~"Jika kamu ingin bahagia, jangan biarkan masa lalu mengusikmu. Kamu boleh melihat ke belakang, namun jangan membawanya kembali."
~Love in silence
Syeila mengerjabkan matanya, bau obat-obatan pun langsung menyeruak di indra penciumannya. Kepalanya terasa sangat pusing, pandangannya pun masih kabur.
Ia kembali mengingat apa yang terjadi padanya, kemudian sekelebat ingatan muncul di pikirannya. Kejadian saat Febian melihat dirinya dan Vino berpelukan, serta kesalahpahaman Febian yang terus terngiang di otaknya. Akhh, mengingat hal itu membuatnya semakin pusing.
"Ayah ... Bunda ...," ucap Syeila lirih.
"Iyah, Sayang. Bunda ada di sini, kamu butuh apa?" balas Reina, ketika mendengar anak kesayangannya itu memanggil namanya.
"Bun, Syeila ada di mana?"
"Kamu ada di rumah sakit, Nak. Kamu tadi pingsan di taman. Untungnya ada Vino yang bantuin kamu," tutur Reina menjelaskan apa yang tidak anaknya ketahui. Yap, keluarganya memang sudah mengetahui jika Syeila dan Vino itu bersahabat.
"Syeila mau pulang, Bun. Syeila mau ngejelasin ke Kak Bian."
"Kamu masih sakit, Nak. Besok aja ngejelasinnya, pasti Febian bakalan ngerti, kok." Kini Renaldi yang angkat suara.
"Pliss, Bun. Syeila mau pulang. Syeila enggak mau di sini terus," ucap Syeila memohon, pasalnya orang tuanya itu tetap tidak mengijinkannya untuk bertemu dengan Febian.
"Dek, pentingin kesehatan kamu. Enggak usah dulu mikirin hal-hal yang enggak penting. Biar kamu cepat sembuh, Dek." Sekarang giliran Yudhis yang angkat suara, melihat adiknya yang sangat keras kepala itu.
"Tapi Syeila enggak apa-apa. Pliss Kak, aku mau pulang ... hiks ... hiks." Sepertinya ia harus mengeluarkan jurus paling ampuh untuk membujuk keluarganya. Yah, apalagi kalau bukan menangis.
Kedua orang tuanya menghembuskan nafasnya lelah, anak gadisnya itu memang sangat anti dengan namanya dokter dan segala yang berhubungan dengan dunia kesehatan itu.
"Ya udah Ayah minta persetujuan dokter dulu," ucap Renaldi pasrah. Kemudian pasutri itu keluar dan segera menuju ruangan dokter.
Meninggalkan Syeila dan Yudhis serta seorang lelaki yang terus diam memperhatikan interaksi keluarga bahagia itu.
"Kak, aku boleh bicara berdua sama Syeila?" tanya lelaki itu, meminta izin untuk bicara berdua dengan adiknya. Yudhis hanya menganggukkan kepalanya sebagai tanda ia menyetujui permintaan lelaki yang notabenenya adalah sahabat kecil adik kesayangannya itu.
"La, aku minta maaf. Aku enggak bermaksud bikin cowok kamu marah," ucap Vino yang daritadi dirundung rasa bersalah.
"Iyah enggak papa, Kak. Ini bukan salah Kakak."
"Ini semua salah aku, La. Kalau tadi aku enggak peluk kamu mungkin ini semua enggak bakalan terjadi."
Syeila menggelengkan kepalanya seraya tersenyum hambar. Luka di hatinya seakan terkuik kembali mengingat kepingan-kepingan kejadian di taman tadi.
Setelah itu mereka dilanda keheningan, Vino bingung harus mengatakan apa lagi dan Syeila masih terus terngiang dengan semua ucapan Febian.
Tok ... tok ... tok ....
Lamunan Syeila buyar ketika mendengar ketukan pintu dari luar. Matanya kembali berbinar ketika mendapati kedua orang tuanya dan kakaknya. Akhirnya ia diperbolehkan pulang oleh dokter, dengan syarat ia tak boleh melakukan hal-hal berat.
-----
Yudhis menggendong Syeila ketika ia sudah sampai di depan gerbang utama. Sebenarnya Syeila sudah menolak mati-matian, tetapi siapa yang bisa melawan lelaki yang keras kepala di depannya ini.
"Habis ini kamu istirahat jangan banyak gerak dan kalau kamu butuh apa-apa panggil Kakak. Biar nanti bakalan Kakak ambilin apa yang kamu mau," ucap Yudhis setelah membaringkan tubuh Syeila di atas kasur.
"Iyah-iyah, Kak!" Aakh, Syeila sangat membenci situasi ini. Jika ia sakit pasti kakaknya itu akan sangat over protektif padanya.
"Ya udah Kakak mau ke bawah dulu," balas Yudhis kemudian mengelus puncak kepala Syeila dengan sayang.
Dan kini, tinggallah ia sendiri. Entah berapa kali bayangan kejadian itu muncul lagi. Syeila tak tenang jika ia tak meminta maaf kepada Febian. Setelah meyakinkan dirinya, ia berinisiatif untuk menelpon dulu Febian.
Panggilan pertama ... tidak ada balasan.
Panggilan kedua ... tidak ada balasan.
Panggilan ketiga ... nomor Febian tidak aktif.
Sebesar itukah kesalahan Syeila, sampai sampai Febian menonaktifkan handphone-nya agar ia tak dapat menghubunginya.
****
Aduhh Febian masih marah tuh gays:(
Tunggu terus kelanjutannya yah😊
Jangan lupa vote + komen biar aku tambah semangat update ceritanya:)
Makasih🙃💙
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE SHADOW [Tamat]
Teen FictionJUDUL AWAL LOVE IN SILENCE Hanya karena aku tak bisa mengungkapkan, Bukan berarti aku tak menyimpan perasaan yang dalam ~Syeila anastasya Mencintai dalam diam, siapa sih yang nggak pernah merasakan hal...