Aku kadang berfikir. Tidak mudah memang menjadi orang kuat. Kuat akan semua berat. Berat kenangan yang telah terikat. Terikat dengan semua penat. Penat yang sudah berkembang dengan hebat. Hebat pula saat ku tau kalau kau sudah tak lagi ingat. Teringat dengan semua yang pernah tersirat.
Kini hujan sudah tak lagi menyenangkan. Sudah tidak lagi seperti saat itu. Berpelukan diatas motor dikala serangan hujan datang. Menunggunya reda. Bercerita manja. Aku hanya tau, kini hujan tak lagi memberiku ketenangan. Seolah ia sedang memberiku waktu sejenak. Untuk mengingat kembali bagian dari kisah kita yang mungkin terlewat.
Terik mentari pun sudah tak lagi memberikan ku vitamin yang ia miliki. Vitamin semangat yang dapat membakar keringat. Menjemputmu dikala mentari sedang berada di puncaknya. Berjalan jalan hanya berbekal jaket usang yang sudah sedikit pudar. Berbincang hebat hanya untuk membahas hal yang sudah seharusnya tak perlu dibahas. Tapi ku tak langsung menyudahinya. Malah terkadang ku buat kau sedikit bingung. Karna agar aku mau perbebatan kita semakin panjang. Seakan mengalihkan kita pada panasnya terik sang mentari.
Bagaimana mungkin aku lupa dengan semua petualangan yang sudah membuatku terbuka akan dunia. Atau mungkin kau yang melihat dunia menjadi sedikit lebih baik. Walaupun terlihat norak, tak ku gubris. Petualangan ini tentang kau dan aku. Bukan tentang mereka yang melihat kita dengan hanya sebelah mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terima kasih, Cinta.
Thơ caSedikit bait puisi per empat paragraf tentang kenangan yang telah menjadikan kau dan aku seperti saat ini. Kenangan saat dimana kau dan aku masih menjadi kita.