Bab 4 - Tidak Sengaja

557 17 1
                                    

JAKARTA,
09.00 a.m

KAYLINE POV.

Akhirnya kami tiba di Jakarta, Aku sangat tidak menyangka bisa ke kota yang menurutku tidak pernah ku pijakki. Aku senang jika temanku membayarkan diriku transportasi untuk ikut bersama mereka.

"Welcome to Jakarta!" Ujarku senang dengan sedikit berteriak. 

Baru pertama kali Aku ke Jakarta dan untung saja Aku sedang liburan semester. Jadi, tidak ada yang perlu dipikirkan. Mama ku juga setuju saja jika Aku bermain hingga ke Jakarta.

'Menyenangkan' batinku. Lalu lalang mobil lebih sering terlihat di Jakarta. Tidak seperti diperkampungan ku. Di sini semua serba ada, gedung tinggi juga menjulang dengan indah.

Aku bermimpi suatu saat nanti, Aku bisa bekerja disalah satu perusahaan besar. Aku sangat ingin menjadi sekretaris seorang CEO. Apalagi kalau dia tampan! Ah, rasanya mimpi ini tidak akan pernah jadi kenyataan.

Laura menghalangi jalanku, ketika Aku hendak membeli tiket untuk masuk ke dalam dufan. Ia menatapku dengan sangat mengintimidasi. Tidak sepertinya biasanya.

"Kenapa?" tanyaku.

Tatapannya berubah menjadi bersahabat, Ia menarik pergelangan tanganku. Lantas membisikkan sesuatu ke arah ku.

"Kenzio, Kau berhubungan dengannya?" Skak! Aku dibuat melotot olehnya. Apa-apaan ini, Aku saja tidak pernah pacaran dalam seumur hidupku. Apalagi Kenzio, pria populer di grup. Aku langsung menggelengkan kepalaku.

"Tidak. Kenapa kau bertanya demikian?" Ujarku. Laura langsung mengambil ponselnya yang Ia simpan di dalam kantung celana. Ia memperlihatkan kepada diriku mengenai obrolannya dengan Kenzio.

Aku menutup mulutku tidak percaya, pantas saja Ia tahu tentang semua sosial mediaku. Ternyata Ia mengetahui dari Laura. Sontak Laura langsung memeluk diriku.

"Kalau jadian, Peje yaaa"

"Cieee Kayline Cieee"

Laura semakin menggoda ku, membuat pipiku merona. Tidak mungkin Kenzio suka denganku padahal kita hanya sebatas chatan saja. Lagi pula, Aku tidak tertarik dengan yang namanya pacaran.

"Apaan sih, gak mau ah. Gue kan mau fokus ngejar perusahaan" Aku justru berlari ke arah temanku yang lain. Mereka sudah membeli tiket, lantas Aku mengekori untuk masuk ke dalam dufan. Kenapa sih, tempat ini begitu besar. Tidak seperti di pasar malam dekat rumahku!

Desi mengajakku untuk bermain tornado. Aku langsung bergedik ngeri melihat permainan itu. Orang diputar diatas sana menggunakan mesin serta sabuk pengaman. Aku sangat takut dengan ketinggian. Tetapi, Desi tetap memaksaku. Akhirnya Aku bermain tornado tersebut.

"Hoeeek" Aku muntah. Sungguh, perutku sangat mual setelah turun dari permainan tornado. Desi panik, Ia segera mengambil kayu putih lantas dioleskan ke dalam perutku.

"Gue nyerah, gamau main yang tinggi lagi" Aku bersuara dengan nada lemah. Perutku merasa melilit.

"Okey, abis main kita makan" Seru Adeline demikian. Aku menghembuskan nafasku, mencari angin yang sempat hilang.

"Yaudah Kay, lu tunggu disini aja. Kita mau masuk ke rumah hantu" Kayline langsung bersemangat disaat Desi menyebut rumah hantu. Sungguh! Aku sangat suka dengan hal seram. Untuk masalah hantu, Aku sangat menyukainya. Aku berdiri paling dulu, membuat temanku terheran.

Setelah memasuki rumah hantu, kami memutuskan mencari warung terdekat untuk makan. Perutku sudah mulai kerocongan karena dari pagi belum makan. Aku duduk di dekat pepohonan, Laura yang memesankan kami makanan.

Mysterious PeopleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang