~
"This feelings never go out from this heart, I don't know why but I fell happy when remember it."
(Perasaan-perasaan ini tak pernah mau pergi dari hati ini. Aku tak tahu kenapa, tapi aku merasa bahagia ketika aku mengingatnya)
~Love in silence
Syeila sedang merapikan buku-bukunya di atas meja, bel istirahat berdering sekitar lima menit yang lalu. Tinggal ia sendiri yang ada di dalam kelas, karena Sherin pergi ke kantin bersama Eliz dan meninggalkan ia sendiri di dalam kelas. Saat sedang memasukkan bukunya di dalam tas, ia dikagetkan dengan sebuah tangan yang menutup matanya.
"Apa sih, Rin! Jangan ganggu, deh," dengkus Syeila. Dahinya mengernyit ketika mencium bau parfum yang berbeda tidak seperti yang biasa Sherin pakai.
"Tumben Sherin ganti parfum, biasanya juga pake yang wangi mawar. Lah kok ini wangi maskulin," batin Syeila.
"Masa enggak bisa bedain aku sama Sherin," balas seseorang yang menutup mata Syeila.
Degg ....
"Kak Bian?"
"Iyah sayang," ucap lelaki itu seraya melepas tangannya dari mata Syeila.
Syeila hanya tersenyum melihat orang yang ia cintai kini ada di hadapannya, apalagi kebiasaan baru lelaki itu yang suka memanggilnya 'sayang'. Febian tidak tahu saja, saat ia mengatakan itu, jantung Syeila rasanya ingin dugem saja.
Keduanya keluar bersama, yang langsung disambut tatapan iri dari beberapa orang yang memang tak menyukai hubungan keduanya. Namun, ada pula yang sangat mendukung hubungan mereka, bahkan mereka sampai membuat grup Fela–Febian dan Syeila.
Febian menarik tangan Syeila untuk duduk di bangku kantin yang sudah dipesan oleh teman-temannya. Saat tiba di bangku itu, alangkah terkejutnya Syeila saat melihat sahabatnya sedang duduk berdua dengan ketua OSIS.
"Loh, kok ada Kak Angga juga?" tanya Syeila.
"Gue diajak Sherin ke sini," balas Angga seraya melirik Sherin.
Syeila menatap Sherin dengan tatapan bertanya, sepertinya ada something di antara mereka berdua. Gadis itu dapat melihat dari gerak-gerik Sherin dan Angga yang tampak serasi.
"Hehehe ... duduk dulu, La. ntar gue ceritain semua, deh," ucap Sherin dengan cengirannya, yang semakin membuat Syeila yakin dan percaya ada hubungan di antara sahabat dan ketua OSIS itu.
Saat hendak duduk di samping Sherin, tiba-tiba Febian menarik tangan Syeila untuk duduk di sampingnya. Gadis itu sedikit terkejut dengan perlakuan Febian, tetapi ia hanya bisa menurut dan duduk di samping kekasihnya.
"Cie ... cie ... enggak usah pamer kemesraan dong, kan gue jadi kepengen," goda Nathael.
"Nggak ada yang mau sama lo." Dengan teganya Revan mengatakan hal itu pada Nathael, ini sungguh menghina jiwa kejombloannya.
"Asal ngomong lo kutil badak, gini-gini kalau gue ngedip ke adek kelas langsung klepek-klepek tau!" balasnya tak mau kalah.
"Pasti mereka ngiranya lo lagi sakit mata," ucap Febian yang ikutan nimbrung obrolan temannya.
"Iri bilang bos. Gini-gini gue juga bisa ambil hati Syeila loh." Mendengar namanya di sebut, Syeila langsung menoleh dengan tatapan bingung.
"Udah siap mati lo?" Febian mendelik, ia menatap temannya bengis.
"Nggak bos, ampun." Nathael menangkupkan tangannya di dada, lalu menundukkan kepalanya.
Syeila dan Sherin tertawa dengan sikap konyol Nathael, lelaki itu memang lucu. Tapi memang tak bisa dipungkiri, wajah Nathael memang tak sejelek itu.
"Bang Revan, dedek diketawain ih," adunya lalu memeluk lengan Revan manja.
"Enggak bisa diem lo!" Nathael menampilkan cengirannya, setelah mendapat tatapan maut dari Revan.
"Dari pada lo gila di sini, mending beli makanan deh," suruh Febian, saat melihat kelakuan unfaedah sahabatnya.
"Ya udah sini, gue yang pesen. Kalian pesen apa?" tanya Nathael seraya berdiri dari duduknya. Setelah semua pesanan sudah dicatat, Nathael segera memberikannya kepada penjaga kantin.
Setelahnya mereka menunggu pesanan dengan candaan yang terdengar hangat. Meskipun mereka berbeda kelas, tetapi tak ada kecanggungan saat mereka bersama. Nathael selalu bisa membuat orang-orang tertawa dengan candaan dan sikap konyolnya.
***
"Gue ke kelas dulu, yah."
"Iyah, Kak. Semangat belajarnya," ucap Syeila, kini keduanya ada di depan kelas Syeila. Setelah makan dari kantin mereka memutuskan memilih jalan masing-masing. Katanya Nathael sih, menghindari human jomblo sepertinya dan Revan dari keuwuan orang pacaran.
"Bye, Sayang." Febian berlalu setelah mengusap kepala Syeila, sedangkan Syeila hanya membalas dengan lambaian tangan.
Saat akan masuk ke kelas, Syeila melihat Sherin yang berlari ke arahnya. Seraya berteriak kencang, "Syeila tungguin gue!"
"Nggak usah teriak-teriak juga kali, aku tungguin kok," balas Syeila.
"Iyah-iyah maaf, refleks tadi."
Sherin hendak mendahului langkah Syeila, sebelum tangan gadis itu ditarik sahabatnya. "Tunggu, aku butuh penjelasan kamu!"
"Eitss, apanih?" tanyanya.
"Yang di kantin tadi, katanya kamu mau jelasin ke aku," tagih Syeila.
"Oooooooo, pulang sekolah aja, yah. Gue lagi mager ngomong." Mendengar itu sontak Syeila memukul kepala Sherin jengkel.
"Aduh, sakit, La!"
"Mampus!" Sherin kaget, Syeila yang dulu polos kini sudah teracuni sikap Febian. Betul-betul emaising.
"Yee, ngambekkan! Sini-sini duduk, gue jelasin." Sherin menarik tangan sahabatnya untuk duduk di bangku panjang dan mulai menjelaskan hubungannya dengan Angga.
"Jadi kamu udah pacaran?" Sherin hanya mengangguk, lalu tersenyum malu.
"Akhirnya ada yang mau sama temenku ini." Sherin mencubit perut Syeila, bisa-bisa gadis itu berkata demikian. Ia kira sahabat yang cantik macam Michelle Ziudith ini tak ada yang mau.
"Ngambek gue, La." Syeila tertawa melihat sahabatnya.
"Canda, Rin."
"Nye-nye-nye." Keduanya lalu tertawa bersama, sebelum akhirnya bel masuk meredakan tawa mereka.
****
Assalamualaikum readers^^
Wahh, sebentar lagi cerita ini bakalan tamat nih:((
Tetap tunggu kelanjutannya yah:))
Jangan lupa vote + komen yah😊
Makasih🙃💙
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE SHADOW [Tamat]
Fiksi RemajaJUDUL AWAL LOVE IN SILENCE Hanya karena aku tak bisa mengungkapkan, Bukan berarti aku tak menyimpan perasaan yang dalam ~Syeila anastasya Mencintai dalam diam, siapa sih yang nggak pernah merasakan hal...