ke jalang SMA yang tengah memeluk lengannya.
"Bisakah kau pergi? Istriku sudah datang,"
"Cih! Baru saja aku ingin memuaskanmu!"
"Bisa kau ulangi perkataanmu? Apa kau tidak bisa melihatku disini? Tanpamu, aku bisa memuaskan suamiku dengan tubuh yang kupunya. Jika dibandingkan denganmu, suamiku jelas-jelas akan memilihku." ucapan Yeri cukup membuat gadis SMA itu kesal dan memilih pergi dari hadapan pasangan suami istri tersebut.
"Nyonya Jeon, apa yang kau bilang barusan? Apa kau benar-benar akan memuaskanku sekarang? Kalau begitu ayo kita lakukan, aku tidak sabar— Arghhh." Jungkook menutup kedua matanya ketika mendapatkan jumpscare dari film yang mereka tonton sekarang.
Melihat respond Jungkook yang terlihat kekanak-kanakan, Yeri tertawa puas. "Sepertinya kau benar-benar membutuhkanku untuk menemanimu menonton film ini."
.
.
.
.
.
Peluh membasahi dahi Jungkook sejak tadi. Bahkan saat mereka keluar dari ruang bioskop, Jungkook seperti mayat hidup. Wajahnya pucat pasi dan tidak mengatakan sepatah kata apapun.
"Jungkook, apa kau ingin ke toilet? Aku akan menunggumu di luar. Kau basuh dulu wajahmu, ekspresimu menakutiku." Yeri mengelus surai hitam Jungkook yang masih terdiam sejak tadi.
"Tidak. Ayo kita makan malam,"
Yeri mengangguk dan mengajak Jungkook ke salah satu restaurant terkenal di New York. Ini adalah malam terkakhir Jungkook di New York karena besok ia sudah terbang ke London untuk menyelesaikan beberapa masalah perusahaan. Yeri ingin menghabiskan malam ini bersama. Tanpa gangguan siapapun.
"Tadaaaaa, apa kau menyukai pemandangannya?" Yeri melirik Jungkook yang sama sekali tidak memberi respond apapun. Gadis itu menghela nafas panjang dan menundukkan kepalanya, "Mianhae aku tidak bisa menjadi seperti apa yang kau inginkan. Hanya saja, aku ingin menghabiskan malam ini bersamamu sebelum kau benar-benar pergi ke London. Kalau kau tidak suka dengan Restaurant ini, kita bisa pulang saja."
Grebb.
Mata Yeri membulat saat pelukan Jungkook semakin mengerat di tubuhnya.
"Aku menyukai ini. Aku akan selalu menyukai semua yang berhubungan denganmu. Terimakasih karena kau sudah menyiapkan ini sebelumnya. Ayo makan,"
"Ba-baiklah."
Bisakah ini disebut kencan pertamaku dengannya?-jjk
Tidak buruk jika malam ini adalah kencan pertama kita-kyr
tbc
up gais. jan lupa vommentnya:3
sry 4 typo ya.
anti edit ehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Did You Choose Me? •Jungri√ [s.2]
Fanfiction[Completed] Apa aku bisa memutar waktu? Aku ingin kembali ke masa-masa dulu. Menghapus perasaanku yang mulai timbul karena perhatian-perhatianmu. Kumohon, tinggalkan aku. Biarkan aku hidup tenang dengan orang lain. Tinggalkan aku Jeon Jungkook. Kumo...