"Seharusnya"

16.1K 1.1K 549
                                    

A/N : Aku mau jawab pertanyaan dari @jeon2112 kenapa tiap kali aku bikin cerita selalu bikin orang sedih trs akhirnya mewek? pertama, readers lamaku pasti tau aku author yg seneng bgtt kalo liat komenan "kakaakk... aku mewek ihh! tanggung jawab!" aku bakalan ketawa keras trs teriak bahagia misiku akhirnya berhasil! yg udah baca book My Husband & His Girlfriend 1 pasti tau aku suka balesin komenan kyk gtu ke readers yg curhat mereka nangis ke aku. Hehe, itu alesan becandanya

Alesan seriusnya, aku orgnya bener-bener perasa. aku selalu ngebayangin aku adalah toko utama disetiap cerita yang aku tulis. Jadi, bnr2 bisa ngerasain perasaan tokoh2 yg aku buat nyampe kadang aku jga suka ikutan nangis pas bikin adegan2 sedih. tapi gak semua chapter menyedihkan ya nyampe aku suka bingung bgtt pas ada readers yg komen mereka nangis dichapter yg bahkan menurut aku gak ada sedihnya sama sekali??? kalian terlalu masokis ihh!!!

Oke, selamat membaca.





||Chapter 15 :||
"Seharusnya"

*****

Tepat pukul lima pagi lewat satu menit. Taehyung berdiri di depan pintu apartemen Jungkook, diam terpaku sambil terus menatap knop pintu dengan sorot mata dalam. Pikirannya berkecamuk, ia segan jika harus bertemu Jungkook saat ini. Ada rasa malu dalam dirinya, hingga membuatnya enggan jika harus menemui sosok itu.

Taehyung terus berdiam diri dengan rasa bimbang yang menyelimuti hati dan pikirannya.

'Jungkook...' hatinya menggumamkan nama itu tanpa sadar. Kilasan-kilasan kejadian yang terjadi kemarin terus saja berputar di kepalanya dengan acak, dan disetiap kejadian, Taehyung sangat mengingatnya dengan jelas.

Alisnya mengerut, tanpa terasa tangannya terangkat menuju tombol sandi yang ada dihadapannya. Oh.. apakah sandinya masih sama? Taehyung ragu, tapi ia akan mencoba.
Perlahan, jari telunjuknya menekan beberapa angka dengan pasti.

Cklek.

Oh? Pintu terbuka. Entah kenapa ada secercah rasa lega dihatinya saat tahu ternyata Jungkook tak pernah mengganti kata sandi apartemennya.

261115

Kumpulan angka yang begitu sangat bermakna. Dua puluh enam november dua ribu lima belas, adalah waktu dimana mereka bertemu untuk pertama kali.

Perlahan, Taehyung melangkahkan kakinya. Mendorong pintu menggunakan sebelah lengan hingga pintu itu terbuka lebar.
















Terus menetes. Air matanya terus menetes beserta rasa sakit yang tak kunjung meluruh dalam hatinya. Park Jimin, benar-benar merasa hancur. Sangat hancur hingga ia terus menangis pilu sejak tadi.

"Kau tahu? Jungkook sekarang pasti begitu membencimu. Dan lagi... jikapun kau kembali padanya, bukankah hanya akan membuang-buang waktu menjalin hubungan dengan orang yang penyakitan dan sebentar lagi akan mati? Percuma, Taehyung. Hanya akan membuatmu sakit hati pada akhirnya"

"Maksudmu?"

"Jeon Jungkook, dia menderita kanker hati stadium dua"

Tehyung terdiam, memproses ucapan Jimin dengan keras. Mulutnya terbuka, matanya menatap Jimin tanpa berkedip dengan alis menyatu. Mendadak saja kepalanya beku, berhenti bekerja dengan tiba-tiba. "Ulangi. Ulangi ucapanmu"

Dan tanpa repot Jimin segera memperjelas. "Jungkook selama ini sakit, Taehyung. Dia menderita kanker hati stadium dua. Kau tak boleh mencintai dia lagi, karna dia tak pantas dicintai. Kau tahu? Tak ada gunanya mencintai orang yang sebentar lagi akan mati seperti Jungkook, tak ada gunanya, tak ada gunanya sama sekali mencintai orang semenyedihkan dia"

Jika Cinta Dia [VKOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang