"Lain kali hati-hati chagi-ah. Masalah sepele seperti ini saja kau begitu ceroboh, kalau nanti kita udah punya anak, jangan cer—"
"Sudah selesai bicara? Aku harus ngampus," Yeri melepaskan diri dari dekapan Jungkook dan berlari ke mobilnya.
"Aku akan mengantarmu,"
Yeri menoleh ke belakang, mengukir senyumannya dan mengangguk mantap. "Baiklah,"
Pagi itu, suasana di dalam mobil terasa ramai. Ada gelak tawa Yeri yang begitu nyaring, dan ada beberapa lawakan kecil dari seorang Jeon Jungkook untuk menyenangkan gadisnya.
"Sampai kapan kau akan berpura-pura menjadi seniorku?" tanya Yeri.
"Sampai kau lulus mungkin?" Jungkook menoleh ke arah Yeri sekilas, lalu mulai melanjutkan pandangannya ke arah jalan.
"Yang benar saja! Kuliahku sangat lama Jeon Jungkook, kau tidak bisa berpura-pura menjadi senior kedokteran jika kelebihanmu di bidang bisnis. Itu akan melelahkan otakmu," Yeri mengelus surai hitam Jungkook dan membelai pipinya dari samping.
"Tidak masalah, aku hanya ingin menghabiskan masa mudaku bersamaku. Lagipula sebentar lagi kita akan punya anak, dan setelah kau melahirkan, aku tidak bisa se-berdua ini denganmu." Jungkook menghela nafas panjangnya. Membayangkan jika mereka tua nanti, apakah masih bisa bermesraan seperti ini?
"Kenapa fikiranmu terus saja ke masalah anak? Apa tidak ada hal yang bisa kau fikirkan selain itu?"
Jungkook mengangguk, melontarkan seringainya ke arah Yeri. "Tentu saja ada. Ada hal yang selalu kufikirkan selain anak,"
Yeri mengernyit, "Apa itu?"
"Kamu,"
Plak.
Tamparan pelan mendarat ke pipi kanan Jungkook. Tidak mengundang ringisan, melainkan gelak tawa yang semakin nyaring memenuhi mobil lamborghini tersebut.
"Gembel dasar,"
Jungkook memberhentikan mobilnya di parkiran kampus, lalu segera menggandeng Yeri sampai tiba di kelasnya.
Melakujan rutinitas orang pacaran seperti biasa. Mengantarkan sang gadis ke kelas, mengucapkan kalimat sampai jumpa, dan berbicara hal yang romantis lainnya. Itu sudah sangat— umum.
Tapi berbeda dengan pasangan kali ini. Seharusnya Jungkook membawa Yeri ke kelas gadis itu. Bukan ke kelasnya. Sebodoh inikah seorang Jeon Jungkook?
"Yaudah aku masuk dulu, kamu ke kelas. Nanti pas istirahat aku akan ke kelasmu. Annyeong," Jungkook mencium pipi Yeri sekilas dan meninggalkan Yeri seorang diri di depan kelasnya.
Baiklah, sepertinya peran kami tertukar-kyr
.
.
.
.
.
Jungkook mengetuk pintu kelas Yeri, menanyakan keberadaan Yeri dan akhirnya ia tahu, bahwa gadisnya sedang diajak ketemuan dengan seorang namja. Dan parahnya, namja itu adalah mantan sang gadis. Kenapa mereka harus seintim itu? Sampai tertawa bersama seperti itu? Jungkook tidak suka melihat senyuman Yeri diberikan untuk orang lain selain dirinya!
"Apa bicaramu sudah selesai, Jeon Yerim?" Jungkook mendekat, berdiri di antara mareka dan menatap Yeri tajam. Tatapan yang jelas-jelas membutuhkan penjelasan atas kejadian yang sedang ia amati ini.
"Eh, apa kau mantan Eunha? Saat kencan pertama kami, kami bertemu dengan kalian di mall kan? Tak kusangka hubunganmu dengan Yerimmie bisa selanggeng ini, semoga bahagia!" Sehun menyunggingkan senyumannya. Tapi Jungkook tidak. Namja itu memilih mengabaikan ucapan Sehun dan menarik Yeri ke kantin.
"Hei, ada apa denganmu? Dan kenapa kau bisa muncul secara tiba-tiba? Apa ada suatu hal yang salah?" Yeri menyamakan langkahnya dengan langkah Jungkook. Berharap agar pemuda jakung dihadapannya itu melepaskan cengkraman dari lengan polosnya.
"Kenapa kau menemui mantanmu itu?"
Yeri berhenti, Jungkook pun ikut berhenti. Ia membalikkan badannya dan menuntut Yeri agar menjelaskan sedetail-detailnya mengenai kejadian barusan.
"Aku hanya menemuinya, apa itu salah? Bukankah hanya mantan? Tidak usah dilebih-lebihkan." Yeri mengaitkan jari jemarinya ke celah-celah jari Jungkook. Membawanya ke rooftop untuk menghabiskan waktu istirahat bersama.
"Jangan bilang kalau kau cemburu?"
"Tidak ada!"
"Ah masaa??"
"Iya benar!"
"Cih, kalau kau benar-benar tidak cemburu, aku akan kembali berbincang dengan Sehun. Dan kau? Kau tidak boleh melarangku! Ingat itu," Yeri menyandarkan kepalanya di bahu Jungkook. Menutup matanya dan menghirup udara dalam-dalam.
Waktu tidak akan terbuang sia-sia jika kita melewatinya dengan seseorang yang kita cintai-kyr
Yeri tersenyum sendiri saat hatinya berbicara kalimat penuh makna itu. Yeri setuju, bahkan sangat setuju. Karena selama ini, kehidupannya tidak terasa sia-sia karena ada Jungkook yang selalu menemaninya. Ada masa dimana mereka sempat berpisah, tapi takdir selalu mempertemukan mereka. Apa yang harus kita lakukan ketika takdir berkata lain? Bukankah kita harus menerima takdir itu dan tetap melanjutkan hidup?
"Chagi-ah, kenapa namja brengsek itu memanggilmu dengan sebutan 'Yerimmie'? Apa dia masih mencintaimu?" Jungkook menatap Yeri dari samping, memperhatikan mimik wajah Yeri yang tidak terkejut sama sekali.
"Sudah biasa, dia selalu memanggilku dengan panggilan itu. Katanya itu nama kesayangan yang ia buat untukku. Yah apa boleh buat? Aku hanya bisa pasrah jika dipanggil dengan panggilan itu," balas Yeri sekenanya.
"Cih, aku kesal padamu. Kenapa kau mau dipanggil dengan sebutan seperti itu? Kau gadisku, Kim Yerim. Bukan gadisnya, seharusnya kau menolak saat dipanggil dengan sebutan itu. Aku tidak terima dengan ketidak adilan ini!"
Gelak tawa Yeri kembali terdengar di telinga Jungkook. Jujur saja, sebagai pria normal ia selalu ingin menerkam gadisnya itu. Tapi apa boleh buat? Sang gadis tidak ingin melakukannya terburu-buru. Ia akan menunggu gadisnya memberikan tubuhnya sepenuhnya kepada dirinya. Tanpa paksaan tentunya.
"Bukan begitu maksudku, aku hanya sudah terbiasa dengan panggilan tersebut. Jadi aku tidak bisa menolaknya," Yeri mengedikkan bahunya. Berdiri dan melihat pemandangan New York dari atas sana.
Jungkook ikut berdiri dan memeluk Yeri dari belakang, "Lainkali kau tidak boleh tersenyum untuk lelaki lain. Hanya aku yang bisa melihat senyummu itu. Senyummu sangat mahal bagiku!"
Yeri terkekeh dan menggenggam tangan Jungkook, "Baiklah baik. Aku tidak akan tersenyum kepada lelaki lain sebelum meminta ijin padamu,"
"Bahkan jika kau meminta ijin padaku, aku juga tidak akan memberikan ijin padamu. Aku sangat bodoh jika membiarkan hakku dilihat oleh orang lain," Jungkook menyenderkan dagunya di bahu Yeri. Bibirnya menciumi ceruk leher Yeri dari samping.
Menggelikan.
"Kau sangat egois, aku hanya tersenyum kepada orang lain dan kau marah semudah itu? Kapan kau jadi se-posesif ini?" Yeri menoleh, membuat ciuman seringai Jungkook mengenai bibir Yeri.
"Kau mau tau jawabannya?"
Yeri mengangguk ringan.
"Karena aku takut kehilanganmu untuk kedua kalinya,"
tbc
yoyo ges
eh yoyo kan maenan yekan
.gdah ap ni, vommentnya jan lupa girls<3
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Did You Choose Me? •Jungri√ [s.2]
Fanfiction[Completed] Apa aku bisa memutar waktu? Aku ingin kembali ke masa-masa dulu. Menghapus perasaanku yang mulai timbul karena perhatian-perhatianmu. Kumohon, tinggalkan aku. Biarkan aku hidup tenang dengan orang lain. Tinggalkan aku Jeon Jungkook. Kumo...