●_●
"Terkadang memendam rasa membuat kita makin tegar, dari pada menceritakannya tapi tak didengar"
~Love in silence
Saat melewati koridor, banyak pekikan dan tatapan iri yang mengiringi langkah mereka. Bagaimana tidak? Seorang pria cuek dan dingin itu, mengendong seorang gadis.Febian mengacuhkan semua teriakan dari para siswa-siswi yang memanggil-manggil namanya, yang ia pikirkan kini adalah keselamatan gadis yang berada dalam gendongannya. Pasalnya, suhu tubuh gadis ini semakin menurun.
Pikiran Febian kalap ketika melihat bibir mungil gadis itu semakin pucat, ia segera berlari menuju mobilnya dan membaringkan gadis itu di kursi belakang. Lalu ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi ketika gerbang sekolah telah dibuka.
Dalam perjalanan, Febian tak henti hentinya melirik ke kaca mobilnya untuk melihat keadaan gadis itu. Ntahh mengapa, Febian begitu perhatian pada sosok yang meringkuk di kursi belakang mobilnya itu. Bahkan, ia tidak pernah merasakan khawatir berlebihan seperti ini.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup menguras emosi. Sampailah Febian di rumah sakit Cipta Medika, ia segera keluar dari mobilnya dan mengangkat tubuh mungil gadis itu.
Para Suster yang melihat itupun segera mengambil brangkar dan membawa Syeila masuk ke UGD. Febian menunggu di luar dengan cemas. Hampir 10 menit Dokter memeriksa keadaan Syeila.
"Bagaimana keadaan teman saya, Dok?" tanya Febian, ketika melihat dokter keluar dari ruang UGD.
"Teman anda baik-baik saja, Nak. Dia hanya kekurangan oksigen sehingga tak sadarkan diri," ucap dokter tersebut menenangkan Febian.
"Terima kasih, Dok," balas Febian. Dokter tersebut hanya terseyum dan berlalu meninggalkan Febian.
Febian masuk ke ruangan di mana gadis itu berada. Ujung bibirnya tertarik ketika melihat wajah cantik sosok di depannya. Hidungnya yang tak terlalu mancung, pipinya putih mulus dan wajahnya yang damai saat matanya tertutup.
Cukup lama Febian memperhatikan wajah gadis itu. Lamunannya buyar ketika mendengar leguhan dari bibir mungil itu.
"Aku di mana?" ucap Syeila ketika ia membuka matanya. Ia bingung, pasalnya tadi ia berada di gudang sekolah dan sekarang ia ada di ruangan putih dengan bau obat yang menyeruat masuk ke dalam hidungnya.
"Lo ada di rumah sakit." Syeila langsung mencari sumber suara itu. Matanya langsung bertemu dengan mata hitam tajam lelaki yang ia sukai itu.
"Apa Kak Febian yang udah bawa aku ke sini?" tanya Syeila dalam hati.
"Lo pingsan tadi, jadi gue bawa ke sini," tambahnya yang melihat raut bingung di wajah Syeila.
"Mm ... makasih, Kak."
"Iyah, sebenarnya lo itu ada masalah apa sih sama Ana?"
"Syeila enggak tau, Kak. Mungkin gara-gara Syeila dulu pernah terlambat waktu MOS." Febian mengerutkan dahinya ketika mendengar penuturan dari Syeila.
"Tapi kan enggak gini juga, tindakan Ana itu udah bahayain nyawa lo tau enggak!" ucap Febian tegas.
"Kenapa Kak Febian jadi perhatian gini," batin Syeila setelah mendengar nada tegas yang dilontarkan kakak kelasnya itu.
"Kenapa gue jadi perhatian sih sama cewek ini?" Febian meruntuki ucapannya tadi.
"Mm ... maksud gue, tindakan Ana itu bisa aja ngebahayain nyawa orang lain," ralat Febian yang hanya diangguki Syeila.
"Kata dokter, lo udah bisa pulang sekarang," ujar Febian menghilangkan kecanggungan.
"Iyah, Kak. Sekali lagi makasih karna udah nolongin Syeila," jawab Syeila dengan senyum manis terukir di bibir mungilnya.
"Kenapa gue jadi deg-degan gini, sih?" batin Febian setelah melihat senyuman yang diberikan Syeila.
*****
Haloo readers😊
Aduhh Febian terpesona nih sama senyuman manis Syeila:v
Tunggu terus kelanjutan kisahnya yah:v
Jangan lupa vote + komen
Makasih🙃💙
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE SHADOW [Tamat]
Fiksi RemajaJUDUL AWAL LOVE IN SILENCE Hanya karena aku tak bisa mengungkapkan, Bukan berarti aku tak menyimpan perasaan yang dalam ~Syeila anastasya Mencintai dalam diam, siapa sih yang nggak pernah merasakan hal...