«25» Coming Bali

244 11 0
                                    

24. Caming Bali.

"Untuk kalian yang kemarin saya panggil ke Ruang Guru, silahkan segera memasuki aula, dan untuk semua murid di harapkan juga untuk hadir. Terima kasih," ucap pria paruh baya melalui spiker yang di yakini adalah Pa. Davi.

"Yahh, sepi dong tanpa lo disini Key." Bobo murung karna Keysha akan pergi.

"Gak usah lebay, gue tau lo sedih kenapa." ucap Keysha ketus dan menghabiskan sisa jus mangganya.

"Hehe emang kuyang lo, tau aja rahasia orang, tapi bener tau Key, kalo lo gak ada siapa yang gue usilin?!" ucapan Bobo mengundang delikan malas dari mata tajam Keysha.

"Oh oke, kalo gitu gue bakal menetap disana, meningan gak balik sekalian!" ancam Keysha.

"Eeh jangan dong, cih! Baperan!"

"Terserah gue."

"Yuuuuuuuu ke aula," teriakan cempreng itu pasti milik seorang Lolita Prisilya Alexsander.

Aula sudah ramai oleh siswa siswi, dan kini untuk orang yang mengikuti lomba naik ke tempat pengumuman di aula.

"Baiklah anak-anak, saya mengumpulkan kalian semua untuk menyemangati teman-teman kalian yang akan mengikuti ajang Olimpiade tahun ini, kalian harus mendoakan teman kalian semua." ujar Bu. Nari selaku Wakil Kepala sekolah. Karna tidak mungkin jika Kepala Sekolah yang irit bicara itu mau mengeluarkan ucapan emasnya.

"Yaaah, Queen ikut!"

"Gapapa! Tahan Rindu!"

"Kita harusnya semangatin Queen sama Loli!"

"Semangat Queen! Loli!

"Gapapa tahan rindu 1 bulan!"

"Semangat Queen, Loli, and Pangeran Doniiiiii!"

Itulah cibiran yang yang terdengar di gendang telinga gadis datar ini, bukannya bangga, dia malah makin malas.

Sedari tadi, Verrel terus menatap Keysha yang sedang di usili oleh Bastian, sepertinya Bastian benar-benar menaruh perasaan pada Keysha.

"Pegi-pegi baju lo bau asem!" pekik Keysha sebari terkekeh melihat Bastian memakai kaos basket yang basah oleh keringat.

"Enak aja Lo! Wangi tau! Noh liat, mereka aja pada klepek-klepek sama bau maskulin gue! Berarti idung lo yang nyangkut di mobil tadi," dengusnya tak terima.

"Heeleh, kaya yang iya aja lo."

"Yaiyalah, wau ngendus gak?" tawarnya dan hanya di balas gidikan ngeri oleh bahu Keysha.

"Halah, gak usah malu-malu sama gue, sini!" Dengan sigap Bastian membawa Keysha ke arah ketiaknya. Keysha terlihat nyaman, bukan berarti nyaman pada orangnya, pada ketiaknya saja tidak apa-apa kan? Menurut Keysha, ketiak ini seperti ketiak milik Doni.

Pemandangan itu tak luput dari penglihatan Verrel, mata yang menahan cemburu, api di matanya berkobar melihat Keysha yang seakan biasa saja dengan perlakuan Bastian.

"Kamu kenapa by?" Tanya Tallita bingung.

"Gue gapapa," jawab Verrel dan berusaha melepaskan tangan Tallita yang berada di tangan kekarnya, namun matanya masih tertuju pada dua insan yang sedang saling rangkul, ralat Keysha sendiri yang dirangkul.

"Dan kami akan berangkat nanti sore pukul 03.00, jadi untuk kalian yang mau menemui sahabat kalian, kalian masih mempunyai banyak waktu, atau mungkin ada yang mau mengantarkannya ke bandara, sekian dan terima kasih," ujar Bu. Nari dan turun beserta yang lainnya.

KEYSHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang