Bab 13 - Menang

306 4 0
                                    

AUTHOR POV

Diego memperhatikan foto wanita yang diselidiki. Tampak asing dan memang tidak pernah terlihat. Hanya laki-laki bodoh yang mencintai wanita tidak kasat mata. Apa yang sebenarnya direncanakan oleh kenzio mengenai wanita tersebut?

"Akan ku selidiki lebih lanjut" ujarnya demikian. Diego ingin segera membalaskan dendam kematian sang ayah. Ia ingin memusnahkan Kenzio dengan kedua tangannya. Enak saja Kenzio bisa hidup damai tetapi kematian ayah nya selalu menghantui pikiran Diego.

"Pak, Saya sudah lakukan plan A yang dimaksudkan" Harris selaku kaki tangan Diego menunduk dengam hormat. Berusaha menjaga sikap dan image nya. Diego tersenyum penuh kemenangan melihat kinerjanya.

☆☆☆

KAYLINE POV

Hari ini pengumuman perlombaan olimpiade akan dilaksanakan. Jantungnya seakan berpacu lebih cepat, Ia tampak sekali ketakutan. Hasilnya bagaimana hanya pihak perlombaan yang tahu.

"Kau baik-baik saja?" ujar Aldo sembari mengenggam jemarinya. Kegugupan melingkupi gadis itu. Tangannya juga sedikit bergetar.

"Aku tidak apa-apa" Kayline menatap lurus ke depan. Juri menghitung pemerolehan nilainya. Menuliskan di papan putih yang bersih. Mencoretkan setiap sisi yang ada. Kayline semakin gugup. Jika Ia gagal, sudah sangat pasti Ia akan mengecewakan Ibu-nya dan kampus.

"Biasa saja, Okay? Aku yakin kita akan menang" jawab Aldo dengan pasti. Soal yang dikerjakan tidak serumit yang dikira. Malahan itu soal termudah yang pernah Aldo rasakan. Pria itu selalu saja bersikap santai.

Kayline merapatkan kakinya, sudah sangat pasti Ia seperti orang yang tinggal digunung es. Karena merasa menggigil akibat kegugupan. Kayline menghembuskan nafasnya. Aldo menyodorkan air mineral.

"Minum lah dulu" Dengan cepat Kayline meminum pemberian Aldo. Ketika semua nilai sudah mereka hitung, moderator akan membacakan juara perlombaan nya.

"Sudah siap semua?!" seru lantang suara moderator yang menggema hingga ke langit ruangan.

"Sudah, kak!" ujar peserta perlombaan secara serempak. Mereka tidak sabar menunggu hasilnya. Tidak dengan Kayline, gadis itu masih saja gugup dan ingin menutup telinganya rapat-rapat.

Juara ketiga dan kedua sudah diumumkan. Giliran juara satu. Nafas Kayline tercekat. Jika Ia tidak menang akan bagaimana? Sungguh, Ia akan menjelekkan nama kampus. Terlebih lagi Kayline merupakan cahaya kampus. Aldo yang disebelahnya menepuk-nepuk punggung Kayline supaya gadis itu tenang.

"Juara satu di raih oleh... "

"Kayline Leonardo dan Aldo Prasanca" ujar moderator dengan suara lantang. Kayline terkejut bukan main, Ia sempat menutup mulutnya tanda tidak percaya. Aldo tetap tenang. Pria itu mengulurkan tangannya kepada Kayline.

"Ayo, kita ke bawah. Ambil hadiah" Kayline tersenyum dan membalas uluran Aldo. Mereka berjalan beriringan menuruni anak tangga. Tepat di bawah, panitia perlombaan mengalungkan dua buah mendali kepada Kayline dan Aldo. Ia juga memberikan piala besar, uang tunai dan satu buah sertifikat untuk mengharumkan nama baik universitas. Kayline semakin terharu.

"Kau senang?" lirik Aldo ketika Kayline tersenyum sendiri melihat uang tunai dalam jumlah yang begitu besar. Ini sangat cukup untuk membiayai kehidupan keluarganya.

Mysterious PeopleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang