~"Percayalah!
Tidak ada yang lebih melelahkan dari pada
Menunggu dalam sebuah ketidakpastian."~Love in silence
Pagi ini seperti pagi-pagi yang ia lalui, Syeila mengerjabkan matanya menyesuaikan cahaya yang masuk ke retinanya. Tubuhnya terasa sangat berat, matanya mengabur, kepalanya juga terasa pusing.
"Bun ...," panggilnya. Tak membutuhkan waktu lama, bundanya telah berada di ambang pintu kamarnya.
"Iyah, Sayang. Bagaimana keadaanmu?" ucap Reina seraya mengelus puncak kepala anaknya dengan sayang.
"Syeila udah baikan, Bun," balasnya berbohong, sebenarnya tubuhnya terasa remuk. Tetapi ia harus sekolah dan menemui Febian untuk menjelaskan kesalahpahaman di antara mereka.
"Alhamdulilah, sekarang kamu istirahat aja. Bentar lagi Bunda bawain bubur kesukaan kamu," tutur Reina, kemudian beranjak untuk keluar kamar anaknya. Belum sempat ia membuka pintu, ucapan Syeila kembali menghentikan gerakannya.
"Bun, Syeila mau sekolah. Boleh, kan?" Mendengar ucapan Syeila itu sontak membuat Reina berbalik menuju ke ranjang anak kesayangannya itu.
"Kamu itu masih sakit, Nak. Kondisi kamu belum stabil," ucap Reina spontan, ia sungguh meruntuki ucapannya itu.
"Maksud Bunda apa? Syeila cuman pusing, Bun."
"Mm ... enggak, Sayang. Bunda cuman khawatir sama kamu."
"Tapi, Bun. Syeila enggak apa-apa. Syeila janji enggak akan terjadi apa-apa." Reina lagi-lagi menghembuskan nafasnya lelah, anaknya itu sangat keras kepala. Jika sudah begini, ia tak dapat melarang keinginan anak gadis itu dan mau tak mau ia harus mengiyakan permintaan anaknya.
"Ya udah Bunda siapin perlengkapan sekolah kamu dulu. Habis itu kamu turun ke bawah dan sarapan, ya?" Syeila terseyum sumringah mendengar ucapan bundanya.
"Oke siap, Bunda. Syeila mau siap-siap dulu," ucap Syeila dengan menirukan gaya hormat bendera.
****
Syeila menuruni mobil, setelah mengecup tangan kakaknya singkat. Syeila masih ingat dengan nasehat panjang lebar yang dikatakan Yudhis sepanjang perjalanan mereka. Akhh, mengingat hal itu membuat kepala Syeila pusing.
Syeila berjalan menyusuri koridor sekolah yang mulai ramai dengan siswa-siswi yang berlalu lalang untuk menuju ke kelas masing-masing.
Saat dirinya melewati parkiran mobil matanya menyipit melihat objek di depannya, hatinya mencelos ketika ia melihat kejadian saat Febian dengan terang-terangan mencium pipi seorang gadis cantik yang baru saja keluar dari dalam mobil Febian. Banyak bisikan-bisikan yang terdengar sepanjang kejadian itu berlangsung.
'Ya ampun Kak Febian!'
'Wahh, cantik banget pacarnya Kak Febian'
'Lohh, kemarin jalan sama Adik kelas, sekarang ciuman sama murid baru'
'Menang banyak tuh cewek'
Dan masih banyak lagi bisikan-bisikan yang Syeila dengar. Ia mencoba mengalihkan pandangannya agar hatinya tak begitu sakit melihat pemandangan yang berada tepat di sampingnya.
Saat hendak meneruskan langkahnya, mata Syeila sempat beradu tatap dengan Febian tetapi dengan cepat ia segera melengos dan bersikap seolah tak ada yang terjadi.
Sedangkan di lain tempat, Febian memperhatikan gerak gerik Syeila. Sangat terlihat bahwa gadis itu manahan tangisnya, berhubung jarak mereka yang tak begitu jauh.
Ia sangat ingin mengejar Syeila yang semakin jauh meninggalkan koridor, tetapi langkahnya terhenti ketika tangannya ditarik oleh adiknya. Yap, gadis yang Febian cium tadi adalah adiknya. Eliza Arisanjaya, gadis cantik yang baru saja pindah dari Amerika.
"Kakak mau ke mana?" tanyanya ketika melihat sang kakak yang hendak meninggalkannya sendiri. Febian hanya menjawab dengan gelengan pelan. Ia kembali meneruskan langkahnya yaitu menuju ruang kepala sekolah.
Runtuh sudah pertahanannya, ia tak bisa menahan air matanya lagi. Hatinya begitu sesak, niat awalnya ke sekolah untuk menjelaskan kesalahpahaman mereka malah berakhir seperti ini. Kepalanya terasa pusing, penglihatannya mulai mengabur. Ia bertumpu pada tembok kelas agar ia tak jatuh.
Sherin berlari menuju sahabatnya yang terlihat sangat pucat. Niat awalnya untuk menuju ke kantin, ia urungkan setelah melihat Syeila.
"La, lo kenapa bisa kayak gini, sih?" tanya Sherin setelah membantu Syeila duduk di bangku yang ada di sepanjang koridor. Keadaan Syeila begitu mengkhawatirkan, bibirnya begitu pucat dan matanya sembab.
"Aku enggak apa-apa kok, Rin," balas Syeila lirih.
"Lo habis nangis, La?" Syeila menggelengkan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaan Sherin.
"Ya udah ayok gue anterin ke UKS," ajak Sherin, sedangkan Syeila hanya pasrah mengikuti apa yang sahabatnya inginkan.
Tetapi saat hendak berdiri, Syeila merasakan kepalanya kembali berdenyut. Pandangannya kembali mengabur dan ia tak ingat apa yang terjadi setelahnya. Sherin gugup saat melihat Syeila jatuh tak sadarkan diri, ia berteriak meminta pertolongan.
Angga yang kebetulan sedang melewati koridor langsung tersentak, saat mendengar teriakan minta tolong. Ia buru-buru menghampiri Sherin yang sudah berlinangan air mata.
"Syeila kenapa, Rin?" tanya Angga ketika menyadari bahwa gadis yang ia sukai itu sedang tergeletak tak sadarkan diri.
"Gu ... gue enggak tau, Kak. Syeila tiba-tiba pingsan. Ayok Kak, gue takut hiks ... Syeila kenapa-kenapa," balas Sherin terbata-bata akibat menangis.
Angga segera menggendong Syeila ala brydal style untuk menuju mobilnya. Sepanjang koridor Angga menjadi pusat perhatian, tak terkecuali Febian yang sudah menahan amarah melihat kejadian itu.
Ingatan Febian kembali memutar kejadian kemarin sore, saat ia melihat Syeila sedang berpelukan mesra dengan seorang lelaki. Dan sekarang gadis itu tak sadarkan diri, yang lebih parahnya kenapa harus Angga yang menggendongnya. Akhh, sebenarnya apa yang sedang terjadi.
****
Haloo gays:^
Tunggu terus kelanjutan kisah Syeila dan Febian yah😊
Jangan lupa vote + komen juga, biar aku tambah semangat nulisnya:)
Makasih🙃💙
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE SHADOW [Tamat]
Novela JuvenilJUDUL AWAL LOVE IN SILENCE Hanya karena aku tak bisa mengungkapkan, Bukan berarti aku tak menyimpan perasaan yang dalam ~Syeila anastasya Mencintai dalam diam, siapa sih yang nggak pernah merasakan hal...