√Fifteen•

917 66 4
                                    

"Heeeiii, sakitt! Tidak bisakah kau pelan-pelan!"

"Kulitmu harum. Aku menyukainya,"

"Namja gilaaa!! Akan kuadaukan kau pada eomma!!"

"Aku tidak takut,"

"Jeon Jungkook!! Jangan menindihku seperti ini!! Kau ini namja yang berat,"

"Aku tidak peduli,"

"Baiklah kalau kau tidak peduli, aku tidak akan memberikan hakmu!"

"Ashhh, baiklah-baik. Kau menang sekarang. Lagipula aku juga tidak bisa melanjutkan permainan ini, entah kenapa tubuhku terasa sangat lemas."

"Karma,"

Jungkook merengkuh pinggang Yeri dan membawanya ke pelukannya. Gadis itu hanya diam saja kemudian meraba leher jenjangnya yang daritadi digigit oleh Jungkook.

Sakit sekalii. Jungkook memang tidak bisa lepas dari perilaku kasarnya-kyr

"Sudah cepat tidur, aku akan menemanimu." Yeri mengelus surai panjang Jungkook yang tengah menatapnya gusar.

Yeri mengerutkan dahinya, "Kenapa kau menatapku dengan tatapan seperti itu?"

"Aku mau tidur. Tapi sentuhanmu membuatku tidak bisa tidur. Jangan menggodaku saat aku sedang sakit, Kim Yerim!" saking gemasnya, Yeri langsung memeluk erat Jungkook dan mencium kening Jungkook yang masih terasa panas di bibir Yeri.

"Sudah. Cepatlah tidur. Aku akan membereskan apartement sebelum eomma kita kemari," Jungkook mengangguk mantap dan mencari posisi yang nyaman untuknya berlabuh ke dunia mimpi.

Hari semakin petang ketika dua sejoli itu masih asik berpelukan tanpa mengenal waktu. Jungkook mengerjapkan matanya ketika bayangan seseorang mengusik matanya yang tertutup.

"Eom-"

"Sttt, Yerimu sedang tidur. Ayo kita berbincang diluar," Jungkook mengangguk faham, kemudian melepaskan pelukannya pada pinggang ramping Yeri. Ia menaikkan selimut sampai ke dada gadis pujaannya itu.

"Maaf eomma, aku dan Yeri belum sempat membereskan apartement. Tadi ia bilang mau membereskan apartement, tapi sepertinya dia kelelahan dan terlelap begitu saja." Jungkook duduk di antara kedua eommanya. Masih berpakaian tadi pagi. Kaos putih polos yang mencetak jelas absnya.

"Tidak apa-apa. Melihat kalian akur saja sudah membuat kami senang," balas Ny.Jeon kemudian disusul oleh anggukan antusias Ny.Kim

"Bagaimana keadaanmu? Apa Yeri merawatmu dengan baik?" mendengar pertanyaan Ny.Kim, Jungkook langsung mengangguk cepat. Melihat reaksi Jungkook yang sangat berlebihan, kedua wanita paruh baya itu tak kuasa menahan tawa. Hingga tawa mereka lah yang membuat Yeri terbangun.

"Jungkook! Kau dimana?!"

"He-hei! Jangan bermain petak umpet denganku! Kau sedang sakitttt!!"

"Jeon Jung-"

Pintu kamar terbuka begitu saja, menampakkan wajah panik seorang Kim Yerim dengan rambut acak-acakan. Gadis itu terbeku melihat siapa yang sedang di lantai bawah. Itu eomma dan mertuanya. Dan bodohnya, dia belum membereskan apartement!

"Eom-eomma? Kalian sudah sampai? Aku bahkan belum sempat bersih-bersihhh," erang Yeri lalu menuruni anak tangga dengan cepat. Ia segera memeluk kedua eommanya erat. Mungkin perasaan rindu yang akan mendominasi suasana sekarang.

Ny.Kim terkekeh, "Tidak apa-apa. Ngomong-ngomong bagaimana kuliahmmu? Apa universitas disini bagus? Kalau kau tidak karasan tinggal disini, kau bisa pulang dengan Jungkook kapanpun, ok?"

Yeri menggangguk cepat, "Tentu saja eomma. Aku tidak akan lupa dengan tanah airku sendiri,"

"Baiklah kalau begitu,"

"Jungkook, sepertinya perusahaan di London sedang mengalami sedikit masalah. Appa dan appa Yeri sedang mengadakan rapat dengan klien di Jepang. Setelah kau sembuh nanti, bisakah kau ke London sebentar?"

Jungkook mengerutkan dahinya. Bagaimana informasi sepenting ini pun ia tidak tahu? Apa asisten perusahaan Londonnya tidak memberinya kabar apapun? Tidak mungkin.

"Tapi kenapa Jisung sama sekali tidak memberiku informasi apapun?" tanya Jungkook. Ia harus menerima penjelasan sekarang.

"Ia sudah berulang kali menelefonmu, tapi kau tak kunjung mengangkat panggilan tersebut. Jadinya, ia menghubungiku untuk menyampaikan kepadamu secara langsung." Jungkook mengangguk faham. Ia baru sadar kalau ia sudah tidak memegang ponsel dari kemarin malam. Alasan yang masuk akal.

"Yerimmie, kau kutinggal ke London sebentar tidak apa-apa kan?"

Yeri menatap Jungkook jengah, "Tentu saja tidak apa-apa. Kau selesaikan masalahmu saja dulu,"

"Baiklah kalau begitu. Besok aku akan berangkat,"

"Hah? Tidak bisa! Kau masih belum pulih sepenuhnya. Mana bisa pergi besok!"

"Aku sudah sehat, ok? Pegang dahiku. Sudah tidak panas lagi, bukan? Lagipula demamku sudah menurun,"

"Tidak bisa tuan Jeon. Kau masih di dalam kondisi perawatan khusus oleh seorang Kim Yerim."

"Jangan-jangan kau tidak bisa berada jauh dariku? Kalau begitu, kau ikut aku ke London saja. Eh benar juga, kenapa aku tidak memikirkan hal ini sama sekali?
Disana kau bisa melayaniku dengan baik. Sangat bagus jika penyemangatku selalu berada di sisiku saat ku sedang bekerja," Jungkook merangkul Yeri dan menunjukkan cengiran bodohnya. Bahkan terlalu bodoh untuk membayangkan ekspresi Jungkook sekarang.

"Tidak bisa. Aku harus berangkat ngampus. Kau tidak bisa semena-mena memutuskan keputusan sepihak itu. Aku sama sekali tidak setuju," Yeri melontarkan tatapan tajamnya, tapi sama sekali tidak digubris oleh Jungkook. Namja itu masih menampilkan cengirannya.

"Berhenti tersenyum bodoh seperti itu. Kau terlihat menjijikkan,"

"Ah yang benar saja? Daripada kau? Rambut acak-acakan. Tai mata dimana-mana. Wajah saja belum dibilas. Kalau dibandingkan dengan wajahku mah beda jauh,"

"Ka-kauuu,"

Ny.Jeon tiba-tiba menyela dan ikut-ikutan menimbrung di bahan obrolan mereka yang konyol, "Sudah-sudah. Kalian ini sudah menikah dan kelakuan kalian seperti anak kecil. Apa kalian tidak lelah untuk bertengkar? Sudah berapa tahun kalian seperti ini dan kapan kalian akan memberikan eomma cucu?"

"Eommaaaa, Yeri masih kecil begini masa udah ditagihin cucu? 5 tahun lagi aja ya? Eh kalo engga ya 7 tahun. Tunggu Yeri lulus pokonya!" sahut Yeri tidak terima. Ia langsung melepaskan rangkulan Jungkook dan sedikit menjauhkan diri dari tempat Jungkook duduk.

"Eomma mau cucu? Bolehhhh!! Nanti malam Jungkook pasti bisa mewujudkan keinginan kalian!! Kalian hanya bertugas untuk membujuk Yeri agar mau membuatnya dengan Jungkook."

Plakk.

Yeri menampar pipi Jungkook kesal, "Kau gila hah! Kau saja sana yang buat! Sama guling ae sekalian," wajah Yeri sudah merah padam. Entah karena malu atau marah. Rasanya campur aduk. Dan tidak bisa diuraikan melalui kata-kata.

"Yeriii, sama suami sendiri tidak boleh berbicara seperti itu. Kau harus menuruti kemauan suamimu. Kalau kau tidak ingin hamil di usiamu yang sekarang, kau bisa menyuruh Jungkook untuk memakai pengaman dulu. Kalau kau sudah siap, baru melakukannya lagi tanpa pengaman." Ny.Kim mencoba membujuk ego Yeri yang masih bertekad untuk menjaga keperawanannya itu. Padahal sudah menikah, tapi Yeri masih saja tidak memberi keperawanannya untuk Jungkook. Eh ralat. -Pernah Menikah- maksudnya.

"Ashhh!! Seseorang tolong selamatkan aku dari topik gila inii!!"






























tbc

selamat hari imlek gaisssss
-bagi yang merayakan- ehe

jan lupa vomment yoh!

Why Did You Choose Me? •Jungri√ [s.2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang