[Previous Chapter] ; Chapter 06 : Satu Hal yang Telah Ia Simpulkan
"A-aku harus bagaimana ketika orang yang aku percaya dengan segenap hati malah menusukku dari belakang? Aku harus bagaimana ketika orang yang begitu ku sayangi malah ikut andil dalam meniadakan nyawaku? Aku harus bagaimana, Jimin?" tenggorokan Jungkook tercekat, rasanya menelan ludah saja kerongkongannya begitu nyeri akibat rasa sesak yang kini sedang bergelung di dadanya.
Sementara Jimin, kini ia membeku. Telapak tangannya yang sedang merengkuh Jungkook dengan penuh kasih, mendadak menjadi kepalan kencang penuh ketakutan.
Sorotan matanya tak lagi tenang, merotasi kesana kemari dengan kedipan yang lebih cepat dari biasanya. Napasnya memburu hingga kemudian bibirnya digigit dengan kuat.
Yang ada dipikirannya kini hanya satu..
Jungkook telah mengetahui kebusukannya.
Jika Cinta Dia
Chapter 10 : Lihat... Kau Masih Menyayangiku*****
Dua minggu semenjak Jungkook dirawat, dan dua minggu itu pula Jimin tak lagi muncul dihadapannya, bahkan menghubunginya saja tak pernah.
Kecuali Taehyung, yang satu kali menghubunginya lewat chat, satu minggu yang lalu. Dan itu juga karna ia menanyakan keberadaan Park Jimin, bukan dirinya. Jelas saja, bahkan Kim Taehyung tak pernah tahu keadaannya, termasuk penyakit yang kini sedang dideritanya. Taehyung mungkin tak mau repot-repot tahu soal itu, tapi.. suatu saat nanti Jungkook akan tetap memberitahunya.
Jungkook menghela napas panjang. Ia tersenyum kecil lalu mengambil tas kecil di atas ranjang pesakitan yang kini sedang ia duduki, tas itu berisi barang-barangnya selama ia dirawat secara intensif, setelah itu ia segera pergi keluar ruang rawat-inap yang ia singgahi selama dua minggu ini.
Kakinya terus melangkah, tujuannya kini hanya satu.
Kediaman Park Jimin.
Jungkook hanya berharap, setelah ia memperingatkan Jimin dua minggu yang lalu, tentang betapa bencinya ia pada orang munafik, tentang betapa bencinya ia dibohongi, Jimin bisa sadar dan menyesali perbuatannya.
Jungkook berharap, kali ini Jimin bisa jujur. Walau akan tetap berakhir menyakitkan, tadi setidaknya Jungkook akan jauh lebih menghormati harga diri Jimin dibanding sebelumnya. Karna kemarin Jimin telah sukses membuatnya memandang begitu rendah akan dirinya.
Karna sampai kapanpun, orang munafik tak akan pernah mendapatkan rasa hormat seorang Jeon Jungkook. Oleh karena itu hari ini, Jungkook akan memberi kesempatan untuk orang yang disayanginya, Park Jimin, agar ia memperbaiki harga dirinya kembali.
Langkah Jungkook terhenti.
Ia membeku. Matanya terkunci pada dua sosok yang kini sedang berpelukan dengan mesra, tertawa bahagia dan saling berinteraksi dengan manis, sebelum yang satunya pergi menjauh dengan mobil hitamnya.
Bahu Jungkook merosot. Matanya telah menyorot kosong. Namun keteguhan hatinya telah membawanya menuju sosok itu, sahabatnya, yang kini tengah berdiri didepan gerbang rumahnya dengan bibir tersenyun manis sambil matanya terus menatap kepergian mobil hitam tadi. Mobil Kim Taehyung.
"Jimin..."
Jimin tersentak kaget mendengar suara yang mengalun dengan lembut lewat gendang telinganya, ia menoleh, dan langsung membolakan matanya. "J-Jungkook..." ia sungguh tak mengira Jungkook akan muncul dihadapannya seperti ini. Ia kira, Jungkook masih sekarat di rumah sakit.
Jungkook mendekat satu langkah lagi, hingga kini ia sempurna berhadapan dengan Jimin yang kini tengah menatapnya dengan sorot....dingin. Jungkook tersenyum kecut. Bahkan ia sudah tak kaget lagi.
"Kau ternyata memang rendahan, Park Jimin" suara itu mengalun dengan pelan, lembut, tapi sangat menusuk hingga kini Jimin mulai terpancing emosi.
Jungkook terkekeh hambar. "Harga dirimu, nol" air muka Jungkook berubah datar, matanya menatap wajah Jimin dengan lekat sebelum ia tersenyum tulus. Tangannya terangkat untuk mengelus surai Jimin dengan sayang.
"Aku kira.. orang yang sangat aku sayangi tak akan seperti ini, aku kira.. Park Jimin-ku akan tersadar dan menyesali dosanya, aku kira... sahabatku akan kembali padaku dan memperbaiki segalanya yang telah hancur. Jadi... aku menghapus rasa benciku tempo lalu dan memutuskan untuk membesarkan hati dengan memberimu kesempatan kedua, itulah alasanku datang kemari. Tapi..." suara Jungkook melemah diakhir kata, bibirnya terbungkam karena tenggorokannya sakit akan luapaan-luapan menyakitkan yang menggerogoti dadanya. Ia kecewa. Sangat. Kecewa yang ia rasakan untuk Park Jimin sangat lah besar, hingga tak mampu diungkapkan dengan kata-kata.
Jungkook menurunkan tangannya dari kepala Jimin. Ia nenatap Jimin dengan sorot sedih. "Jimin, kau melakukan sesuatu yang tidak benar. Dan ku yakin, suatu saat kau akan menyesalinya." Jungkook menjeda ucapanya hanya untuk melihat raut wajah Jimin yang kini tengah menahan emosi, dan ada rasa takut yang sangat besar dalam binar matanya. "Aku bersumpah, Kim Taehyung, dan kebahagiaanmu tak akan bertahan lama"
PLAK!!!
Jimin, menamparnya.
"Berhenti sampai situ, Jungkook! Berhenti! Jangan egois!" telunjuk Jimin menunjuk tepat ke wajah jungkook dengan hina. "Cukup sudah aku mengalah selama ini padamu! Aku tak ingin merelakan Taehyung untukmu lagi! Aku mencintainya! Aku berjuang untuknya! Cukup sudah aku bersabar selama ini dan menjadi si dungu yang merelakan cintanya untuk orang lain! Tidak lagi.. tak akan pernah lagi, kali ini aku tak akan diam, aku akan memperjuangkan kebahagiaanku. Aku sudah muak terus menerus mengalah padamu dari dulu" Jimin meneteskan air matanya dengan wajah murka, dadanya turun naik dengan cepat karna tenggelam dalam emosi.
Jungkook tersenyum getir. Ia mengusap darah yang mengalir dihidungnya dengan punggung tangan, tamparan Jimin tadi sangat kencang hingga membuatnya mimisan seperti ini. Gelenyar panas dipipinya atau rasa pusing dikepalanya tidaklah terlalu menyakitkan dibanding hatinya yang kini robek, terluka akan perlakuan kasar dari orang yang sangat disayanginya.
"J-Jim... jujurlah padaku, kau menyayangiku 'kan?" setelah mengatakan itu Jungkook terbatuk, ia menutupinya dengan telapak tangan, dan mendengus perih saat ada noda darah disana. Jungkook terdiam sejenak sambil menelan ludah, ia menyadari kemalangannya. "Aku yakin, dalam hatimu, jauh didalam hatimu yang terdalam, kau sangat menyayangiku. Akan tetapi.. kebutaanmu akan Taehyung, keobsesifanmu untuk menjadikan Taehyung menjadi milikmu, menutupi segala kasih yang kau punya untukku. 'Kan?"
Jimin berdecih dan membuang muka saat Jungkook lagi-lagi terbatuk.
Imunitas Jungkook makin hari makin menipis. Dan ia tak lagi terkejut saat telapak tangannya kini telah terceceri darah yang keluar dari mulutnya. Ia tersenyum tipis saat melihat Jimin yang kini membuang pandangan darinya.
Bahkan Jimin tak sanggup melihat Jungkook yang sekarat secara langsung, dan itu membuat secercah harapan dihati Jungkook.
Kala tubuh Jungkook bergetar lemas dan kepalanya berdenyut pusing, pertahanannya runtuh, ia terduduk diatas salju dan saat itu Jimin langsung memekik dan membantunya agar berdiri kembali. Dan kini, Jungkook berada dalam pelukan Jimin. Dan itu membuat senyuman Jungkook mengembang. "Lihat... kau masih menyayangiku, sahabatku"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jika Cinta Dia [VKOOK]
FanfictionJungkook menggigit bibirnya, terlampau sakit melihat perubahan yang sangat menonjol pada kekasihnya. Kekasihnya yang dulu selalu bertutur kata lembut padanya, selalu menatapnya penuh afeksi, selalu memperlakukannya penuh kasih sayang kini telah beru...