Bab 10 - Kedua Kalinya

387 6 0
                                    

KENZIO POV

Bagaimana bisa paman Richard diculik? Lagi pula, bukankah paman Richard orang yang cukup tangguh dalam tembak menembak?

Aku mengacak rambutku kasar. Situasi ini tampak begitu rumit. Aku melempar botol alkoholku mengenai kaca besar. Kaca itu terpecah belah.

"Argh--" geramku dengan kesal. Aku mencoba membuka laci ruangan rias milikku. Mataku membulat disaat terdapat pisau yang terdapat sebuah surat bertinta merah dibagian gagangnya. Aku meraih surat itu.

"Datanglah ke rumah besar di florida, Kenzio! Atau pamanmu akan mati" ancam sang pemilik surat. Tidak ada kata-kata lagi setelah itu. Sial! Siapa yang berani meneror dirinya. Kenzio tetap tidak peduli dengan isi surat itu. Kenzio meraih ponsel dan terdapat banyak sekali notifikasi dari Kayline. Sudut bibirnya terangkat seketika.

"Hai, Kenzio!"
"Kau di Amerika bagian mana?"
"Aku sudah menyelesaikan olimpiade matematika dengan baik"
"Rasanya lega, bercampur cemas"
"Aku cemas karena kau tidak hadir"

Kenzio terkekeh pelan. Gadis ini menginginkan dirinya hadir? Tidak habis pikir. Tentu saja dirinya sangat ingin menghadiri lomba terbesar gadis itu. Tetapi, Kenzio belum siap untuk menceritakan tentang dirinya kepada Kayline. Ia ingin Kayline akan tahu dengan sendirinya.

"Aku turut senang jika kau menyelesaikan rumus rumit itu" pesan terkirim kepada Kayline. Kenzio memanggil Mikhael dengan hanya menjentikkan jarinya yang beradu. Tentu saja Mikhael akan dengar karena Ia memiliki alat sambungan yang kuat dengan atasannya itu. Mikhael akan menuruti semua keinginan sang tuan.

"Ada apa pak?" Mikhael memperhatikan raut wajah Kenzio yang tampak serius. Ada rasa khawatir di dirinya. Kenzio melemparkan surat itu kepada Mikhael. Ia ingin Mikhael yang menyeledikki kasus tersebut.

"Ah- ini mudah pak, terdapat huruf D kecil di balik pisau lipat ini" balas Mikhael dengan entengnya. Otak jenius miliknya memang tidak bisa ditandingi oleh siapapun. Kenzio berlonjak kaget ketika mendengar pemaparan Mikhael.

Hanya ada satu nama.

"D = Diego" bangsad! Ia ingin mencari kematian denganku rupanya. Padahal Kenzio sudah melupakkan aksi pembunuhan dirinya terhadap Anton. Jika Dieogo bermain api, jangan harap akan dipadamkan oleh air karena itu mustahil untuk api yang membesar!
______________________

Kenzio memutuskan pergi ke mall ketika suasana hatinya dengan kacau. Ia masih tidak bisa berpikir jernih atas apa yang diperbuat Diego. Dia juga tidak berjanji akan datang. Tetapi, Ia sangat mencemaskan kondisi Richard.

"Pria keparat! Akan ku musnahkan dengan kedua tanganku" Kenzio berdecih pelan. Ketika Ia berkacak pinggang, lengannya dimasuki tangan perempuan yang tampak manis. Gadis itu, teman kecil Kenzio ketika masih sd. Mata mungilnya menatap Kenzio dengan manja.

Perlahan Kenzio menjadi jinak jika sudah diperlakukan oleh Vely. Hatinya juga tidak berontak. Ia membiarkan Vely berbuat sesuka hatinya. Bahkan Vely dengan senyum indahnya menangkup kedua pipi Kenzio. Gadis itu menciumi bibir Kenzio dengan begitu lembut dan sedikit kasar. Kenzio membalas ciuman darinya. Terjadi ciuman yang sangat panas dan terkesan sensual.

"Aku rindu dengan bibirmu, Kenzio" Vely menarik dasi milik Kenzio sehingga mereka saling bertautan lidah satu sama lain. Kenzio menikmati sentuhan Vely. Bukan karena cinta lantas Kenzio bertekuk lutut dengan Vely. Tetapi, Karena Ia harus membalas budi Vely. Gadis itu yang menyelamatkan dirinya dari makian sang ayah yang berselingkuh.

☆☆☆

KAYLINE POV

Aku langsung beranjak ke kamar apartment ku yang berada dilantai bawah. Sedangkan kamar Aldo diatasnya. Pria itu sempat mengacak rambutku dengan gemas. Aku menyukai perilaku Aldo yang selalu terlihat lucu ketika berada denganku. Sikapnya berubah ketika Ia berhadapan dengan masyarakat. Dirinya menjadi pendiam, cuek.

"Kenapa sih lomba nya di umumin dua hari lagi. Memangnya begitu sulit menentukan kemenangan?" Aku bergumam asal sembari memainkan boneka yang diberikan Aldo kepada diriku. Pria itu juga sempat mampir ke toko boneka, katanya supaya ada yang menemani diriku.

Awalnya Aku menolak dengan halus. Karena merasa tidak enak jika dibelikan oleh Aldo. Tapi Ia memaksaku untuk mengambil barang pemberian dirinya. Aku selalu saja dibuat terksiap. Sikap Aldo yang begitu tidak dapat ditebak.

Sebelum Aku pulang bersama Aldo, Aku juga mengirimkan beberapa pesan kepada Kenzio. Aku pikir Ia akan datang diacara besarku. Ternyata tidak, Aku menghembuskan nafasku pelan. Ah, Aku ini mengharap apa? Aku bahkan tidak pernah melihatnya di real life. Buat apa Ia bersusah payah datang hanya untuk menemui orang asing.

Aku melempar ponsel pipihku itu, melihat balasan singkat dari Kenzio. Pria itu memang tidak bisa diprediksi. Bahkan Aku hanya bisa menilai dirinya lewat chat atau snapgram yang Ia upload saja. Mungkin kedengaran sangat bodoh jika setiap saat Aku selalu mencari tahu tentang dirinya.

"Nayla kemana ya?" mataku mengedarkan pandangan mencari keberadaan sosok Nayla. Rupanya Ia sedang mencuci pakaian milikku. Aku jadi enggan untuk mendekati dirinya yang sedang sibuk. Masih tersisa tiga hari lagi Aku berada di Amerika. Entahlah, begitu membosankan berada di negara orang.
____________________

Aku memilih pergi ke mall untuk mencuci mataku sedikit. Untung saja Aku membawa uang untuk keperluan pribadiku di Amerika. Masa iya Aku hanya mengandalkan donasi dari kampus. Sedangkan diriku sangat ingin pergi ke tempat lain setelah perlombaan tersebut.

Aku memilih beberapa potong pakaian yang tidak terlalu mahal. Harganya hanya setengah dari uang jajanku. Tidak akan menguras dompet cukup banyak. Aku juga termasuk orang yang pandai dalam menghemat uang. Jika barang itu tidak penting, tidak akan Aku beli.

Mataku terpesona melihat tas hitam dengan motif bunga yang berada ditalinya. Sangat kasual. Aku memilih untuk mengambil tas itu lantas membayarnya ke arah kasir.

"Belanjaanku cukup banyak" Aku membawa belanjaanku yang berat itu. Aku sengaja tidak memberitahu Nayla kemana Aku pergi. Karena menurutku itu adalah hal privasi. Lagi pula Nayla masih sibuk dengan tumpukan cucian.

Mataku hampir melompat ketika melihat pria yang ku temui di toilet wanita waktu di dufan sedang berciuman mesra terhadap wanita yang berbeda. Dasar bajingan! Selayaknya berganti wanita ketika dilain lokasi. Aku semakin dibuat geram dengan pemandangan itu.

Ku ambil High Heels dari dalam kantung belanjaan milikku. Bisa-bisanya mereka menghalangi jalanku dengan pemandangan menjijikan di depan sana. Ku lemparkan High  Heels   milikku tepat di hidungnya. Ia kembali meringis kesakitan. Kilatan matanya melihat ku dengan tajam. Senyuman miringnya kembali membuat diriku merinding.

"Hai, Kayline. Senang bertemu dengan dirimu" lelaki kardus itu mengabaikan wanita yang berada disampingnya. Langkah besarnya membuat diriku menciut. Apa katanya? Bagaimana Ia tahu tentang namaku? Bahkan Aku belum pernah memperkenalkan diri kepadanya!

"Berhenti disana, lelaki kardus!" Aku menekankan kata lelaki kardus supaya Ia berfikir. Ucapanku juga termasuk benar kok. Pria itu hanya memanfaatkan situasi untuk berdekatan dengan diriku.

"Apa kau tidak senang bertemu dengan diriku, hm?" Kenzio menaikkan sebelah alisnya. Ia semakin tersenyum miring ke arahku. Wanita yang disebelahnya memilih pergi untuk menjauh dari permasalahan. Aku terkesiap disaat Ia dengan ganasnya melumat habis bibirku. Lidahnya berusaha masuk ke dalam mulutku. Aku membeku, kaki ku begitu lemas tidak dapat digerakkan. Oh tidak! Ciuman pertamaku diambil oleh lelaki kardus yang berada di hadapanku ini!

"OH GOD, HELP ME!"

"~~~~"

Malam Readers! Be Active please.
Jika kalian suka dengan ceritaku, tambahkan ke perpustakaan.
Untuk menghargai karyaku dan membuatku semangat dalam menulis silahkan klik vote dan berikan komentar mu. Itu akan membantu diriku untuk kedepannya. Baik dan Buruk komentar akan ku lihat.

See you at next chapter!

Mysterious PeopleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang