#7

18 2 0
                                    

Aku pernah merasakan bagaimana rasanya bahagia. Seperti datangnya hujan setelah penantian panjangnya musim kemarau. Seperti menemukan oasis ditengah gurun pasir. Seperti saat aku dan kamu menikmati hari demi hari hanya untuk berdiam diri dan menatap mata indahmu dengan tenang dan dalam. Melihat senyum indahmu ketika saling melontarkan candaan lucu. Mendengarkan tawa serta bisikmu yang kadang membuatku tak ingin beranjak pergi dari sana.

Aku juga pernah merasakan bagaimana rasanya sedih. Seperti terjatuh kedalam lubang yang amat dalam. Seperti terbang ke Mars namun hanya seorang diri. Seperti ketika menunggu kabarmu yang tak kunjung tiba. Menunggu kapan harus bertemu kembali ketika jarak sedang tak merestui kita. Melihat wajahmu untuk terakhir kalinya sebelum berpisah kembali akan jarak. Sedih memang, hanya kadang kesedihan itu harus melengkapi hidup agar tak melulu tentang bahagia yang hanya kita tau.

Bahagia mampu menenangkan pikiran. Disaat kita sedang merasakan keterpurukan yang amat mendalam. Bahagia terkadang datang dengan sendirinya. Tidak tau kapan dan dimana nya. Bagaimana dan mengapanya pun juga. Hanya diri kita sendiri yang mampu menemukan bahagia itu sendiri. Tidak dia, ataupun mereka.

Sedih memang ketika aku tau akan dirimu yang sudah tidak lagi sama sekali memikirkan aku. Kita yang dahulunya teramat sangat dekat dan erat. Namun sekarang sangat amat jauh. Jujur saja tak ada seorang pun yang dengan benar menginginkan perpisahan. Pemikiran bodoh seperti ini memang terkadang datang dengan sendirinya. Walau sudah tau bagaimana rasanya. Tetap saja sebagian orang pasti tidak memikirkan itu karna sudah begitu berat menjalani bagian yang sangat amat sudah tidak menyenangkan.

Terima kasih, Cinta.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang