Well, demi kalian aku bela2in ngabain pacar aku yg dateng ke rumah dan lebih milih buat ngetik chapter ini nyampe aku diomelin ama dia. jdi kalo ada yg gk ngevote parah bgtt sumpah:"))
.
.
"Kau benar," Jimin berucap dingin, "aku memang menyayangimu. Tapi..." tangannya yang sedang menghapus noda darah dihidung dan disudut bibir Jungkook menggunakan tissue kini terhenti. "Rasa cintaku untuk Kim Taehyung... jauh lebih besar. Melebihi apapun, bahkan rasa kasihku untukmu"
Jungkook terdiam dengan mata berkaca-kaca, hatinya perih melihat Jimin menatapnya dengan tatapan benci seperti itu. "Kau tahu 'kan, aku juga sangat mencintai Kim Taehyung. Dan sebelum aku menjalin persahabatan denganmu, aku jauh lebih dahulu menjalin hubunganku bersama Taehyung"
"Persetan dengan hal itu Jeon jungkook!" Jimin berteriak murka lalu melempar tissue ditangannya ke lantai ruang tamu dengan kasar, "mengalah lah untukku! Cukup sudah aku mengalah selama ini padamu! Jadi... sekarang giliranmu, mengalah lah untukku. Kau harus melepaskan Taehyung untukku, dan inilah saatnya. Karna ku tahu, hidupmu tak akan lama lagi. Jadi... untuk apa kau bertahan untuk Taehyung jika hidupmu sebentar lagi akan berakhir? Bukankah itu hanya akan membuang-buang waktu Taehyung saja?"
Tubuh Jungkook menegang, ia menahan napasnya. "Kau.. sungguh mengharapkan aku cepat-cepat mati?" suara Jungkook bergetar. "Park Jimin... sungguh, sungguhkah kau mengharapkan itu?"
Jimin terdiam, dan Jungkook mengharapkan jawaban yang tak akan menyayat hatinya lebih dari ini. Namun, harapan itu lebur saat Jimin menganggukan kepalanya.
"Maafkan aku"
Air mata Jungkook menetes, mengaliri pipinya membentuk anak sungai kecil. Ia terdiam lama dengan napas berantakan, hatinya luar biasa perih mengetahui fakta menyakitkan itu.
Angin berhembus kencang, namun tak terlalu dingin dari sebelumnya. Karna musim dingin beberapa minggu lagi akan segera berakhir, dan salju sudah tak lagi mengguyur seperti minggu lalu.
Jungkook berdiri menghadap sungai besar didepannya. Rambutnya terus menari-nari diterpa angin, ia sedang berdiri disamping jembatan sambil terus melamun dengan mata kosong. Napasnya berhembus tenang, namun air mukanya menyiratkan rasa lelah luar biasa. Ia berkedip pelan, menatap langit abu diatas kepalanya dengan mata yang kini berkaca-kaca. "Ayah, ibu, aku merindukan kalian"
Tes...
Tes....
Air matanya mengalir, menuruni dagu dan menetes membasahi aspal dibawahnya. Jungkook terlarut dalam tangisnya, hatinya luar biasa sesak.
"A-Aku... lelah, aku sudah tak mempunyai siapapun lagi, aku sendirian. Ayah, ibu, aku harus bagaimana?" suaranya bergetar lirih, dan air matanya semakin mengalir deras. Jungkook ingin segera mengakhiri segalanya. "Sampai kapan aku harus seperti ini? Aku ingin menyusul ibu dan ayah saja disana, agar aku tak tersiksa seperti ini terus. Rasanya melelahkan sekali, sungguh"
Jungkook terisak, mata dan hidungnya memerah, dan bahunya terus bergetar seiring isakan yang ia keluarkan. Perlahan, kakinya melangkah menuju pembatas jembatan tanpa sadar. Dekat, dekat, dan semakin dekat hingga ke ujung jembatan. Namun, getaran handphone disaku celananya membuatnya terlonjak sadar.
Jungkook terdiam beberapa saat, ia merasa linglung, namun setelahnya langsung sepenuhnya tersadar dan segera menghapus air mata dipipinya. Jungkook menghela napas dalam lalu menelan ludah untuk membasahi tenggorokannya yang kering, setelah itu mundur beberapa langkah lalu menghambil handphonenya dan membaca sebuah pesan singkat disana.
Taechagii♥
Aku akan ke apartemenmu.Jungkook tertegun sesaat sebelum matanya berkedip beberapa kali, setelah itu memutuskan melangkah pergi dari sana untuk segera pulang.
Jungkook terus melangkah di lorong apartemen yang ia tempati, kemudian matanya menemukan entitas Taehyung yang kini sedang bersender disamping pintu apartemennya sambil melipat tangan dengan mata yang menatapnya dalam.
Mata Jungkook berbinar-binar, jujur saja hatinya merasakan kerinduan yang amat dalam akan sosok didepannya. Kim Taehyung, kekasihnya. Cinta pertamanya.
"Hai" sapa Jungkook sambil bibirnya berusaha tersenyum manis.
Taehyung mengangguk.
"Aku kira kau sudah lupa, mengenai kita" ucap Jungkook dengan sendu.
Taehyung yang tadi bersandar pada dinding kini menegakkan tubuhnya. Ia menaikan sebelah alisnya dan terdiam sesaat sebelum berkata, "tidak"
Jungkook mengulum bibirnya sebelum membuka pintu apartemen dan melangkah masuk ke dalam, meninggalkan Taehyung dibelakangnya yang kini menyusul masuk lalu menutup pintu.
Jungkook ke dapur untuk membuat kopi dan susu hangat, setelah itu membawanya ke meja ruang tamu bersamaan dengan kue jahe. Ia mendapati Taehyung yang sedang membuka mantelnya dan menaruhnya pada kepala sofa, setelah itu ia segera berbaring dengan sebelah lengannya menutupi mata.
"Tae.. kopi dan kuenya, silahkan" kata Jungkook sambil mendudukan dirinya pada sofa dihadapan Taehyung.
Taehyung bergumam dengan suara serak.
"Apa kau... sakit?" khawatir Jungkook sambil meminum susu hangat ditangannya.
Taehyung mendesah kasar setelah itu mendudukan dirinya, ia mengambil kopi panasnya lalu meniupnya beberapa kali sebelum menyeruputnya perlahan. "Hanya lelah" setelah mengatakan itu ia menatap Jungkook, matanya menyipit sebelum mendengus pelan. "Kau habis menangis?"
Jungkook kikuk. Ia membuang pandangan dan terdiam cukup lama, setelah itu menghela napas panjang. Matanya yang tadi menatap sendu pada gelas ditangannya kini bergulir pada Taehyung, dengan senyuman kecut yang terpatri dibibir merahnya. "Tidak"
Taehyung mendecih lalu melepas pandangan dari Jungkook, setelah itu menyeruput kopinya kembali dengan kesal. Ia tahu Jungkook berbohong.
Jungkook segera berdiri setelah menyimpan gelas ditangannya ke atas meja, ia berjalan mengitari meja bundar itu untuk mendekati Taehyung dan duduk disampingnya. "Sayang..." Jungkook berkata dengan lembut, sebelah tangannya mengambil tangan Taehyung untuk ia genggam dengan hangat. "Apa kau masih mencintaiku?"
Taehyung menyeruput kopinya kembali dengan mata menatap lurus ke depan. Sorot matanya terlihat dingin dengan air muka yang semakin datar dari sebelumnya. "Kau pikir?"
Jungkook menggigit bibir, menunduk menatap meja dihadapannya dengan sorot mata dalam. "Tidak tahu" jawabnya dengan lirih.
Taehyung menjilat permukaan bibir merasakan cairan kafein yang tertempel disana, setelah itu menyimpan gelas dalam genggaman ke atas meja. Kini fokus atensinya mengarah pada Jungkook yang masih menundukan kepala. "Kau ingin tahu jawabanku?"
Jungkook menoleh pada Taehyung, menatap hazel coklatnya dengan penuh tanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jika Cinta Dia [VKOOK]
FanfictionJungkook menggigit bibirnya, terlampau sakit melihat perubahan yang sangat menonjol pada kekasihnya. Kekasihnya yang dulu selalu bertutur kata lembut padanya, selalu menatapnya penuh afeksi, selalu memperlakukannya penuh kasih sayang kini telah beru...