Malam itu cuaca sedang sangat dingin dinginnya. Kau terlihat sangat kedinginan. Bukan karna aku yang terlalu egois. Tapi aku ingin membuatmu tetap hangat dengan saja ku halangi semua angin yang berhembus langsung ke arahmu. Dan kau dengan tenang dapat memelukku lebih erat. Merasakan dingin nya tangan mu yang masuk kedalam kantung jaket ku. Kedua kakimu yang dengan cepat langsung merapat. Biar saja aku yang merasakan dinginnya malam itu.
Perihal malam, kini dinginnya tak seindah waktu itu. Tak ada lagi hangat pelukmu. Tak ada lagi senyum hangat yang kau lontarkan hanya untuk ku. Kini tanpamu, ku hanya bisa merasakan dinginnya malam yang sangat jahat. Kepulan embun tak ada obat. Bahkan bendungan tangis yang cukup melekat.
Siang itu sangat panas. Keringnya aspal dengan hembusan debu serta asap-asap pabrik menemaniku. Berhenti sejenak dipinggir jalan dan di bawah riungan pohon. Sambil menatap mata indah yang kau miliki. Kadang juga kau melakukan hal bodoh yang bisa membuat panas nya siang menjadi sejuk. Seperti memutar lagu sambil berdansa sedikit seoalah diatas lantai dansa. Sambil memandangi wajahmu yang terlihat sangat senang walau cukup terlihat kelelahan dikala terkena sinar mentari.
Aku sudah mencoba mencari dirimu di wujud yang berbeda. Namun yang kutemukan hanyalah bualan dan putus asa. Tak ada yang sepertimu. Bagiku kau cukup satu. Tak ada lagi yang sepertimu. Mengapa harus ada siang jika malam lebih tenang. Mengapa harus ada terang jika malam lebih mengenang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Terima kasih, Cinta.
PoetrySedikit bait puisi per empat paragraf tentang kenangan yang telah menjadikan kau dan aku seperti saat ini. Kenangan saat dimana kau dan aku masih menjadi kita.