~
"Cinta itu seperti angin. Kamu tidak bisa menyentuhnya, namun hanya bisa merasakan keberadaannya."
~Love in silence
Syeila berjalan melewati koridor kelas yang masih sepi, hanya ada satu dua orang saja yang sudah ada di sekolah. Ia mempercepat langkahnya ketika matanya melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 06.30 Wita.
"Syeila!" Tiba-tiba langkahnya terhenti ketika mendengar seruan itu, Syeila refleks memutar balik badannya ke belakang. Tubuhnya menegang, ia kaget ketika tahu siapa yang memanggilnya tadi.
"Gue mau ngomong sesuatu," ucap lelaki itu seraya menarik pergelangan tangan Syeila.
"Lepas, Kak! Kakak jangan macem-macem!" Syeila meronta, mencoba melepaskan cekalan Febian di tangannya.
"Gue mau jelasin sesuatu dan ingat gue enggak bakalan sakiti lo," jelas lelaki itu lalu menarik pelan tangan Syeila.
Langkah Febian terhenti, membuat Syeila pun berhenti. Di sinilah mereka sekarang, taman belakang sekolah yang terkenal sangat sepi dan sedikit ... seram.
"Kak, kenapa bawa aku ke sini?" Syeila sedikit merapatkan tubuhnya ke Febian, jujur ia takut dengan hal yang berbau horor.
"Gue mau jelasin sesuatu sama lo," ucap Febian yang melihat ketakutan di mata Syeila.
"Kakak mau jelasin apa lagi! Aku nggak mau denger! Lepas–" Ucapan gadis itu terpotong saat tiba-tiba Febian meletakkan jarinya di mulut Syeila. Syeila meruntuki dirinya, harusnya saat ini ia marah dengan perlakuan lelaki di depannya ini, tetapi reaksi tubuhnya berbanding terbalik dengan pikirannya.
Jujur, Syeila merindukan Bian-nya. Ia rindu sikap manis dari lelaki itu, tetapi saat mengingat perlakuan Febian akhir-akhir ini membuat hati Syeila sakit. Tak ayal, mata Syeila mulai berembun saat kilasan memori itu terputar di otaknya.
"Dengerin aku dulu, Sayang." Febian menjelaskan semua kesalahpahaman di antara mereka berdua. Syeila sempat kaget dengan pernyataan yang diucapkan Febian. Setelah Febian selesai berbicara, sekarang giliran Syeila yang menjelaskan tentang Vino yang memeluknya tempo hari.
"Jadi dia ...." Febian mengangguk, tau apa maksud gadisnya.
"Sekarang udah jelas, jangan lagi ada salah paham di antara kita."
"Aku minta maaf, Kak. Aku–"
"Iyah, Sayang." Febian berkata lembut tepat di dekat telinga Syeila.
"Iyah, Kak," balas Syeila malu-malu, jangan tanyakan lagi keadaan pipi gadis itu yang sudah layaknya tomat matang.
Febian memonyongkan bibirnya lucu, ia sedikit kecewa karena Syeila tetap memanggilnya dengan embel-embel 'kak'. Padahal Febian sangat menginginkan gadis itu juga memanggilnya sayang. Ternyata benar kata orang, kadang ekspektasi tak semanis realita.
"Panggil sayang juga, dong," rengek lelaki itu manja.
"Kakak apa-apaan, sih." Syeila menunduk malu, Febian benar-benar berhasil membuatnya tersipu.
"Nggak usah malu-malu, ih." Dengan lancang Febian mencolek dagu gadisnya itu, jujur lelaki itu sangat menyukai Syeila yang malu-malu padanya. Sangat lucu, bantinnya.
"Kak Bian ih!" Febian tertawa, ia bahagia bisa dipertemukan dengan gadis lucu seperti Syeila. Tanpa sadar, waktu terus bergulir.
"Yaudah, ayok ke kelas kayaknya bentar lagi bel." Syeila menanggapinya dengan anggukan patuh. Mereka berdua berjalan bersama, jangan lupakan tangan mereka yang saling tertaut.
Febian dan Syeila menjadi pusat perhatian di sepanjang koridor, tak terkecuali sahabat Febian dan Syeila. Mereka semua ternganga, melihat peristiwa langka yang terjadi sangat jarang sekali. Seorang Febian yang dingin kini sudah mencair di tangan seorang gadis. Benar-benar sesuatu yang langka.
Tetapi di balik kebahagian sepasang kekasih itu ada seseorang sedang menahan amarahnya, ia berjanji akan menghancurkan hubungan mereka berdua.
"Tunggu pembalasan gue, Syeila," gumamnya sambil mengeluarkan senyum iblisnya.
****
Febian mengantarkan Syeila sampai di depan kelasnya. Sebenarnya Syeila menolak untuk diantar oleh Febian, tapi dasarnya lelaki itu pemaksa. Jadi Syeila hanya bisa diam dan mengikuti kekasihnya.
"Makasih yah, Kak," ucap Syeila, setelah mereka berdua berhenti tepat di depan pintu kelas Syeila.
"Sayangnya mana?"
"Apasih, Kak!" Syeila memukul pelan bahu Febian.
"Canda, Sayang. Ya udah pulang sekolah gue anterin." Syeila hanya menganggukkan kepalanya membalas ucapan Febian.
Sebelum beranjak lelaki itu sempat mengacak puncak kepala Syeila dengan sayang, kemudian tersenyum tipis dan berlalu pergi meninggalkan kelas Syeila.
"Cie ... cie ... yang baru dianterin doi," ucap Sherin heboh.
"Apa sih, Rin," Syeila menepuk pelan lengan Sherin. Sungguh rasanya Syeila ingin menghilang saja, orang-orang di sekitarnya sangat pandai membuatnya merona, hanya karena kata-kata saja.
"Kok pipinya merah, Bun?" tanya Sherin dengan selipan canda di dalamnya. Dan benar saja Syeila hanya bisa menutup pipinya yang merah itu, sedangkan Sherin dengan lucnutnya tertawa menggelegar.
Tawa mereka mereda ketika seseorang bersuara, "Selamat ya, La. Semoga lo bisa langgeng terus sama Kakak gue."
"Makasih ya, Eliz." Syeila tersenyum menanggapi, ternyata gadis yang ia cemburui ini adalah calon adik iparnya.
Author bi lek : adik ipar? Syeila saingan lo masih banyak, jadi tolong hati-hati:v
Kringggg ... kringggg ... kringgg ....
Dering bel menghentikan obrolan mereka, ketiganya kemudian masuk ke kelas. Dan menunggu guru pelajaran yang akan mengajar setelahnya.
****
Yeeee!!!!
Syeila sama Febian udah baikan nih gayss😍😂
Jangan lupa vote + komen juga yah^^
Makasih🙃💙
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE SHADOW [Tamat]
Ficção AdolescenteJUDUL AWAL LOVE IN SILENCE Hanya karena aku tak bisa mengungkapkan, Bukan berarti aku tak menyimpan perasaan yang dalam ~Syeila anastasya Mencintai dalam diam, siapa sih yang nggak pernah merasakan hal...